6 Penyebab Keruntuhan Kekaisaran Romawi
Pada tamat masa ke 4, Kekaisaran Romawi runtuh sesudah hampir 500 tahun sebagai negara adikuasa di dunia. Para sejarawan mempunyai pendapat-pendapat yang berbeda perihal faktor-faktor yang mengakibatkan runtuhnya salah satu kekaisaran terbesar yang pernah ada di muka bumi ini. Mulai dari kegagalan militer, dilema perpajakan, tragedi alam, hingga perubahan iklim. Sejarawan lain mempunyai pendapat yang berbeda. Mereka tidak menganggap bahwa Kekaisaran Romawi tidak sepenuhnya runtuh, lantaran Kekaisaran Romawi Timur atau yang lebih dikenal dengan Kekaisaran Bizantium masih terus berlanjut hingga hampir seribu tahun. Beberapa teori yang dikemukakan beberapa sejarawan perihal penyebab keruntuhan Kekaisaran Romawi ialah sebagai berikut.
1. Invasi Suku Barbar
Teori paling sederhana penyebab runtuhnya Kekaisaran Romawi ialah lantaran negara adikuasa tersebut mendapatkan serangkaian kerugian-kerugian perang yang terus berlanjut. Selama berabad-abad, pasukan Romawi telah berperang dengan suku-suku Jerman.
Serangan suku barbar ke Romawi sebagian berasal dari suku bangsa Hun yang bermigrasi secara massal dari mongol ke barat. Bahkan saat dipimpin oleh Atilla, bangsa Hun menguasai hampir separuh wilayah benua Eropa.
Selain peperangan dengan suku Almani di Jerman dan bangsa Hun, rongrongan dari Raja Alaric yang membelot dan memimpin suku Visigoth untuk melawan Romawi juga menjadi dilema besar bagi Kekaisaran. Pada tahun 410 Raja Alaric dengan 395 tentaranya berhasil menjarah sentra kota Roma. Kekaisaran yang menghabiskan waktu beberapa dekade untuk memulihkan keadaan di ibukota lalu dijarah lagi pada tahun 455 oleh suku Vandal. Hingga pada tahun 476, seorang tentara berkebangsaan Jerman berhasil menggulingkan Kaisar Romulus Augustus yang masih berusia 12 tahun sekaligus menandai berakhirnya Kekaisaran Romawi.
2. Krisis Ekonomi
Selain dilema peperangan, keruntuhan Kekaisaran Romawi juga disebabkan oleh krisis yang parah dalam bidang ekonomi. Perang yang terjadi terus-menerus mengakibatkan terkurasnya khas negara. Pajak terasa menindas dan inflasi telah mengakibatkan melebarnya kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin. Banyak masyarakat kelas menengah atas menghindari pajak dengan cara melarikan diri ke pedesaan dan menjadi tuan tanah. Keadaan ini diperparah dengan serangan Vandal ke wilayah kekuasaan Kekaisaran Romawi di Afrika utara. Dengan goyahnya kekuatan ekonomi Romawi, semakin lemahlah cengkeraman kekaisaran di wilayah Eropa.
3. Munculnya Kekaisaran Romawi Timur
Nasib Kekaisaran Romawi mulai terukir semenjak Kaisar Diocletian membaagi kekaisaran menjadi dua bagian. Kekaisaran Barat beribukota di Milan, dan Kekaisaran Timur di Byzantium yang di lalu hari dikenal dengan sebutan Konstantinopel. Pembagian ini bekerjsama hanyalah untuk mempermudah sistem pemerintahan. Tetapi seiring berjalannya waktu Kekaisaran Romawi Barat dan Timur sering tidak sejalan dalam mengambil kebijakan politik. Bahkan saling berebut sumber daya alam dan proteksi militer.
4. Ekspansi dan Biaya Perang
Pada puncak kejayaannya, wilayah Kekaisaran Romawi membentang dari Samudera Atlantik hingga ke Sungai Eufrat di Timur Tengah. Dengan wilayah yang begitu luas, distribusi administratif dan suplai logistik mengalami kesulitan. Bahkan meskipun dengan membangun sistem jalan raya yang bagus, tidak mempercepat komunikasi antar wilayah yang begitu luas.
Untuk mempertahankan perbatasan dari pemberontakan dan serangan dari luar, militer Romawi menyedot begitu banya dana dari kas negara. Bahkan pada masa ke-2, Kaisar Hadrian memerintahkan untuk membangun dinding besar di Inggris hanya untuk menjaga musuh di teluk. Karena semakin banyaknya dana yang dihabiskan dalam sektor militer, kemajuan teknologi dan infrastruktur pun melemah.
5. Kekristenan dan Hilangnya Nilai Tradisi
Melemahnya Kekaisaran Romawi juga disebabkan berkembangnya kekristenan yang secara tidak pribadi berkontribusi dalam melemahkan kedudukan kaisar. Pada tahun 313, Kaisar Konstantin memproklamirkan Dekrit Milan yang melarang penganiayaan orang Nasrani di Kekaisaran Romawi. Nasrani bahkan menjadi agama negara pada tahun 380.
Kekristenan mengikis sistem nilai-nilai tradisi dan iktikad usang Romawi. Dalam iktikad politeis Romawi, seorang kaisar dianggap mempunyai status suci.Pengagungan kaisar dan negara ini oleh kekristenan diarahkan kepada pengagungan kepada Tuhan Yang Tunggal.
Sementara itu, paus dan pemimpin gereja lainnya juga mengambil tugas dalam urusan politik, sehingga menjadikan perpolitikan Kekaisaran Romawi semakin rumit.
6. Melemahnya Militer Romawi
Dalam sejarah kemiliteran kuno, mungkin legiun Romawi merupakan kekuatan militer yang sangat mengagumkan pada zamannya. Namun seiring berkembangnya waktu keperkasaan legiun Romawi pun berubah. Tidak sanggup merekrut tentara dari warga Romwi, kaisar ibarat Diocletian dan Konstantin mulai merekrut tentara bayaran abnormal untuk memperkuat pasukannya. Tentara-tentara bayaran ini tidak mempunyai loyalitas kepada kekaisaran, sehingga banyak dari anggotanya sering berbalik melawan Kekaisar Romawi.
1. Invasi Suku Barbar
Teori paling sederhana penyebab runtuhnya Kekaisaran Romawi ialah lantaran negara adikuasa tersebut mendapatkan serangkaian kerugian-kerugian perang yang terus berlanjut. Selama berabad-abad, pasukan Romawi telah berperang dengan suku-suku Jerman.
Serangan suku barbar ke Romawi sebagian berasal dari suku bangsa Hun yang bermigrasi secara massal dari mongol ke barat. Bahkan saat dipimpin oleh Atilla, bangsa Hun menguasai hampir separuh wilayah benua Eropa.
Selain peperangan dengan suku Almani di Jerman dan bangsa Hun, rongrongan dari Raja Alaric yang membelot dan memimpin suku Visigoth untuk melawan Romawi juga menjadi dilema besar bagi Kekaisaran. Pada tahun 410 Raja Alaric dengan 395 tentaranya berhasil menjarah sentra kota Roma. Kekaisaran yang menghabiskan waktu beberapa dekade untuk memulihkan keadaan di ibukota lalu dijarah lagi pada tahun 455 oleh suku Vandal. Hingga pada tahun 476, seorang tentara berkebangsaan Jerman berhasil menggulingkan Kaisar Romulus Augustus yang masih berusia 12 tahun sekaligus menandai berakhirnya Kekaisaran Romawi.
2. Krisis Ekonomi
Selain dilema peperangan, keruntuhan Kekaisaran Romawi juga disebabkan oleh krisis yang parah dalam bidang ekonomi. Perang yang terjadi terus-menerus mengakibatkan terkurasnya khas negara. Pajak terasa menindas dan inflasi telah mengakibatkan melebarnya kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin. Banyak masyarakat kelas menengah atas menghindari pajak dengan cara melarikan diri ke pedesaan dan menjadi tuan tanah. Keadaan ini diperparah dengan serangan Vandal ke wilayah kekuasaan Kekaisaran Romawi di Afrika utara. Dengan goyahnya kekuatan ekonomi Romawi, semakin lemahlah cengkeraman kekaisaran di wilayah Eropa.
Nasib Kekaisaran Romawi mulai terukir semenjak Kaisar Diocletian membaagi kekaisaran menjadi dua bagian. Kekaisaran Barat beribukota di Milan, dan Kekaisaran Timur di Byzantium yang di lalu hari dikenal dengan sebutan Konstantinopel. Pembagian ini bekerjsama hanyalah untuk mempermudah sistem pemerintahan. Tetapi seiring berjalannya waktu Kekaisaran Romawi Barat dan Timur sering tidak sejalan dalam mengambil kebijakan politik. Bahkan saling berebut sumber daya alam dan proteksi militer.
4. Ekspansi dan Biaya Perang
Pada puncak kejayaannya, wilayah Kekaisaran Romawi membentang dari Samudera Atlantik hingga ke Sungai Eufrat di Timur Tengah. Dengan wilayah yang begitu luas, distribusi administratif dan suplai logistik mengalami kesulitan. Bahkan meskipun dengan membangun sistem jalan raya yang bagus, tidak mempercepat komunikasi antar wilayah yang begitu luas.
Untuk mempertahankan perbatasan dari pemberontakan dan serangan dari luar, militer Romawi menyedot begitu banya dana dari kas negara. Bahkan pada masa ke-2, Kaisar Hadrian memerintahkan untuk membangun dinding besar di Inggris hanya untuk menjaga musuh di teluk. Karena semakin banyaknya dana yang dihabiskan dalam sektor militer, kemajuan teknologi dan infrastruktur pun melemah.
Melemahnya Kekaisaran Romawi juga disebabkan berkembangnya kekristenan yang secara tidak pribadi berkontribusi dalam melemahkan kedudukan kaisar. Pada tahun 313, Kaisar Konstantin memproklamirkan Dekrit Milan yang melarang penganiayaan orang Nasrani di Kekaisaran Romawi. Nasrani bahkan menjadi agama negara pada tahun 380.
Kekristenan mengikis sistem nilai-nilai tradisi dan iktikad usang Romawi. Dalam iktikad politeis Romawi, seorang kaisar dianggap mempunyai status suci.Pengagungan kaisar dan negara ini oleh kekristenan diarahkan kepada pengagungan kepada Tuhan Yang Tunggal.
Sementara itu, paus dan pemimpin gereja lainnya juga mengambil tugas dalam urusan politik, sehingga menjadikan perpolitikan Kekaisaran Romawi semakin rumit.
6. Melemahnya Militer Romawi
Dalam sejarah kemiliteran kuno, mungkin legiun Romawi merupakan kekuatan militer yang sangat mengagumkan pada zamannya. Namun seiring berkembangnya waktu keperkasaan legiun Romawi pun berubah. Tidak sanggup merekrut tentara dari warga Romwi, kaisar ibarat Diocletian dan Konstantin mulai merekrut tentara bayaran abnormal untuk memperkuat pasukannya. Tentara-tentara bayaran ini tidak mempunyai loyalitas kepada kekaisaran, sehingga banyak dari anggotanya sering berbalik melawan Kekaisar Romawi.