Apakah Desain Kurikulum Itu?
Di banyak negara, standar patokan khusus ditetapkan untuk pendidikan untuk memastikan bahwa bawah umur di seluruh negara mencapai tingkat pendidikan yang sama. Sebagai contoh, pemerintah sanggup memilih kapan anak harus mulai berguru perkalian dan pembagian, memutuskan standar untuk kemampuan membaca, dan sebagainya. Salah satu aspek dari desain kurikulum meliputi tinjauan standar dan memilih bagaimana mereka sanggup menerapkannya.
Aspek lainnya ialah memikirkan perihal siswa itu sendiri, dan jenis kurikulum apa yang sangat sempurna untuk diterapkan. Siswa berasal dari banyak sekali latar belakang budaya dan kelas, tentunya desain kurikulum tidak harus menjadi salah satu ukuran cocok untuk semua pendekatan. Metode yang bekerja di sebuah sekolah yang terletak di distrik kelas atas mungkin tidak sesuai untuk sebuah sekolah di kawasan dengan banyak imigran yang tidak berbicara bahasa utama pengajaran, misalnya, dan metode yang dipakai dengan siswa yang berguru bahasa tidak akan bekerja untuk bawah umur dengan cacat intelektual. Seorang desainer kurikulum terampil perlu memikirkan kebutuhan populasi siswa ia ialah melayani.
Desain kurikulum juga sanggup meliputi pertimbangan keterbatasan. Misalnya, orang bau tanah yang anaknya bersekolah homeschool, mungkin sanggup mengambil kesempatan untuk mengajak siswa bepergian ke TMII untuk melihat benda-benda bersejarah di museum untuk berguru dalam konteks. Keterbatasan sanggup meliputi masalah-masalah menyerupai pendanaan, terusan untuk membaca buku teks, norma-norma watak di wilayah di mana siswa diajarkan, dan keterbatasan yang ditetapkan oleh distrik sekolah. Misalnya, seseorang yang bekerja pada desain kurikulum untuk agenda pendidikan seksual mungkin merancang kurikulum untuk sekolah kabupaten di mana mata pelajaran tertentu tidak sanggup dibahas, membutuhkan pembiasaan kurikulum.
Related
Fleksibilitas merupakan aspek penting dari desain kurikulum. Banyak guru kelas bekerja dengan siswa dari banyak sekali tingkat kemampuan, dan mereka harus bisa menyesuaikan kurikulum untuk menjaga semua siswa terlibat dan belajar. Hal ini juga mungkin diharapkan untuk mengubah kecepatan kurikulum untuk menangani problem yang muncul; misalnya, kelas mungkin mempunyai lebih banyak kesulitan memegang konsep dari yang diharapkan, dan guru harus bisa untuk menghabiskan lebih banyak waktu di atasnya, daripada balap ke topik berikutnya dan meninggalkan siswa bingung.