Teknik Sampling Dalam Penelitian
- Abstrak
- A.Pendahuluan
Pada bidang penelitian, baik mahasiswa maupun dosen dituntut untuk melaksanakan penelitian secara ilmiah. Adapun bentuk penelitian yang dilaksanakan diubahsuaikan dengan jenjang dan bidang kajian masing-masing. Bentuk penelitian yang dilakukan mahasiswa sanggup berupa makalah, kiprah simpulan (TA), ataupun skripsi; sedangkan penelitian yang dilakukan dosen sanggup berupa penelitian pengembangan keilmuan dan teknologi, supaya sanggup meningkatkan mutu pendidikan, serta memungkinkan penerapan dan pemanfaatan balasannya bagi kepentingan dan perjuangan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, bagi seorang dosen, penelitian merupakan salah satu syarat mutlak untuk kenaikan pangkat.
Sebelum seseorang akan melaksanakan penelitian, sebaiknya harus menyusun planning penelitian, yang dikenal dengan usulan/proposal penelitian. Kegunaan dari usulan penelitian tersebut yaitu sebagai pedoman planning awal yang akan dilakukan peneliti, baik mengenai masalah, ruang lingkup, metode penelitian yang dipakai, populasi dan sampel penelitian, perencanaan tempat dan waktu penelitian, instrumen penelitian, hingga pada perencanaan anggaran (jika diperlukan).
Dalam melaksanakan penelitian, tidak semua penelitian sanggup dilakukan secara populasi. Banyak alasan yang mendasari hal tersebut, diantaranya sebaran populasi yang luas, waktu yang dibutuhkan terlalu lama, keterbatasan biaya, dll. Lebih lanjut Riduan dan Akdon (2006:240) menyampaikan bahwa laba menggunakan sampel antara lain
- memudahkan jalannya penelitian,
- penelitian lebih efisien,
- lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, dan
- lebih efektif.
Dalam menentukan sampel mana yang akan dijadikan sebagai objek penelitian tidaklah mudah, alasannya sampel yang kita ambil harus sanggup mewakili semua karakteristik dari populasinya. Jika sampel yang kita jadikan tidak sanggup mewakili semua karakteristik populasinya, maka hasil penelitian tersebut tidak sanggup dibuatkan generalisasinya.
- Menentukan Populasi dan Ukuran Sampel yang Representatif.
Ditinjau dari ukuran anggota populasi, maka populasi terdiri dari populasi terbatas/ terhingga (Finite Population)., dan populasi tak terbatas / tak terhingga (Infinite Population). Namun dalam kenyataannya populasi terhingga selalu menjadi populasi yang tak terhingga. Ditinjau dari sudut sifatnya, maka populasi sanggup bersifat homogen, dan heterogen. Bersifat homogen artinya populasi tersebut memiliki karakteristik yang sama, sehingga tidak perlu mempersoalkan berapa banyak jumlah ukuran sampel harus diambil. Sedangkan bersifat heterogen artinya setiap anggota sampel dari populasi tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga perlu ditetapkan batasan-batasannya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Penelitian yang menggunakan seluruh anggota populasinya disebut sampel total atau sensus. Penggunaan ini berlaku bila anggota populasi relatif kecil. Untuk anggota populasi yang relatif besar, maka diharapkan mengambil sebagian anggota populasi yang dijadikan sampel. Pengambilan anggota sampel yang merupakan sebagian dari anggota populasi tadi harus dilakukan dengan teknik tertentu dengan yang disebut teknik sampling.
Berkenaan dengan teknik pengambilan sampel, Nasution (2003: 53) menyampaikan bahwa “Mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya,serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya”. Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam mengambil sampel yaitu sebagai berikut:
- Berilah batas-batas yang tegas wacana sifat-sifat / karakteristik populasi, sehingga sanggup menghindari kekaburan dan kebingungan.
- Tentukan sumber-sumber informasi wacana populasi. Ada beberapa sumber informasi yang sanggup memberi petunjuk wacana karakteristik suatu populasi. Umpamanya didapat dari dokumen-dokumen.
- Pilihlah teknik sampling dan hitunglah besar anggota sampel yang sesuai dengan tujuan penelitiannya.
- Tentukan ukuran sampel yang akan dianalisis.
Supaya sampel yang dijadikan penelitian representatif, maka diharapkan jumlah sampel minimal yang digunakan dalam penelitian. Dalam penentukan ukuran sampel sanggup dilakukan dengan dua cara yaitu cara simpel (tidak menggunakan rumus atau hitungan) dan cara perhitungan dengan menggunakan rumus. Banyak sekali model rumus-rumus yang sanggup digunakan untuk menentukan jumlah sampel minimum, salah satunya rumus empiris dianjurkan oleh Issac dan Michael (1981:192) dalam Sukardi (2004:55) sebagai berikut:
Keterangan:
S = jumlah sampel yang dicari;
N = Jumlah populasi;
P = proporsi populasi, perkiraan diambil P = 0,50
d = derajat ketepatan, biasanya diambil d = 0,05
2 = 3,8412 = nilai tabel
Sebagai contoh, bila banyakya populasi diketahui = 500, maka banyaknya sampel minimum yang harus diambil adalah:
Kaprikornus minimal sebanyak 217.
Supaya dalam pelaksanaan penelitian tidak terlalu banyak perhitungan, maka Issac dan Michael (1981:192) menuangkan rumus tersebut ke dalam bentuk tabel, sehingga kita tinggal menggunakan tabel tersebut.
Tabel 1 : Menentukan Jumlah sampel dengan Taraf Signifikansi 5%
N S N S N S N S
10 10 90 73 300 169 1900 320
15 14 95 76 400 196 2000 322
20 19 100 80 500 217 2200 327
25 24 120 92 600 234 2400 331
30 28 130 97 700 248 2600 335
35 32 140 103 800 260 2800 338
40 36 150 108 900 269 3000 341
45 40 160 113 1000 278 3500 346
50 44 170 118 1100 285 4000 351
55 48 180 123 1200 291 4500 354
60 52 190 127 1300 297 5000 357
65 56 200 132 1400 302 10000 370
70 59 220 140 1500 306 15000 375
75 63 240 148 1600 310 20000 377
80 66 260 155 1700 313 50000 381
85 70 280 162 1800 317 100000 384
Sumber:Sugiono(1997:67)
Sebagai contoh, untuk populasi yang berjumlah 100, dengan taraf signifikasi 5% ukuran sampelnya 80, sedangkan untuk populasi yang berjumlah 3500 taraf signifikansi 5% sebanyak 346.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel sanggup dilakukan dengan dua cara yaitu : sampling random (probability sampling) dan sampling nonrandom (nonprobability sampling). Sampling random yaitu pengambilan sampel secara acak yang dilakukan dengan cara undian, atau tabel bilangan acak/random atau dengan menggunakan kalkulator/komputer. Sedangkan sampling nonrandom atau disebut juga sebagai incidental sampling, yaitu pengambilan sampel tidak secara acak.
1. Teknik Sampling Random
Teknik sampling random terdiri atas tiga jenis, yaitu sampling random sederhana (Simple Random Sampling), sampling bertingkat (Stratified Sampling), dan sampling kluster/area (Cluster Sampling)
a. Sampling Random Sederhana
Digunakan bila populasi bersifat homogen. Dikatakan sederhana alasannya cara pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata/tingkatan yang ada dalam populasi itu.
b. Teknik Sampling Bertingkat
Teknik sampling ini disebut juga dengan istilah teknik sampling berlapis, berjenjang, dan petala. Teknik ini digunakan apabila populasinya heterogen atau terdiri atas kelompok-kelompok yang bertingkat. Penentuan tingkat berdasarkan karakteristik tertentu. Misalnya : berdasarkan usia, pendidikan, golongan pangkat, dan sebagainya. Teknik ini akan semakin baik bila dilengkapi dengan penggunaan proporsional, sehingga setiap tingkat diwakili oleh jumlah yang sebanding. Sampling bertingkat yang dilengkapi dengan proposional ini disebut proportional stratified random sampling. Keuntungan menggunakan cara ini ialah anggota sampel yang diambil lebih representatif. Kelemahannya ialah lebih banyak memerlukan perjuangan pengenalan terhadap karakteristik populasinya. Jika banyaknya ukuran dari masing-masing tingkatan/kelompok tidak proporsional maka disebut dengan disproportional stratified random sampling.
Contoh Teknik sampling proporsional : Misalnya populasi untuk A = 25, B = 60, C = 15. Jadi, jumlah anggota populasi = 100. Sedangkan besar anggota sampel = 80 sehingga besar masing-masing sampel untuk A, B, dan C sanggup dihitung sebagai berikut :
Untuk A : (25/100) x 80 = 20 orang,
untuk B: (60/100) x 80 = 48 orang, dan
untuk C : (15/100) x 80 = 12 orang.
Sehingga jumlah sampel seluruhnya sebanyak 80 orang.
Contoh Teknik sampling yang tidak proporsional:
Misalnya populasi untuk A = 3, B = 4, C = 33, D = 60. Jadi, jumlah anggota populasi = 100. Sedangkan besar anggota sampel sebanyak 80 sehingga besar masing-masing sampel untuk A, B, C dan D sanggup dihitung sebagai berikut :
Untuk A dan B diambil semuanya sebagai sampel, sedangkan untuk C dan D diambil
secara proporsi dengan perhitungan sebagai berikut:
Sehingga jumlah sampel seluruhnya sebanyak 80 orang.
c. Teknik Sampling Kluster.
Teknik sampling ini disebut juga sebagai teknik sampling daerah, conditional sampling/restricted sampling/area sampling. Teknik ini digunakan apabila populasi tersebar dalam beberapa daerah, propinsi, kabupaten, kecamatan, dan seterusnya. Pada peta tempat diberi petak-petak dan setiap petak diberi nomor. Nomor-nomor itu kemudian ditarik secara acak untuk dijadikan anggota sampelnya.
Pada penggunaan teknik sampling kluster, biasanya digunakan dua tahapan, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap kedua menentukan orang/orang atau objek yang dijadikan penelitian pada tempat yang terpilih yang dilakukan secara random.
Keuntungan menggunakan teknik ini ialah : (1) sanggup mengambil populasi besar yang tersebar diberbagai daerah, dan (2) pelaksanaannya lebih gampang dan murah dibandingkan teknik lainnya. Sedangkan kelemahannya ialah (1) jumlah individu dalam setiap pilihan tidak sama, alasannya itu teknik ini tidaklah sebaik teknik lainnya; (2) ada kemungkinan penduduk satu tempat berpindah kedaerah lain tanpa sepengetahuan peneliti, sehingga penduduk tersebut mungkin menjadi anggota rangkap sampel penelitian.
2. Teknik Sampling Nonrandom
Teknik sampling nonrandom terdiri atas lima macam yaitu: Teknik Sampling Sistematis (Systematical Sampling), Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling), Teknik Sampling Bertujuan (Porpusive Sampling), Teknik Sampling Kuota (Quota Sampling), dan Teknik Bola Salju (Snowball Sampling)
a. Teknik Sampling Sistematis (Systematical Sampling)
Teknik ini bekerjsama sanggup termasuk kepada teknik random sampling sederhana yang digunakan secara ordinal. Artinya anggota sampel dipilh berdasarkan urutan tertentu. Misalnya setiap kelipatan 10 atau 100 dari daftar pegawai disuatu kantor, pengambilan sampel hanya nomor genap atau yang ganjil saja, dll. Keuntungan teknik ini ialah lebih cepat dan mudah. Sedangkan kelemahannya yaitu kadang kala kurang mewakili populasinya.
b. Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling)
Teknik sampling kebetulan dilakukan apabila pemilihan anggota sampelnya dilakukan terhadap orang atau benda yang kebetulan ada atau dijumpai dan dipandang orang yang dijumpai tsb. cocok dijadikan sumber data. Misalnya kita ingin meneliti pendapat masyarakat wacana kenaikan harga atau keluarga berencana, maka pertanyaan diajukan kepada mereka yang kebetulan dijumpai dipasar atau ditempat-tempat lainnya. Keuntungan menggunakan teknik ini ialah murah, cepat dan mudah. Sedangkan kelemahannya ialah kurang representatif.
c. Teknik Sampling Bertujuan (Porpusive Sampling)
Teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya. Sebagai pola : untuk meneliti wacana disiplin siswa maka yang dipilih yaitu orang yang aahli dalam kesiswaan menyerupai kepala sekolah, PKS urusan kesiswaan, ketua osos, yang dijadikan anggota sampel. Keuntungan menggunakan teknik ini ialah murah, cepat dan mudah, serta relevan dengan tujuan penelitiannya. Sedangkan kerugiannya ialah tidak representatif untuk mengambil kesimpulan secara umum (generalisasi).
d. Teknik Sampling Kuota (Quota Sampling)
Teknik ini digunakan apabila anggota sampel pada suatu tingkat dipilih dengan jumlah tertentu (kuota) dengan ciri-ciri tertentu. Sebagai contoh, Jemaah haji yang berangkat ke tanah suci sudah diberi jatah (kuota) oleh Persatuan Haji Indonesia (PHI) berhubungan dengan Pemerintah Arab Saudi, yaitu sebanyak 250.000 orang haji dari populasi 250.000.000 jiwa penduduk Indonesia. Artinya satu orang calon haji mewakili 1000 orang penduduk. (Riduan dan Akdon, 2006 : 246-247).
e. Teknik Bola Salju (Snowball Sampling)
Teknik penentuan sampel bola salju ini digunakan apabila jumlah sampel yang diketahui hanya sedikit. Dari sampel yang sedikit tersebut peneliti mencari informasi sampel lain dari yang dijadikan sampel terdahulu, sehingga makin usang jumlah sampelnya makin banyak. Seperti bola salju yang menggelinding makin usang bola salju tersebut makin besar.
D. Penutup
Dari uraian di atas, banyak teknik sampling yang sanggup kita lakukan untuk mendapat sampel yang representatif, baik secara sampling random (probability sampling) maupun secara sampling nonrandom (nonprobability sampling). Kesalahan-kesalahan umum yang sering dijumpai dalam menentukan besarnya anggota sampel diantaranya: (1) Peneliti mengubah mekanisme teknik sampling; (2) Peneliti menentukan anggota sampel yang tidak sesuai dengan tujuan penelitiannya, (3) Peneliti mengurangi anggota sampel yang telah ditentukan oleh perhitungannya; (4) Peneliti tidak menawarkan alasan-alasan mengapa rumus dan teknik sampling tertentu yang ia gunakan didalam penelitiannya itu;
Selain hal tersebut, kekeliruan non sampling ini sanggup terjadi dalam setiap penelitian, apakah itu berdasarkan sampling atau berdasarkan sensus, penyebabnya adalah: (1) populasi tidak didefinisikan sebagaimana mestinya, (2) Kuesioner tidak dirancang sesuai dengan keperluan. (3) Peneliti kurang memahami isi dari kuesioner sehingga jawaban responden kurang sesuai dengan keinginan. (4) Responden tidak menawarkan jawaban yang objektif atau menolak untuk menawarkan jawaban.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. (2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,Yogyakarta : Rineka Cipta.
Nasution. (2003). Metode Research, Penelitian Ilmiah, Thesis. Bandung : Jemmars.
Riduan, dan Akdon. (2006). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (1997). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta : Bumi aksara.
Riwayat Penulis
Rostina Sundayana, Drs.M.Pd. yaitu Dosen Kopertis Wil. IV (Lektor Kepala) dpk. AMIK Garut.