Makalah Ekonomi Makro ( Pengangguran )

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memperlihatkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini sanggup terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah yang berjudul “Pengangguran” ini, bertujuan untuk mengetahui efek dan dampak dari pengangguran terhadap masyarakat.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, hal itu dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas. Namun berkat derma dan dorongan serta bimbingan dari Bapak Arief Budi Sarjono, dosen mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro, serta derma dari banyak sekali pihak, akhirnya pembuatan makalah ini sanggup terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis berharap dengan penulisan makalah ini sanggup bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca umumnya serta semoga sanggup menjadi materi pertimbangan untuk menyebarkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang.
Mojokerto,     November 2014
Penulis

DAFTAR ISI
               KATA PENGANTAR                                                                                               i
DAFTAR ISI                                                                                                             ii
BAB I PENDAHULUAN                                                                                        1
1.1.       Latar  Belakang Masalah                                                                                   1
1.2.       Rumusan Masalah                                                                                             1
1.3.       Tujuan Penulisan                                                                                               2
1.4.       Sistematika Penulisan                                                                                        2
BAB II PEMBAHASAN                                                                                          4
2.1.       Pengangguran                                                                                                    4
2.2.       Hubungan Jumlah Penduduk, Tenaga Kerja, Angkatan Kerja, dan
Kesempatan Kerja                                                                                             5
2.3.   Anatomi Pengangguran                                                                                     7
2.4.    Lamanya Pengangguran                                                                                    7
2.5.    Tingkat Penganggurang dan Waktu Menganggur                                             7
2.6.    Frekuensi Pengangguran                                                                                   7
2.7.    Jenis-jenis Pengangguran                                                                                   8
2.8.    Penyebab Terjadinya Pengangguran                                                                 11
2.9.    Dampak yang Diakibatkan Dari Pengangguran                                                16
2.10.  Peran Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Masalah Pengangguran           19
2.11.  Solusi Mengatasri Pengangguran                                                                      23
BAB III PENUTUP                                                                                                  25
3.1.    Kesimpulan                                                                                                        25
 3.2.    Saran                                                                                                                  25

DAFTAR PUSTAKA                                                                                                                                           26




BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang Masalah
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat mengakibatkan masalah pengangguran di Indonesia menjadi semakin serius. Masalah ini di pandang lebih serius lagi bagi mereka yang berusia 15-24 tahun yang kebanyakan mempunyai pendidikan yang lumayan. Karena mereka merasa pendidikan yang sudah mereka dapatkan, ternyata belum sanggup menjamin mereka sanggup bekerja. Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu lantaran jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
1.      fenomena pengangguran juga berkaitan bersahabat dengan terjadinya pemutusan kekerabatan kerja, yang disebabkan antara lain; 
2.      perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akhir krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif,
3.      peraturan yang menghambat inventasi,
4.      hambatan dalam proses ekspor impor, dll.
Sejak krisis pada pertengahan 1997 menciptakan kondisi ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Sejak itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tidak pernah mencapai 7-8 persen. Padahal, masalah pengangguran bersahabat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi ada, otomatis peresapan tenaga kerja juga ada. Setiap pertumbuhan ekonomi satu persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu orang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen, tentunya hanya akan menyerap 1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata 2,5 juta pertahun. Dari tahun ke tahun, pengangguran di Indonesia semakin bertambah, hal tersebut menjadikan kacaunya stabilitas perkembangan ekonomi Indonesia.
1.2.       Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa definisi pengangguran?
2.        Bagaimana kekerabatan antara jumlah penduduk, tenaga kerja, angkatan kerja dan kesempatan kerja?
3.        Bagaimana anatomi pengangguran?
4.        Apa saja jenis-jenis pengangguran?
5.        Apa yang menjadi penyebab masalah pengangguran?
6.        Apakah dampak yang diakibatkan dari pengangguran?
7.        Apakah kiprah kebijakan pemerintah dalam mengatasi pengangguran?
8.        Bagaimana upaya untuk mengatasi pengangguran?
1.3.       Tujuan Penulisan
Tujuan penulis menciptakan makalah yang berjudul “Pengangguran” ialah sebagai berikut:
1.        Mengetahui kekerabatan antara jumlah penduduk, tenaga kerja, angkatan kerja, dan kesempatan kerja.
2.        Mengetahui definisi pengangguran.
3.        Mengetahui anatomi pengangguran.
4.        Mengetahui jenis-jenis pengangguran.
5.        Mengetahui dampak yang diakibatkan dari pengangguran.
6.        Mengetahui kiprah kebijakan pemerintah dalam mengatasi pengangguran, dan
7.        Mengetahui upaya untuk mengatasi pengangguran.
1.4.       Sistematika Penulisan
Makalah masalah Pengangguran ini disusun dengan urutan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada pecahan ini dijelaskan wacana latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan
Pada pecahan ini terdapat pembahasan yang terdiri dari definisi pengangguran, jenis-jenis pengangguran, penyebab masalah pengangguran, dampak yang diakibatkan dari pengangguran, kiprah kebijakan pemerintah dalam mengatasi pengangguran, dan upaya untuk mengatasi pengangguran.
Bab III Penutup
Bab terakhir ini memuat kesimpulan dan saran terhadap masalah pengangguran di Indonesia.
Daftar Pustaka
Pada pecahan ini berisi referensi-referensi dari banyak sekali media yang penulis gunakan untukpembuatan makalah ini. 



BAB II
PEMBAHASAN
2.1.       Pengangguran
Orang yang menganggur didefinisikan sebagai orang yang tidak bekerja dan secara aktif mencari pekerjaan selama 4 ahad sebelumnya, atau sedang menunggu dipanggil kembali untuk suatu pekerjaan setelah diberhentikan atau sedang menunggu untuk melapor pada pekerjaan yang gres di dalam waktu 4 minggu. Syarat sedang mencari pekerjaan dalam 4 ahad yang kemudian ialah untuk mencoba menyakinkan bahwa orang tersebut secara aktif tertarik pada suatu pekerjaan dan tidak semata-mata mencerminkan keinginan kalau suatu pekerjaan kebetulan akan muncul.
Definisi Pengangguran
Pengangguran sendiri memilki banyak definisi. Adapun beberapa definisi arti pengangguran diantaranya:
Menurut Sadono Sukirno (355:2004)
Pengangguran ialah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum sanggup memperolehnya. 
Menurut Ida Bagoes Mantra
Pengangguran ialah pecahan dari angkatan kerja yang kini ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. 
Menurut Dumairy
Pengangguran ialah orang yang tidak mempunyai pekerjaan lengkap menyerupai orang yang tidak bekerja dan masih atau sedang mencari pekerjaan.
Menurut Payman J. Simanjuntak
Pengangguran ialah orang yang tidak bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.
Berdasarkan istilah umum dari pusat dan latihan tenaga kerja
Pengangguran ialah orang yang tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan uang meskipun sanggup dan bisa melaksanakan kerja.
Menurut Menakertrans
Pengangguran ialah orang yang tidak bekerja, sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu perjuangan baru, dan tidak mencari pekerjaan lantaran merasa mustahil mendapatkan pekerjaan.
Jika peningkatan jumlah angkatan kerja di suatu negara tidak diimbangi dengan peningkatan daya serap lapangan kerja, maka tingkat pengangguran di negara tersebut tinggi. Sebaliknya, kalau peningkatan jumlah angkatan kerja diimbangi dengan peningkatan daya serap lapangan kerja, maka tingkat penganggurannya rendah. Tingkat pengangguran itu sendiri ialah perbandingan antara jumlah penganggur dan jumlah angkatan kerja dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk persentase.
2.2.       Hubungan Jumlah Penduduk, Tenaga Kerja, Angkatan Kerja, dan Kesempatan Kerja
Jumlah penduduk ialah banyaknya orang yang mendiami suatu wilayah negara. Penduduk suatu negara sanggup dibagi dalam dua kelompok, yakni kelompok penduduk usia kerja (tenaga kerja) dan kelompok penduduk bukan usia kerja. Penduduk usia kerja (tenaga kerja) untuk negara-negara berkembang mirip Indonesia ialah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Sedangkan di negaranegara maju, penduduk usia kerja (tenaga kerja) ialah penduduk yang berusia antara 15 dan 64 tahun.
Untuk negara-negara berkembang mirip Indonesia, penduduk bukan usia kerja ialah penduduk yang berumur 0 hingga 14 tahun. Sedangkan, untuk negaranegara maju penduduk bukan usia kerja ialah mereka yang berumur 0 hingga 14 tahun dan mereka yang berumur 64 tahun ke atas.
Tenaga kerja juga sanggup di bagi dalam dua kelompok, yakni kelompok angkatan kerja dan kelompok bukan angkatan kerja. Angkatan kerja ialah penduduk dalam usia kerja (15 tahun ke atas), baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja. Kelompok ini biasa disebut sebagai kelompok usia produktif.
Namun, tidak semua angkatan kerja dalam suatu negara menerima kesempatan bekerja.
Keesempatan kerja ialah tersedianya lapangan kerja bagi angkatan kerja yang membutuhkan pekerjaan. Kesempatan kerja di Indonesia dijamin dalam Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi : “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak”. Dari suara Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 itu terang bahwa pemerintah Indonesia bertanggung jawab atas penciptaan lapangan kerja. 
Angkatan kerja membutuhkan lapangan pekerjaan. Namun umumnya, baik negara berkembang maupun negara maju, laju pertumbuhan penduduk (termasuk angkatan kerjanya) lebih besar daripada laju pertumbuhan lapangan kerja. Oleh lantaran itu, dari sekian banyak angkatan kerja tersebut, sebagian tidak bekerja atau menganggur. Dengan demikian, kesempatan kerja dan pengangguran bekerjasama bersahabat dengan tersedianya lapangan kerja bagi masyarakat. Semakin banyak lapangan kerja yang tersedia di suatu negara, semakin besar pula kesempatan kerja bagi penduduk usia produktif, sehingga semakin kecil tingkat pengangguran. Sebaliknya, semakin sedikit lapangan kerja di suatu negara, semakin kecil pula kesempatan kerja bagi penduduk usia produktif, sehingga semakin tinggi tingkat pengangguran. Mereka yang tidak bekerja disebut penganggur. Penganggur ialah penduduk yang tidak bekerja, sedang mencari kerja, atau sedang mempersiapkan suatu perjuangan baru.
Adapun upaya peningkatan kualitas kerja sanggup dilakukan melalui : 
1.      Pengembangan Kemampuan Tenaga Kerja, contohnya melalui latihan kerja, 
2.      Pengelolaan Prestasi Tenaga   Kerja, contohnya dengan meningkatkan profesionalisme, 
3.      Pengelolaan Fungsi Sumber Daya Manusia, contohnya peningkatan gizi, kesehatan dan kulitas mental dan spiritual.
2.3.       Anatomi Pengangguran
Anatomi pengangguran dibuat sekitar 3 faktor pokok dari sikap pengangguran, yaitu:
1.        Terdapat arus keluar masuk yang besar dari individu-individu dari pengangguran setiap bulan, dan sebagian besar orang-orang yang menjadi penganggur dalam tiap bulan tertentu tetap menganggur hanya untuk waktu yang singkat. 
2.        Banyak diantara para penganggur merupakan orang-orang yang akan menjadi menganggur untuk waktu yang sangat lama.
3.        Terdapat perbedaan yang besar dari tingkat pengangguran pada kelompokkelompok yang berbeda dalam angkatan kerja.
2.4.       Lamanya Pengangguran
Masa pengangguran didefinisikan sebagai periode dimana seseorang tetap terus menganggur. Dengan tingkat pengangguran yang tertentu, semakin singkat masa pengangguran dimana individu itu menganggur, semakin besar arus tersebut. Misalnya, dalam suatu masalah menemukan tingkat pengangguran 10 persen dengan 5 orang menjadi menganggur selama 1 bulan tepat. Namun, 4 dari 5 masa menganggur berakhir dalam sebulan, sedangkan 1 dari 5 berakhir 6 bulan dan masa pengangguran menyeluruh rata-rata berakhir kurang dari 2 bulan. Akibatnya, ada gerakan keluar masuk yang besar dari tenaga kerja melalui pool pengangguran.
2.5.       Tingkat Pengangguran dan Waktu Menganggur
Lamanya rata-rata dari masa pengangguran ialah sangat singkat, kurang lebih 2 bulan dan sebagian besar masa pengangguran berakhir di dalam sebulan. Tetapi, masih banyak orang-orang yang menganggur dalam jangka waktu yang lama. 
Jadi, memang dengan mengetahui fakta bahwa masa pengangguran berakhir bilamana seseorang ditarik dari angkatan kerja atau mendapatkan pekerjaan, ialah mungkin bagi seseorang untuk mengalami beberapa masa-masa pengangguran di dalam setahun dan benar-benar tidak bekerja sama sekali dalam tahun ini.
2.6.       Frekuensi Pengangguran
Frekuensi pengangguran ialah jumlah waktu rata-rata per peiode dimana pekerja-pekerja itu menjadi penganggur. Ada dua faktor penentu yang poko dari frekuensi pengangguran, yaitu : yang pertama ialah perubahan undangan akan tenaga kerja pada perusahaan-perusahaan yang berbeda di dalam perekonomian. faktor penentu kedua dalah tingakat dimana para pekerja gres memasuki angkatan kerja. Semakin cepat para pekerja gres memasuki angkatan kerja, maka semakin cepat laju pertumbuhan angkatan kerja dan semakin tinggi tingakat penganggurannya. Bahkan, apabila undangan agregat ialah konstan, beberapa perusahaan bertumbuh dan beberapa menurun. Perusahaan yang menurun akan kehilangan tenaga kerja dan perusahaan yang bertumbuh akan menyewa tenaga kerja lebih banyak.
2.7. Jenis-Jenis Pengangguran

1.        Pengangguran Berdasarkan Jam Kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dibedakan menjadi 2 yaitu,
a.         Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia mendapatkan pekerjaan lain. 
b.        Setengah Penganggur Sukarela, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia mendapatkan pekerjaan lain, contohnya tenaga mahir yang gajinya sangat besar. 
2.      Pengangguran Berdasarkan Penyebab Terjadinya
Berdasarkan penggolongan ini pengangguran sanggup dibedakan kepada jenis pengangguran berikut:

a.       Pengangguran Normal atau Friksional
Apabila dalam suatu perekonomian terdapat pengangguran sebanyak dua atau tiga persen dari jumlah tenaga kerja, maka perekonomian itu sudah dianggap mencapai kesempatan kerja penuh (full employment). Pengangguran sebanyak dua atau tiga persen tersebut dinamakan pengangguran normal atau pengangguran friksional. 
b.      Pengangguran Siklikal
Perekonomian tidak selalu berkembang dengan konsisten. Adakalanya undangan agregat lebih tinggi dan mendorong pengusaha menaikkan produksi. Akibatnya, lebih banyak pekerja gres dipakai dan pengangguran berkurang. Akan tetapi, pada masa lainnya undangan agregat menurun dengan sangat banyak.Kemerosotan undangan agregat ini menciptakan perusahaan-perusahaan mengurangi pekerjaan atau menutup usahanya. Akibatnya, pengangguran akan bertambah. Kejadian ini terjadi dalam siklus konjungtur suatu negara yang mengalami masa resesi dan masa depresi perekonomian. Pada masa resesi dan depresi banyak perusahaan memberhentikan pekerjanya lantaran ketidakmampuan untuk memperlihatkan upah sehingga terjadi pengangguaran besar-besaran. Pengangguran lantaran hal tersebut dinamakan pengangguran siklikal.
c.       Pengangguran Struktural
Tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akan terus berkembang maju, sebagiannya akan mengalami kemunduran. Kemunduran ini ditimbulkan oleh salah satu atau beberapa faktor.Pertama, adanya barang gres yang lebih baik. Kedua, kemajuan teknologi mengurangi undangan atas barang tersebut. Ketiga, biaya produksi sudah sangat tinggi dan tidak bisa bersaing. Keempat, ekspor produksi industri sangat menurun lantaran persaingan yang lebih serius dari negara-negara lain. Kemunduran tersebut akan mengakibatkan acara produksi dalam industri tersebut menurun. Hal ini mengakibatkan sebagian pekerja terpaksa diberhentikan dan menjadi penganggur. Pengangguran jenis ini disebut sebagai pengangguran struktural atau pengangguran yang disebabkan oleh perubahan struktur acara ekonomi.
d.      Pengangguran Teknologi
Pengangguran sanggup juga disebabkan oleh adanya penggantian tenaga kerja oleh mesin-mesin dan materi kimia. Contohnya, racun gulma dan rumput bisa mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan perkebunan, sawah, dan lahan pertanian lain. Demikian juga, mesin telah mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk menciptakan lubang, memotong rumput, membersihkan lahan, dan memungut hasil.Di pabrik-pabrik, robot telah menggantikan kerja manusia. Pengangguran yang ditimbulkan oleh pengangguran mesin dan kemajuan teknologi ini dinamakan pengangguran teknologi.
3.        Pengangguran Berdasarkan Cirinya
Berdasarkan cirinya, pengangguran dibedakan menjadi empat yaitu:
a.       Pengangguran Terbuka
Pengangguran ini terjadi lantaran pertambahan lapangan pekerjaan yang lebih rendah daripada pertambahan tenaga kerja. Akibatnya dalam perekonomian banyak tenaga kerja yang tidak memperoleh pekerjaan. Efek dari keadaan ini dalam suatu jangka waktu yang cukup panjang ialah mereka tidak melaksanakan suatu pekerjaan. Jadi, mereka menganggur secara konkret dan sepenuh waktu sehingga dinamakan pengangguran terbuka. Untuk menghitung berapa besar tingkat pengangguran terbuka, sanggup dilakukan dengan rumus berikut :

b.      Pengangguran Tersembunyi
Di negara berkembang seringkali ditemui jumlah pekerja dalam suatu acara ekonomi lebih banyak daripada yang bekerjsama diharapkan untuk melaksanakan pekerjaan. Kelebihan tenaga kerja yang dipakai ini digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contohnya pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diharapkan dan keluarga petani dengan anggita keluarga yang besar yang mengerjakan luas tanah yang sangat kecil.
c.       Pengangguran Bermusim
Pengangguran ini terutama terdapat di sekotor pertanian dan perikanan. Pada trend hujan penyadap karet dan nelayan tidak sanggup melaksanakan pekerjaan dan terpaksa menganggur. Pada trend kemarau para petani tidak sanggup mengerjakan tanahnya. Selain itu, para petani tidak begitu aktif antara waktu setelah menanam dan setelah menuai. Apabila dalam masa di atas para penyadap karet, nelayan, dan petani tidak melaksanakan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur. Pengangguran mirip ini digolongkan sebagai pengangguran bermusim.Untuk menghitung angka pengangguran musiman memakai rumus :
d.      Setengah Menganggur
Di negara-negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari desa ke kota ialah sangat pesat. Sebagai balasannya tidak semua orang yang pindah ke kota sanggup memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya terpaksa menjadi penganggur sepenuh waktu.Di samping itu adapula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka ialah jauh lebih rendah dari yang normal. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa kerja mirip yang dijelaskan ini digolongkan sebagai setengah menganggur atau dalam bahasa Inggris: underemployed. Untuk menghitung berapa besar tingkat setengah menganggur, sanggup dilakukan dengan rumus berikut :
2.8.       Penyebab Terjadinya Pengangguran
Pengangguran ialah masalah makroekonomi yang mensugesti insan secara eksklusif dan merupakan yang paling berat. Secara teoritis, pengangguran sanggup terjadi lantaran beberapa sebab, diantaranya : 
1.        Perubahan Struktural.
Seperti disebutkan Reynolds, Masters dan Moser (1986:269) jenis pengangguran ini terjadi lantaran mismatch (tak sepadan/ketidakcocokan) antara kualifikasi pekerja yang membutuhkan pekerjaan dengan persyaratan yang diinginkan. Hal ini biasanya terjadi lantaran adanya perubahan struktur ekonomi. Struktur ekonomi sanggup diamati dari dominasi kontribusi sektoral terhadap produksi nasional (regional). Bila sektor industri memperlihatkan kontribusi paling besar terhadap PDB dibanding dengan sektor lainnya, maka struktur perekonomian tersebut ialah industri, atau sebaliknya (Sadono Sukirno, 1985). Katakanlah dalam suatu negara atau tempat terjadi pergeseran struktur ekonomi dari sektor pertanian ke industri. Dampak selanjutnya, ialah dibutuhkannya kualifikasi tenaga kerja yang cocok di sektor industri. Ketika persyaratan ini tidak terpenuhi (mismatch), maka tenaga kerja yang ada menjadi tidak terpakai, kecuali terjadi penyesuaian kualifikasi mirip yang dibutuhkan.   
2.        Pengaruh Musim.
Perubahan trend terjadi bukan hanya di sektor pertanian saja, tetapi sering pula terjadi pada sektor lain. Pada trend liburan dan tahun baru, misalnya, suasana sektor jasa transportasi dan pariwisata menjadi sangat sibuk (full employed) dibanding dengan hari-hari biasa. Demikian pula pada ketika menjelang, sedang dan setelah bulan Suci Ramadhan, nampak undangan terhadap barang dan jasa meningkat (demand for good) yang selanjutnya akan membawa dampak otomatis terhadap undangan tenaga kerja (derived demand) di sektor yang bersangkutan (Arfida B.R., 2003).
3.        Adanya kendala (ketidaklancaran) bertemunya pencari kerja dan lowongan kerja (pengangguran friksional).
Jenis pengangguran ini biasanya terjadi lantaran kendala teknis (misalnya waktu dan tempat). Sering terjadi pencari kerja tidak mempunyai informasi yang lengkap wacana lowongan kerja yang ada. Sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk memenuhi lowongan kerja tersebut. Mungkin juga lantaran situasi kerja (tempat) yang ditempati tidak cocok dengan harapan si pencari kerja, sehingga menciptakan pudarnya semangat kerja. Pilihannya ialah lebih baik tidak bekerja, lantaran lingkungan kerja tidak aman lagi. Pengangguran jenis ini bisa juga terjadi lantaran perkembangan (dinamika) ekonomi yang terus-menerus berubah, sehingga membawa dampak terhadap undangan tenaga kerja yang dinamis pula. Artinya pada situasi demikian sangat dibutuhkan tenaga kerja yang bisa mengikuti perubahan jaman dengan cepat serta bisa melaksanakan pembiasaan keahlian terhadap tuntutan lingkungan eksternal yang dinamis tersebut. Bila situasi ini tidak bisa diikutinya, maka ia akan kehilangan kesempatan kerja.
4.        Rendahnya Aliran Investasi
Investasi merupakan komponen aggregate demand yang mempunyai daya ungkit terhadap ekspansi kesempatan kerja. Melalui prosedur imbas multiplier, perubahan investasi membawa dampak terhadap kenaikan output (pendapatan).  Terdapat beberapa besaran (pengeluran otonom, mirip halnya investasi) yang mempunyai dampak terhadap meningkatnya output yaitu pengeluaran konsumsi otonom, investasi otonom, pengeluaran pemerintah dan ekspor (Gordon, 1993). Secara otomatis meningkatnya output akan membutuhkan sumberdaya untuk proses produksi (modal, tenaga kerja dan input lainnya).  Dengan demikian undangan tenaga kerja akan meningkat ketika terjadi peningkatan dalam pengeluaran otonom tadi.  Hubungan antara kenaikan output dengan undangan tenaga kerja (penyerapan tenaga kerja) sanggup dijelaskan dengan konsep elastisitas peresapan tenaga kerja (Payaman J. Simanjuntak, 1985 : 82) atau sanggup ditulis dalam bentuk lain menjadi :
Elastisitas peresapan tenaga kerja mencerminkan persentase perubahan tenaga kerja yang terserap sebagai akhir perubahan laju pertumbuhan ekonomi
(LPE = %ΔQ). Bila koefisien Eks semakin besar (misalnya lebih besar dari satu atau elastis), ini berarti persentase kenaikan tenaga kerja yang terserap ialah lebih besar dibanding dengan laju pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Kondisi inilah yang sangat diharapkan, lantaran contoh kekerabatan sedemikian mencerminkan acara ekonomi yang pada karya (labor intensive). Artinya perubahan kesempatan kerja sangat peka (sensitif) terhadap perubahan laju pertumbuhan ekonomi (economic growth rate). 

Rumus di atas sanggup pula dipakai untuk melaksanakan prediksi kebutuhan tenaga kerja pada sektor tertentu untuk perioda tertentu. Misalnya, bila besarnya koefisien elastisitas peresapan kerja (Eks) dan laju pertumbuhan ekonomi (%ΔQ) sudah diketahui (given), maka dengan memakai persamaan (2) laju pertumbuhan peresapan tenaga kerja yang diinginkan (%ΔL) sanggup diperkirakan (ceteris paribus). Formula ini sanggup pula diterapkan pada level yang lebih rendah lagi, contohnya Kabupaten, Kota atau tingkat Kecamatan sekalipun. 
5.        Rendahnya Tingkat Keahlian
Keahlian dan produktifitas sangat berkaitan erat. Orang yang mempunyai keahlian akan mempunyai produktifitas tinggi, lantaran ia bisa memanfaatkan potensi dirinya pada acara ekonomi produktif. Untuk meningkatkan keahlian sanggup dilakukan banyak sekali cara, diantaranya ialah melalui pendidikan dan latihan, magang, pendidikan formal, membangkitkan kecerdasan tenaga kerja lewat pembinaan motivasi kerja dan corporate learning (percepatan mencar ilmu perusahaan) (Reynolds, Masters and Moser, 1986; Rose-Nicholl, 2002).  
6.      Diskriminasi.
Diskriminasi tidak hanya terjadi pada warna kulit saja (race discrimination), tetapi bisa terjadi pula pada aspek lain, contohnya pada sektor pendidikan, ekonomi, hukum, Agama dan lainnya. Misalnya, ketika perlakukan diskriminatif terjadi di bidang ekonomi, maka kemungkinan dampak yang akan dirasakan ialah hilangnya kesempatan berusaha dan kesulitan saluran pada sumber-sumber pertumbuhan ekonomi (modal, alam dan informasi, dll). Situasi inilah yang pada gilirannya akan menghambat pada penciptaan lapangan kerja itu sendiri. Kaprikornus beban ketenagakerjaan akan berat sekali ketika perlakukan disriminatif di bidang ekonomi masih ada. Demikian juga bila saluran pendidikan dan pengembangan SDM tidak diberikan seluas-luasnya kepada publik, dampak selanjutnya ialah terpuruknya kualitas SDM, dan dalam jangka panjang kesempatan akan sulit diraih oleh tenaga kerja. 
7.      Laju Pertumbuhan Penduduk
Hal-hal yang tidak diinginkan dari problem kependudukan diantaranya ialah apabila pertumbuhan penduduk bersamaan dengan munculnya karakteristik sebagai berikut :
a.    tidak diimbangi dengan sarana dan prasaranan pendidikan yang  memadai, 
b.    rendahnya anggaran pendidikan, 
c.    rendahnya tingkat kesehatan, 
d.   tidak seimbang dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja, 
e.    rendahnya pembentukan modal, 
f.     rendahnya kualitas tenaga kependidikan, 
g.    rendahnya balas jasa di sektor pendidikan (gaji, honor, jasa riset, dsb),
h.    rendahnya daya beli masyarakat, 
i.      minimnya sumberdaya ekonomi yang bisa dieksploitasi, 
j.      masih rendahnya pemahaman wacana arti penting pendidikan, dan 
k.    rendahnya kemudahan dan kualitas kesehatan yang dibutuhkan  masyarakat.
8.        Aggregate Demand Unemployment
Pengangguran ini muncul lantaran rendahnya undangan output ekonomi, sehingga selanjutnya berdampak pada rendahnya undangan tenaga kerja (low derived demand). Sebaliknya, bila undangan output tinggi (high aggregate demand), bukan hanya akan menghilangkan pengangguran jenis ini, tetapi malah akan tercipta lebih banyak lagi kesempatan kerja, bahkan situasi ini sanggup mengurangi pengangguran struktural dan friksional yang terjadi sebelumnya. 
Bagi kebanyakan orang kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan tekanan psikologis. Yang menjadi pertanyaan ialah mengapa selalu ada pengangguran? N.Gregory Mankiw seorang Profesor Ilmu Ekonomi di Harvard University dalam bukunya Macro economics menyatakan bahwa ada dua alasan adanya pengangguran yaitu: pencarian kerja yang sesuai dan kekakuan upah riil.
9.        Pencarian Kerja yang Sesuai
Salah satu alasan adanya pengangguran ialah dibutuhkan waktu untuk mencocokan antara pekerja dengan pekerjaan. Model ekuilibrium pasar tenaga kerja agregat mengasumsikan bahwa seluruh pekerja dan seluruh pekerjaan ialah identik, sehingga seluruh pekerja dianggap cocok untuk seluruh pekerjaan. Jika hal ini benar dan pasar dalam kondisi ekuilibrium, maka kehilangan pekerjaan tidak mengakibatkan pengangguran. Pekerja yang keluar dari pekerjaannya akan segera mendapatkan pekerjaan gres pada tingkat keseimbangan pasar. Dalam kenyataannya para pekerja mempunyai preferensi serta kemampuan yang berbeda, dan pekerjaan mempunyai karakteristik yang berbeda. Sementara itu, arus informasi wacana calon karyawan dan lowongan kerja tidak sempurna. Untuk semua alasan ini, mencari pekerjaan yang tepat membutuhkan waktu serta perjuangan dan cenderung mengurangi tingkat perolehan kerja. Pengangguran yang disebabkan oleh waktu yang di butuhkan untuk mencari pekerjaan disebut pengangguran friksional (friksional unemployment).  Pengangguran friksional tidak bisa dielakan dalam perekonomian yang sedang berubah. Untuk beberapa alasan, jenis-jenis barang yang di konsumsi perusahaan dan rumah tangga bervariasi sepanjang waktu. Ketika undangan terhadap barang bergeser, undangan terhadap tenaga kerja yang memproduksi barang-barang tersebut juga berubah. Para ekonomi menyebut perubahan komposisi undangan antar industri atau wilayah sebagai pergeseran sektoral. Pergeseran sektoral bukan satu-satunya penyebab pemutusan kekerabatan kerja dan pengangguran friksional. Selain itu para pekerja sanggup di PHK ketika perusahaan mereka bangkrut, ketika kinerja mereka merosot, atau ketika keahlian mereka tidak dibutuhkan lagi.
10.     Kekakuan Upah Riil
Alasan kedua adanya pengangguran ialah kekakuan upah (wage rigidity). Gagalnya upah melaksanakan penyusuaian hingga penawaran tenaga kolaborasi dengan permintaannya.
2.9.        Dampak yang Diakibatkan dari Pengangguran
Bisa dipastikan bahwa pengangguran yang terjadi akan membawa dampak pada aspek (sektor) lainnya. Aspek-aspek yang akan terkena eksklusif ialah kesehatan dan pendidikan. Karenanya sebagian beban biaya pendidikan dan kesehatan harus ditanggung (bahkan merupakan kewajiban) pemerintah. Bila pengangguran tersebut berlangsung cukup lama, maka kemiskinan otoriter bahkan kelaparan bisa terjadi. Dampak lain dari pengangguran di antaranya ialah : 
1.        Ketimpangan sosial. Ini terjadi lantaran tidak seluruh komponen masyarakat menganggur, selalu ada sekelomok masyarakat yang nasibnya masih beruntung, ia sanggup bekerja dengan normal bahkan memperoleh penghasilan yang berlebih.
2.        Kecemburuan sosial.  Hal ini terjadi lantaran terpicu oleh disparitas sosial yang ada, contohnya ketimpangan pendapatan, status sosial dan kekuasaan.
3.         Meningkatnya budget pemerintah untuk sektor pendidikan dan kesehatan.
4.        Meningkatnya kriminalitas dan kekerasan sosial lainnya.
5.         Munculnya sikap permisif (serba boleh) sebagai jalan pintas untuk mempertahankan hidup.
6.         Tidak lancarnya sistem demokrasi. Karena money politic lebih dominan.
7.        Disharmonisnya sistem rumah tangga, lantaran penopang kelangsungan rumah tangga (penghasilan) tidak memadai lagi.
8.        Meningkatnya sex komersial (pelacuran), sebagai representasi sulitnya mencari lapangan kerja.
9.          Melemahnya daya beli, sebagai konsekuensi eksklusif dari ketidakberdayaan ekonomi (rendahnya pendapatan rumah tangga).
10.     Kekuasaan dan harga diri diukur oleh tingkat kekayaan dan penghasilan yang sanggup diperoleh (seba uang). Sebetulnya ini suatu kekeliruan yang paling fatal, namun masyarakat cenderung berperilaku mirip itu. Dirasakan sekali dengan uang segalanya jadi lancar, menyenangkan, status sosial terangkat dan dihargai orang lain.  
Adapun dampak lain yang terjadi lantaran pengangguran,
1.        Dampak Pengangguran Terhadap Pembangunan Nasional
Pengangguran merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat modern. Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya menjadi terbuang percuma dan tingkat pendapatan masyarakat akan menurun. Pengangguran berdampak besar terhadap pembangunan nasional. Dampak pengangguran terhadap pembangunan sanggup dilihat melalui kekerabatan antara pengangguran dan indikator-indikator berikut ini:
    a.    Pendapatan Nasional dan Pendapatan per Kapita. Upah merupakan salah satu komponen dalam         perhitungan pendapatan nasional. Apabila tingkat pengangguran semakin tinggi, maka nilai komponen upah akan semakin kecil. Dengan demikian, nilai pendapatan nasional pun akan semakin kecil.
     b.    Penerimaan Negara. Salah satu sumber penerimaan negara ialah pajak, khususnya pajak penghasilan. Pajak penghasilan diwajibkan bagi orang-orang yang mempunyai pekerjaan. Apabila tingkat pengangguran meningkat, maka jumlah orang yang membayar pajak penghasilan berkurang. Akibatnya penerimaan negara pun berkurang.
    c.    Beban Psikologis. Semakin usang seseorang menganggur, semakin besar beban psikologis yang harus ditanggung. Secara psikologis, orang yang menganggur mempunyai perasaan tertekan, sehingga besar lengan berkuasa terhadap banyak sekali perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Biaya Sosial. Dengan semakin besarnya jumlah penganggur, semakin besar pula biaya sosial yang harus dikeluarkan. Biaya sosial itu meliputi biaya atas peningkatan tugas-tugas medis, biaya keamanan, dan biaya proses peradilan sebagai akhir meningkatnya tindak kejahatan.
2.        Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara
Tujuan simpulan pembangunan ekonomi suatu negara intinya ialah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi supaya stabil dan dalam keadaan naik terus. Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan. Hal ini terjadi lantaran pengganguran berdampak negatif terhadap acara perekonomian, mirip yang dijelaskan di bawah ini:
     a.       Pengangguran bisa mengakibatkan masyarakat tidak sanggup memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi lantaran pengangguran bisa mengakibatkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh lantaran itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
      b.      Pengangguran akan mengakibatkan pendapatan nasional yang berasal dari sektor pajak berkurang. Hal ini terjadi lantaran pengangguran yang tinggi akan mengakibatkan acara perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk acara ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga acara pembangunan pun akan terus menurun.
     c.       Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan mengakibatkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga undangan terhadap barang-barang hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan investor (pengusaha) untuk melaksanakan ekspansi atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomi pun tidak akan terpacu.
3.        Dampak Pengangguran terhadap Individu yang Mengalaminya dan Masyarakat
Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:
   a.       Pengangguran sanggup menghilangkan mata pencaharian. Di negaranegara maju para penganggur memperoleh tunjangan (bantuan keuangan) dari tubuh asuransi pengangguran. Oleh alasannya ialah itu, mereka masih mempunyai pendapatan untuk membiayai kehidupannya dan keluarganya. Mereka tidak perlu bergantung kepada tabungan mereka atau derma orang lain. Sedangkan di negara Indonesia, tidak terdapat agenda asuransi pengangguran. Maka kehidupan penganggur harus didanai oleh tabungan masa kemudian atau pinjaman batnuan keluarga dan kawan-kawan. Keadaan ini bias mengakibatkan pertengkaran dan kehidupan keluarga yang tidak harmonis. 
      b.      Pengangguran sanggup menghilangkan keterampilan. Ketrampilan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya sanggup dipertahankan apabila ketrampilan tersebut dipakai dalam praktek. Pengangguran dalam periode yang usang akan mengakibatkan tingkat ketrampilan pekerja menjadi semakin merosot.
    c.       Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial politik. Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi sanggup menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah. Golongan yang memerintah semakin tidak popular di mata masyarakat. Berbagai tuntunan dan kritikan akan dilontarkan kepada pemerintah dan adakalanya disertai oleh agresi demonstrasi. Karena masyarakat akan berpandangan bahwa pemerintah tidak melaksanakan tindakan untuk menanggulanginya kemudian menimbulkan ketidak percayaan pada pemerintah.
   d.      Meningkatnya kriminalitas. Mereka yang tidak mempunyai pekerjaan terpaksa melaksanakan tindakan kriminalitas guna memenuhi kebutuhannya.
      e.       Meningkatnya kemiskinan. Hal ini lantaran mereka tidak mempunyai lagi sumber pendapatan.
2.10.    Peran Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Masalah Pengangguran
Di atas telah dijelaskan dampak negatif dari adanya pengangguran dalam perekonomian.Untuk mengatsi dampak negatif tersebut pemerintah perlu secara terus menerus berusaha mengatasi masalah pengangguran. Ada beberapa tujuan dari kebijakan pemerintah diantaranya:
1.        Tujuan bersifat ekonomi: kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah menurut pada pertimbangan-pertimbangan yang bersifat ekonomi. Dalam hal ini ada tiga pertimbangan utama:
a.       Menyediakan lowongan pekerjaan, kebijakan pemerintah untuk mengatasi pengangguran merupakan perjuangan yang terus-menerus. Dengan perkataaan lain, ini merupakan perjuangan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka panjang perjuangan mengatasi pengangguran diharapkan lantaran jumlah penduduk yang selalu bertambah akan mengakibatkan pertambahan tenaga kerja yang terus-menerus. Maka, untuk menghindari masalah pengangguran yang semakin serius, pemanis lowongan pekerjaan yang cukup perlu disediakan dari tahun ke tahun.
Dalam jangka pendek pengangguran sanggup menjadi bertambah serius, yaitu ketika berlaku kemunduran atau pertumbuhan ekonomi yang lambat. Dalam masa mirip itu kesempatan kerja bertambah dengan lambat dan pengangguran meningkat. Menghadapi keadaan yang mirip ini usaha-usaha pemerintah untuk mengatasi pengangguran perlu ditingkatkan.
b.      Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat, kenaikan kesempatan kerja dan pengurangan pengangguran sangat bekerjasama dengan pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat. Kenaikan kesempatan kerja menambah produksi nasional dan pendapatan nasional. Perkembangan ini selanjutnya akan menambah kemakmuran masyarakat. Ukuran bergairah dari kemakmuran masyarakat ialah pendapatan per kapita yang diperoleh dengan cara membagikan pendapatan nasional dengan jumlah penduduk. Dengan demikian, kesempatan kerja yang semakin meningkat dan pengangguran yang semakin berkurang bukan saja menambah pendapatan nasional tetapi juga meningkatkan pendapatan per kapita. Melalui perubahan ini kemakmuran masyarakat akan bertambah. 
c.       Memperbaiki pembagian pendapatan, pengangguran yang semakin tinggi menimbulkan imbas yang jelek kepada kesamarataan pembagian pendapatan. Pekerja yang menganggur tidak memperoleh pendapatan. Maka semakin besar penganguran,semakin banyak golongan tenaga kerja yang tidak mempunyai pendapatan. Seterusnya pengangguran yang terlalu besar cenderung untuk menurunkan upah golongan berpendapatan rendah. Sebaliknya, pada kesempatan kerja yang tinggi tuntuan kenaikan upah akan semakin gampang diperoleh. Dari kecenderungan ini sanggup disimpulkan bahwa perjuangan menaikkan kesempatan kerja sanggup dapat juga dipakai sebagai alat untuk memperbaiki pembagian pendapatan dalam masyarakat.  
2.        Tujuan bersifat sosial dan politik: tujuan untuk mengatasi masalah sosial dan politik tidak kalah pentingnya dengan tujuan yang bersifat ekonomi. Tanpa kesetabilan sosial dan politik , usaha-usaha untuk mengatasi masalah ekonomi tidak akan sanggup dicapai dengan mudah. Beberapa tujuan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan politik:
      a.       Meningkatkan kemakmuran dan kestabialan keluarga, ditinjau dari segi mikro, tujuan ini merupakan hal yang sangat penting. apabila kebanyakan anggota dalam suatu rumah tangga tidak bekerja, banyak sekali masalah akan timbul. Pertama keluarga tersebut mempunyai kemampuan terbatas untuk melaksanakan pembelanjaaan. Maka secara eksklusif pengangguran mengurangi taraf kemakmuran keluarga. Kedua pengangguran mengurangi kemampuan keluarga dalam membiayai pendidikan anak-anaknya. Sehingga perlunya ada ekspansi kesempatan kerja. Efek psikologi ke atas rumah tangga mirip merasa rendah diri, kehilangan kepercayaan diri dan perselisihan dalam keluarga, merupakan masalah lain yang ditimbulkan oleh pengangguran.
    b.      Menghindari masalah kejahatan, di satu pihak pengangguran mengakibatkan para pekerja kehilangan pendapatan. Akan tetapi di lain pihak, ketiadaan pekerjaan tidak akan mengurangi kebutuhan untuk berbelanja guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Apabila tidak adanya tabungan maupun penghasilan lain pengangguran semakin meningkatkan tindak kejahatan, dimana motif kejahatan sebagian besar ialah faktor ekonomi, dengan demikian perjuangan mengatasi pengangguran berarti juga mengurangi tingakat tindakan kejahatan.
     c.       Mewujudkan kestabilan politik, kestabilan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang di perlukan untuk menaikan tingkat kemakmuran masyarakat memerlukan kestabilan politik. Tanpa kestabilan politik mustahil suatu negara sanggup mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat dan terus menerus. Pengangguran merupakan salah satu sumber/penyebab dari ketidak stabilan politik lantaran pengangguran menciptakan masyararakat tidak merasa puas dengan pihak pemerintah. Mereka merasa pemerintah tidak melaksanakan tindakan yang cukup untuk masyarakat. Dalam perekonomian yang tingkat penganggurannya tinggi masyarakat seringkali melaksanakan demonstrasi dan mengemukakan kritik kepada pemimpin-pemimpin pemerintah. Hal-hal mirip ini akan menimbulkan halangan untuk melaksanakan investasi dan menyebarkan acara ekonomi. Senagai balasannya perkembangan ekonomi yang lambat semakin berkepanjangan dan keadaan pengangguran semakin memburuk. Pemerintah harus cepat melaksanakan tinfakan untuk mengatasi masalah tersebut. 
Dua kebijakan pemerintah yaitu :
1.        Kebijakan Fiskal
Kebijakan pemerintah untuk mengatur pengeluaran pemerintah serta mengatur besarnya tarif pajak.
Masalah pengangguran muncul lantaran pengeluaran agregat (AE1) berada di bawah pengeluaran agregat yang diharapkan untuk mencapai tingkat konsumsi tenaga kerja penuh (AE2). Jarak antara AE1 dan AE2 dinamakan jurang deflasi, jurang deflasi ialah jumlah kekurangan pembelanjaan agregat yang diharapkan untuk mencapai konsumsi tenaga kerja penuh. Dalam grafik a. dimisalkan keseimbangan asal di capai di titik E1. keseimbangan ini menunjujukan pendapatan nasional ialah Y1 dan dalam dalam keseimbangan ini pengangguran berlaku.untk mengatasinya pemerintah menambah pengeluaran pemerintah sebanyak ∆G dan pertambahan pengeluaran ini memindahkan pengeluaran pemerintah dari AE1 KE AE1. Perubahan tersebut berarti keseimbangan bergeser pula dari E1 ke E2. Perubahan in akan akan menambah kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran.
Dalam grafik b, yang mengambarkan imbas pengurangan pajak pada keseimbangn pendapatan nasional, juga dimisalkan keseimbangan yang asal ialah di E1. Pengurangan pajak sebesar ∆T (yang sama nilainya dengan ∆G) akan menambah pendapatan disposibel rumah tangga sebesar ∆   =∆T. Perubahan disposibel itu akan ialah kuarang dari ∆G, yaitu hanya sebesar: ∆C=MPC.∆G. Kenaikan pengeluaran rumah tersebut akan memindahkan pengeluaran agregat menjadi A    dan keseimbangan menjadi . Maka pendapatan nasional bertambah dari     ke    dan oleh alasannya ialah itu kesempatan kerja bertambah dan pengangguran berkurang.
2.        Kebijakan moneter
Kebijakan pemerintah untuk mengatur tingkat suku bunga.
 Pengeluaran agregat yang mula-mula berlaku dalam perekonomian ditunjukan oleh A   dan pendapatan nasional di . Untuk mengatasi pengangguran dan menggalakan acara ekonomi bank sentral menambah penawaran uang. Langkah ini menurunkan suku bunga dan menggalakan para pengusaha menambah investasi, yaitu sebesar  . Pertambahan investasi tersebut memindahkan pengeluaran agregat dari A  ke A dan memindahkan keseimbangan dari  ke A . Dengan demikian pendapatan nasional meningkat menjadi  . Peningkatan ini menambah kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran, akan tetapi acara ini berlaku pada harga yang tidak mengalami perubahan.
2.11.   Solusi Mengatasi Pengangguran 
1.    Cara mengatasi pengangguran friksional dan pengangguran voluntary
a.       Proyek padat karya untuk menambah kesempatan kerja dengan mendirikan industri baru, pembangunan jalan raya, jembatan, dll.
b.      Menarik investor gres dengan cara deregulasi dan debirokratisasi.
c.       Pengembangan transmigrasi untuk menambah lapangan kerja gres di bidang agraris dan sektor lain.
                 2.      Cara mengatasi pengangguran konjungtural
a.       Meningkatkan daya beli mesyarakat sehingga pasar menjadi ramai dan akan meningkatkan jumlah permintaan. Dengan demikian, perusahaan harus meningkatkan produksi dengan menambah tenaga kerjanya.
b.      Mengatur bunga bank supaya tidak terlalu tinggi sehingga para investor lebih suka menginvestasikan uangnya dalam bidang perjuangan untuk mendapatkan laba yang lebih besar.
                 3.      Cara mengatasi pengangguran struktural
a.       Menyediakan lapangan kerja untuk menampung kelebihan tenaga kerja di sektor ekonomi lain pada suatu tempat yang mengalami perubahan sektor ekonomi.
b.      Pelatihan tenaga kerja untuk mengisi yang masih membutuhkan.
c.       Menarik investor, khususnya merangsang berdirinya industri baru.
                 4.      Cara mengatasi pengangguran musiman
a.       Pelatihan keterampilan lain, selain bidang yang sudah digeluti. Hal tersebut sanggup dipakai untuk melaksanakan pekerjaan lain pada ketika trend – trend tertentu (biasanya ketika petani meninggu panen).
b.      Menginformasikan lowongan pekerjaan yang ada di sektor lain kepada masyarakat.
                   5.      Cara mengatasi pengangguran deflasionar
a.       Pelatihan tenaga kerja, terutama diarahkan untuk tenaga kerja yang akan dikirim ke luar negeri, supaya mereka tidak hanya menjadi tenaga kasar, tetapi minimal menjadi tenaga terampil atau bahkan tenaga ahli.
b.      Seperti cara yang dilakukan untuk mengatasi pengangguran lain, menarik investor gres sangat perlu dilakukan.
                 6.      Cara mengatasi pengangguran teknologi
a.       Mempersiapkan masyarakat untuk sanggup mengikuti perkembangan teknologi dengan cara memasukkan materi kurikulum training teknologi pada sekolah-sekolah.
b.      Pengenalan teknologi yang ada semenjak usia dini.
c.       Pelatihan tenaga pendidik untuk menguasai teknologi gres yang harus disampaikan pada anak. 


BAB III
PENUTUP
1.1.       Kesimpulan
Pengangguran di Indonesia kondisinya ketika ini sangat memprihatinkan, banyak sekali terdapat pengangguran di mana-mana. Penyebab pengangguran di Indonesia ialah terdapat pada masalah sumber daya insan itu sendiri dan tentunya keterbatasan lapangan pekerjaan. Indonesia sendiri menempati urutan ke 133 dalam hal tingkat pengangguran di dunia, semakin rendah peringkatnya maka semakin banyak pula jumlah pengangguran yang terdapat di Negara tersebut. Untuk mengatasi masalah pengangguran ini pemerintah telah menciptakan suatu agenda untuk menampung para pengangguran. Selain mengharapkan derma dari pemerintah sebaiknya kita secara pribadi juga harus berusaha memperbaiki kualitas sumber daya kita supaya tidak menjadi seorang pengangguran dan menjadi beban pemerintah.
1.2.       Saran
Dari kesimpulan di atas maka kami sanggup menyarankan hal-hal sebagai berikut :
1.      Memperluas lapangan pekerjaan,
2.      Menginformasikan lowongan pekerjaan yang ada di sektor lain kepada masyarakat,
3.      Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja,
4.      Mempersiapkan masyarakat untuk sanggup mengikuti perkembangan teknologi dengan cara memasukkan materi kurikulum training teknologi pada sekolahsekolah,
5.      Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan, 
6.      Mengadakan training tenaga kerja untuk mengisi deretan kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, 
7.      Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran, dan
8.      Pengembangan transmigrasi untuk menambah lapangan kerja gres di bidang agraris dan sektor lain.

DAFTAR PUSTAKA
Hubbard, Ron. 1983. Masalah Pekerjaan. Bandung: Angkasa Anggota IKAPI.
Keynes, John Maynard.1991. Teori Umum Megenai Kesempatan Kerja, Bungan dan Uang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mankiw, N.Gregory. 2003. Teori Ekonomi Makro Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Samuelson, Paul A., dan William D. Nordhaus. 1995. Makro ekonomi Edisi Keempat belas. Jakarta: Erlangga.
Sukirno, Sadono.1997. Pengantar Teori Makro ekonomi.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 2006. Makro ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers.
Samuelson, Paul A dan William D. Nordhaus. 2004. Ilmu Makro Ekonomi. Jakarta: PT. Media Global Edukasi.
Tjiptoherijanto, Prijono. 1992. Ketenagakerjaan, Kewirausahaan, dan Pembangunan Ekonomi.  PT. Pustaka LP3ES.
Sukirno, Sadono. 2004. Makro ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Perrsada.
Susanti, Hera dan Widyanti, Moh. Ihsan. 1998. Indikator-Indikator Makroekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbitan Fak. Eko UI Edisi Ke-3.
http://www.google.co.id
http://www.bps.go.id
http://www.datastatistik-indonesia.com
http://www.dephan.go.id
http://www.jurnal-ekonomi.org

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel