Makalah Teknik Konsep Sampling



KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memperlihatkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menuntaskan kiprah yang berjudul SAMPLING  ” tepat pada waktunya.
 Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh alasannya itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
   Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Serta kami berharap semoga makalah ini sanggup bermanfaat bagi semua kalangan.
Amin



BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Penelitian dilakukan untuk menganalisis suatu hal, sehingga sanggup diketahui kelebihan dan kekurangan hal tersebut atau menemukan hal gres yang lebih efektif. Secara kompleks penelitian merupakan acara pengumpulan fakta, bukti atau hasil secara sistematis dalam rangka untuk menemukan, menyebarkan atau menguji pengetahuan wacana fenomena alam maupun sosial. Penelitian mempunyai fungsi yang besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh alasannya itu, hasil-hasil penelitian sebaiknya sanggup diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat.
Proses penelitian berdasarkan metodenya sanggup dibedakan menjadi penelitian experimental dan penelitian survai. Pada kesempatan ini, akan coba dibahas mengenai penelitian survai. Penelitian survai biasanya digunakan untuk mengkaji populasi dengan cara mengkaji atau memilih sampel untuk menemukan insidensi, distribusi maupun korelasi variabel-variabel yang diteliti. Dalam penelitian survai ada yang memakai sensus dan ada yang memakai sampel.
Jumlah populasi yang terbatas memungkinkan peneliti sanggup memakai sensus, akan tetapi pada populasi yang sangat banyak, maka sanggup dilakukan sampling untuk efisiensi tenaga, waktu dan biaya. Metode sampling sanggup dibedakan menjadi probability sampling dan non probability sampling. Probability sampling memperlihatkan kesempatan pada setiap unsur untuk dipilih, sedangkan non probability sampling tidak memperlihatkan kesempatan yang sama untuk dipilih.
Probability sampling terdiri dari:
1. Simple Random Sampling
Merupakan pengambilan sampel yang memperlihatkan kesempatan yang sama pada setiap unsur populasi untuk dipilih. Cara ini sanggup memakai pinjaman tabel random maupun memakai cara ibarat yang biasa dilakukan ibu-ibu arisan dengan cara menciptakan gelas kocokan. Data yang digunakan harus homogeny.
2. Stratified Random Sampling
Merupakan cara pengambilan sampel dengan cara melaksanakan stratifikasi pada populasi yang tidak homogen, sehingga sampel yang diperoleh sanggup homogen. Acak sanggup dilakukan pada setiap subgrup.
3. Cluster Sampling
Merupakan cara pengambilan sampel dengan cara diklasterkan menjadi grup untuk diambil secara acak. Contoh, meneliti perguruan tinggi tinggi sepulau jawa. Perguruan tinggi dijadikan klaster primer (pengambilan acak) dan jumlah mahasiswa dari masing-masing perguruan tinggi tinggi sebagai klaster sekunder (pengambilan acak).
4. Stratified Cluster Sampling
Merupakan cara pengambilan sampel dengan cara distratifikasi lalu dikelompokkan berdasarkan klaster. Contoh, meneliti perguruan tinggi tinggi sepulau jawa. Perguruan tinggi distratifikasi menjadi besar, sedang (Strata primer), kecil lalu diacak untuk diambil perguruan tinggi tinggi dari masing-masing stratifikasi (klaster primer). Kemudian distratifikasi menjadi mahasiswa tingkat I hingga IV (strata sekunder) dan lalu diacak 25 mahasiswa tiap angkatan (klaster sekunder).
Non probability sampling terdiri dari: (1) Purposive Sampling, Merupakan pengambilan sampel populasi dengan memakai kriteria-kriteria khusus; (2) Quota Sampling, Merupakan pengambilan sampel berdasarkan jumlah yang ditentukan; dan (3) Accidental Sampling, Merupakan pengambilan sampel berdasarkan kebetulan.
Pengambilan sampel harus tepat dan benar, alasannya hal ini mempunyai imbas yang besar dalam keberhasilan proses penelitian. Semoga isu dan ulasan ini sanggup memberi tambah untuk ilmu pengetahuan dan sanggup diambil manfaatnya.











BAB II
PEMBAHASAN
    A.    PENGERTIAN SAMPLING
Sampling ialah proses dan cara mengambil sampel/ pola untuk menduga keadaan suatu populasi.  Contoh serangga diambil dari suatu area untuk diduga banyak sekali karakteristik populasinya ibarat kepadatan populasi,  sebarannya dalam habitat, jumlah relatif masing-masing stadia, dan fluktuasi jumlah serangga berdasarkan waktu.  Penarikan pola diharapkan alasannya mustahil pengamatan terhadap keseluruhan populasi dilakukan.
Sampling serangga di penyimpanan diharapkan bagi praktisi pengendalian hama pascapanen untuk memonitor keberadaan serangga hama pascapanen dalam hal
·         Spesies apa yang ditemukan, sehingga sanggup ditentukan arti pentingnya berdasar isu sebelumnya wacana status hama. 
·         Berapa jumlah masing-masing serangga, berkhasiat untuk memilih ketika intervensi pengendalian
Monitoring serangga ialah elemen kunci dalam PHT hama pascapanen.  Umumnya, sampling hama pascapanen tidak dilakukan tersendiri tetapi merupakan pecahan dari sampling mutu materi simpan secara umum.

    B.     KONSEP SAMPLING
Sampling sanggup dilakukan sebelum atau sesudah tindakan pengendalian hama pascapanen.  Tujuan sampling hama pascapanen sebetulnya ialah untuk memilih kapan waktu yang tepat untuk intervensi tindakan dan untuk memilih apakah intervensi pengendalian telah efektif menekan populasi serangga.  Tujuan ini memilih area sampling, peralatan sampling, cara mengumpulkan data dan bagaimana data dianalisis.  Hal pertama yang harus diketahui ialah konsep sampling. 

    Unit contoh/sampel
                Unit pola ialah fraksi dari area yang dihuni suatu populasi serangga sasaran, yang disebut universe.  Contohnya, jika sampling terhadap permukaan stapel beras di gudang memakai colokan (spear), maka unit pola ialah kuantitas beras dalam colokan sedangkan permukaan stapel beras ialah universe.  Bila memakai perangkap, unit pola sebetulnya ialah area efektif perangkap dan durasi pemerangkapannya.  Namun area efektif suatu perangkap sulit diukur, sehingga untuk praktisnya, unit pola ialah perangkap.    
   
    Ukuran unit contoh
                Ukuran unit pola ditentukan oleh peralatan yang digunakan, contohnya volume setiap unit pola beras tergantung ukuran spear yang digunakan.  Ukuran unit pola harus tepat.  Meskipun ukuran unit pola yang besar sanggup mengurangi jumlah titik sampel yang diperlukan, hal ini biasanya butuh waktu dan biaya penanganan lebih besar.  Unit pola yang kecil dengan jumlah titik sampel yang banyak lebih efisien dan lebih representatif, namun perlu dijaga supaya ukuran unit pola cukup besar sehingga masih sanggup menangkap serangga dalam kepadatan populasi yang rendah. 
                Saat ini telah dikembangkan standar ukuran unit pola untuk tiap materi simpan.  Biasanya disyaratkan 500-1000 biji untuk diamati per unit contoh.  Jumlah tersebut setara dengan berat biji tertentu ibarat tersaji di bawah ini
Biji jagung (ukuran kecil)
200 g
Biji jagung (ukuran besar)
250 g
Biji sorghum
25 g
Kacang polong (cowpea)
150 g
Butir gandum
25 g
Butir millet
10 g
Butir padi
15 g

     C.    TEKNIK SAMPLING    
Teknik sampling ialah metode yang mencakup pemilihan unit pola yang tepat a serta proses penarikan contoh.  Unit pola apa yang akan digunakan diadaptasi dengan sifat bioekologi serangga.  Misalnya, unit pola berupa perangkap berumpan hanya tepat untuk sampling serangga yang tertarik umpan tersebut.  Proses penarikan pola sanggup bisa dilakukan secara random atau sistematik (non ramdom). Pada proses random, pemilihan titik pola berdasarkan tabel angka acak.  Sebaliknya, titik pola pada sampling sistematik mengikuti hukum tertentu, contohnya jarak yang sama antar titik contoh, posisi pengambilan sampel yang sama untuk materi simpan yang sedang bergerak dan lain-lain. 

    Statistik Dasar
Hampir semua hipotesis statistik berdasar pada perkiraan bahwa sampel data terdistribusi normal.  Sebaran data jumlah serangga per unit contoh, usang perkembangan hidup serangga, jumlah serangga yang mati sesudah fumigasi dan sebagainya apabila diplotkan akan menghasilkan kurva yang berbentuk ibarat genta, terutama jika unit pola cukup besar (>30). 
Apabila data pengamatan dalam suatu unit pola dihitung/diukur dan dilambangkan dengan x, maka rata-rata atau mean data per unit pola  adalah:
               
Varian (s2) ialah jumlah kuadrat dari selisih data unit pola (xi) dan mean , sehingga rumus sederhananya adalah dengan n-1 derajat bebas. 
Akar kuadrat dari varian (Ös2=s) disebut deviasi standar sampel dan memperlihatkan seberapa erat mean hasil perhitungan sampling terhadap mean populasi sebenarnya.

    Program sampling
Semua pengetahuan terdahulu wacana sampling biasanya menghasilkan agenda sampling.  Program sampling memperlihatkan unit pola apa yang digunakan, berapa banyaknya titik contoh, kapan dilakukan sampling, bagaimana distribusi spasial (dispersi serangga), analisis statistik apa yang digunakan dan sebagainya.  Program sampling sangat berkhasiat untuk memilih apakah pada ketika tertentu perlu atau tidak dilakukan intervensi pengendalian.  Program sampling yang dilaksanakan dengan baik akan menjadi salah satu kunci pengendalian hama pascapanen di penyimpanan.





BAB III
PENUTUP


Demikian yang sanggup kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau rujukan yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memperlihatkan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berkhasiat bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel