Budaya Kedisiplinan Di Sekolah

BAB I
PENDAHULUAN


A.                Latar Belakang Masalah

Disiplin di sekolah merupakan hal yang penting dalam menunjang keberhasilan tata tertib yang diterapkan di sekolah, yang di dalamnya tergabung guru dan siswa taat kepada tata tertib yang telah diterapkan. Disiplin yang diterapkan bertujuan untuk meningkatkan kualitas berguru anak dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) supaya lebih baik dalam perkembangan anak didik. Adapun tujuannya yaitu untuk perkembangan pengendalian diri sendiri yaitu dalam hal mana belum dewasa sanggup mengarahkan diri sendiri tanpa imbas dan pengendalian dari luar. Karena itu orang renta haruslah secara aktif dan terus menerus berusaha, untuk memainkan peranan yang makin kecil dari pekerjaan pendisiplinan itu, dengan cara sedikit demi sedikit membuatkan pengendalian dan pengarahan diri sendiri itu pada anak-anak.
Di sekolah guru yaitu orang renta kedua sebagai panutan anak anak didiknya. Oleh lantaran itu disiplin bagi seorang guru merupakan belahan penting dari tugas-tugas kependidikan dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Tugas guru bukan saja melatih sikap disiplin pada anak didiknya, tetapi mendisiplinkan diri sendiri dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya.


B.           Rumusan Masalah
Dalam penyusunan kiprah simpulan ini penulis menemui permasalahan pokok yang diungkapkan yaitu “:
A. Apa Pengertian Disiplin ?
B. Sebutkan  Macam-Macam Disiplin !
C. Apa Fungsi Disiplin ?
D. Bagaiamana Upaya Penegakan  Disiplin ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Disiplin
Dalam bahasa latinnya tertulis discipline yang menunjuk kepada kegiatan berguru dan mengajar yang berarti mengikuti orang untuk berguru di bawah pengawasan seorang pemimpin. Dalam kegiatan bawahan dilatih untuk patuh dan taat pada peraturan-peraturan yang di buat oleh pemimpin.
Menurut MacMillan Dictionary, (dalam Tulus Tu,u, 2004:30-31) bahwa disiplin yaitu tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri, latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu sebagai kemampuan mental atau abjad moral. Hukuman yang di berikan untuk melatih atau memperbaiki kumpulan sistem peraturan bagi tingkah laku.
Bohar Soeharto (Tulus Tu,u 2004:32) menyebutkan tiga hal mengenai disiplin yakni disiplin sebagai latihan, disiplin sebagai eksekusi dan disiplin sebagai alat pendidikan
1.      Disiplin sebagai latihan untuk menuruti kemauan seseorang kalau dikatakan “melatih untuk menurut” berarti kalau seseorang memberi perintah, orang lain akan menuruti perintah itu.
2.      Disiplin sebagai hukuman. Bila seseorang berbuat salah, harus di hukum. Hukuman itu sebagai upaya mengeluarkan yang buruk dari dalam diri orang itu sehingga menjadi baik.
3.      Disiplin sebagai alat untuk mendidik.
Seorang anak mempunyai potensi untuk berkembang melalui interaksi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan realisasi dirinya. Dalam interaksi tersebut anak berguru wacana nilai-nilai sesuatu. Proses balajar dengan lingkungan yang di dalamnya terdapat nilai-nilai tertentu telah membawa imbas dan perubahan perilakunya. Perilaku ini berubah tertuju pada arah yang sudah ditentukan oleh nilai-nilai yang di pelajari. Kaprikornus fungsi berguru yaitu menghipnotis dan mengubah sikap seorang anak, semua sikap merupakan hasil sebuah proses belajar. Dalam pemahaman ketiga disiplin dikembangkan Bohar Soeharto, (dalam Tulus Tu,u, 2004:33).
Menurut Maman Rachman (dalam Tulus Tu,u, 2004:35-36), pentingnya disiplin bagi para siswa sebagai berikut :
1.      Memberi pemberian bagi terciptanya sikap yang tidak menyimpang.
2.      Membantu siswa memahami dan mengikuti keadaan dengan tuntutan lingkungan.
3.      Cara menuntaskan tuntutan yang ingin ditunjukkan penerima didik terhadap lingkungannya.
4.      Untuk mengatur keseimbangan impian individu satu dengan lainnya.
5.      Menjauhi siswa melaksanakan hal-hal yang tidak boleh sekolah.
6.      Mendorong siswa melaksanakan hal-hal yang baik dan benar.
7.      Peserta didik berguru hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
8.      Kebiasaan baik itu menimbulkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya.
Lingkungan sekolah yang teratur, tertib, hening tersebut memberi citra lingkungan siswa yang giat, gigih, serius, penuh perhatian, sungguh-sungguh dan kompetitif dalam kegiatan pembelajarannya. Lingkungan disiplin ibarat itu ikut memberi andil lahirnya siswa-siswa yang berprestasi dengan kepribadian unggul.

B. Macam-Macam Disiplin
a.       Disiplin Otoritarian
Disiplin otoritarian selalu berarti pengendalian tingkah laris berdasarkan tekanan, dorongan, pemaksaan dari luar diri seseorang. Hukuman dan bahaya kerap kali digunakan untuk memaksa, menekan, mendorong seseorang mematuhi dan mentaati peraturan. Orang hanya berfikir kalau harus dan wajib mematuhi dan mentaati peraturan yang berlaku. Kepatuhan dan ketaatan dianggap baik dan perlu bagi diri, institusi atau keluarga. Apabila disiplin dilanggar, wibawa dan otoritas institusi atau keluarga menjadi terganggu. Karena itu setiap pelanggaran perlu diberi hukuman ada sesuatu yang harus di tanggung sebagai akhir pelanggarannya.
b.      Disiplin Permisif
Dalam disiplin ini seseorang dibiarkan bertindak berdasarkan keinginannya kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai dengan keputusan yang diambil. Seseorang yang berbuat sesuatu dan ternyata membawa akhir melanggar norma atau aturan yang berlaku, tidak diberi hukuman atau hukuman. Dampak teknik permisif ini berupa kebingungan dan kebimbangan. Penyebabnya lantaran tidak tahu mana yang tidak tidak boleh dan mana yang tidak boleh bahkan menjadi takut, cemas dan sanggup juga menjadi garang serta liar tanpa kendali.  
c.       Disiplin Demokratis
Teknik disiplin demokratis berusaha membuatkan disiplin yang muncul atas kesadaran diri sehingga siswa mempunyai disiplin diri yang kuat dan mantap. Oleh lantaran itu bagi yang berhasil mematuhi dan mentaati disiplin, kepadanya diberi kebanggaan dan penghargaan.
Dalam disiplin demokratis, kemandirian dan tanggung jawab sanggup berkembang. Siswa patuh dan taat lantaran didasari kesadaran dirinya. Mengikuti peratuiran-peraturan yang ada bukan lantaran terpaksa, melainkan lantaran kesadaran bahwa hal itu baik dan ada manfaat.
Disiplin berperan penting dalam membentuk individu yang berciri keunggulan. Berdasarkan pengalaman penulis, disiplin penting lantaran alasan sebagai berikut:
1)      Dengan disiplin yang muncul lantaran kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya, sebaiknya siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya.
2)      Tanpa disiplin yang baik suasana sekolah dan kelas menjadi kurang aman bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif disiplin memberi pemberian lingkungan yang hening dan tertib bagi proses pembelajaran.
3)      Orang renta senantiasa berharap di sekolah belum dewasa dibiasakan dengan norma-norma, nilai kehidupan dan disiplin. Dengan demikian, belum dewasa sanggup menjadi individu yang tertib teratur dan disiplin.
4)      Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam berguru dan kelak ketika bekerja kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan merupakan prasyarat kesuksesan seseorang.

C.  Fungsi Disiplin

Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, sikap dan tata kehidupan berdisiplin yang akan mengantarkan seorang siswa sukses dalam berguru dan kelak ketika bekerja.
Beberapa fungsi disiplin antara lain sebagai berikut :
a.       Menata Kehidupan Bersama
Manusia yaitu makhluk unik yang mempunyai ciri, sifat, kepribadian, latar belakang dan rujukan pikir yang berbeda-beda selain sebagai satu individu juga sebagai makhluk sosial, selalu terkait dan bekerjasama dengan  orang lain.
Fungsi disiplin yaitu mengatur tata kehidupan insan dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Dengan begitu, kekerabatan antara individu satu dengan yang lain menjadi baik dan lancar.
b.      Membangun Kepribadian
Kepribadian yaitu keseluruhan sifat, tingkah laris dan rujukan hidup seseorang yang tercermin dalam penampilan, perkataan dan perbuatan sehari-hari. Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya di pengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah. Kaprikornus lingkungan yang berdisiplin baik, sangat besar lengan berkuasa terhadap kepribadian seseorang. Apabila seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, tenteram, sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
c.       Melatih Kepribadian
Sikap, sikap dan rujukan kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta merta dalam waktu singkat. Namun terbentuk melalui satu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan.
d.      Pemaksaan
Disiplin sanggup berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan itu. Menurut Soegeng Prijodarminto (dalam Tulus Tu,u, 2004:41) menyampaikan : disiplin yang terwujud lantaran adanya paksaan atau tekanan dari luar akan cepat pudar kembali bilamana faktor-faktor luar tersebut lenyap.
e.       Hukuman

Menurut Irene Marx (dalam Tulus Tu,u, 2004:42) menyampaikan eksekusi memang mengandung empat fungsi yakni :
1.   Sebagai pembalasan atas perbuatan salah yang telah dilakukan.
2.Sebagai pencegahan dan adanya rasa takut orang melaksanakan pelanggaran.
3.Sebagai koreksi terhadap perbuatan yang salah. 4.Sebagai pendidikan yakni menyadarkan orang untuk meninggalkan perbuatan tidak baik kemudian mulai melaksanakan yang baik.

D. Upaya Penegakan  Disiplin

Disiplin individu menjadi prasyarat terbentuknya kepribadian yang unggul dan sukses. Disiplin sekolah menjadi prasyarat terbentuknya lingkungan pendidikan yang aman bagi kegiatan dan proses pendidikan.
Dalam Upaya Penegakan disiplin ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
a.       Adanya tata tertib dalam mendisiplinkan siswa, tata tertib sangat bermanfaat untuk membiasakannya dengan standar sikap yang sama akan di terima oleh individu lain di ruang lingkupnya.
b.      Konsisten dan konsekuen. Masalah umum yang muncul dalam disiplin yaitu tidak konsistennya penerapan disiplin ada perbedaan antara tata tertib yang tertulis dengan pelaksanaan di lapangan. Dalam hukuman atau eksekusi ada perbedaan antara pelanggar satu dengan yang lain. Menurut Soegeng (dalam Tulus Tu,u, 2004:56) menyampaikan : dalam menegakkan disiplin bukanlah bahaya atau kekerasan yang diutamakan, yang diharapkan yaitu ketegasan dan keteguhan di dalam melaksanakan peraturan. Hal itu merupakan modal utama dan syarat mutlak untuk mewujudkan disiplin.
c.       Hukuman. Hukuman bertujuan mencegah tindakan yang tidak baik dan tidak diinginkan. Tujuan eksekusi berdasarkan Hadi Subrata (dalam Tulus Tu,u, 2004:56) untuk mendidik dan menyadarkan siswa bahwa perbuatan yang salah mempunyai akhir yang tidak menyenangkan. Hukuman diharapkan juga untuk mengendalikan sikap disiplin. Tetapi eksekusi bukan satu-satunya cara untuk mendisiplinkan anak atau siswa.
d.      Kemitraan dengan orang tua, pembentukan individu berdisiplin dan penanggulangan masalah-masalah disiplin tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga tergantung orang renta atau keluarga. Keluarga atau orang renta merupakan pendidik pertama dan utama yang sangat besar pengaruhnya dalam training dan pengembangan sikap siswa. Karena itu, sekolah sangat perlu bekerjasama dengan orang renta dalam penanggulangan problem disiplin.
Partisipasi orang renta yang sanggup di berikan dalam membantu sekolah Menurut Maman Rachman (dalam Tulus Tu,u, 2004:57) sanggup dirangkum antara lain memotivasi siswa berguru dengan baik, rajin belajar, ikut membantu tegaknya disiplin sekolah, ikut mendorong putra-putrinya memenuhi tata tertib sekolah, membantu tegaknya wibawa kepala sekolah dan guru-guru, membantu memelihara nama baik sekolah, mendorong putra-putrinya memelihara K-5 sekolah (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan).
Disiplin individu yang baik menunjang peningkatan prestasi berguru dan perkembangan sikap yang positif. Langkah represif sudah berurusan dengan siswa yang telah melanggar tata tertib sekolah. Upaya tersebut merupakan langkah pemulihan memperbaiki, meluruskan, menyembuhkan sikap yang salah dan tidak baik.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1.      Preventif
Langkah preventif merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mencegah siswa yang berbuat hal-hal yang dikategorikan melanggar tata tertib sekolah secara positif langkah ini untuk mendorong siswa membuatkan ketaatan dan kepatuhan terhadap tata tertib sekolah.
a.       Menjelaskan kepada orang renta dan siswa mengenai tata tertib sekolah berupa tuntutan dan sanksi.
b.      Meminta pemberian orang renta dan siswa untuk berkomitmen mematuhi dan mentaati tata tertib sekolah.
c.       Memanfaatkan kesempatan upacara bendera untuk memberi pengarahan berkenaan pengembangan dan pemantapan K-5 (keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan, kekeluargaan).
d.      Meyakinkan siswa bahwa disiplin individu sangat penting bagi keberhasilan sekolah dan pengembangan kepribadian yang baik.
e.       Membentuk kegiatan ekstrakurikuler supaya banyak waktu siswa dimanfaatkan untuk kegiatan yang positif.
f.       Secara terencana mengadakan razia terhadap barang yang dipakai, di bawa siswa ke sekolah.
g.      Mengadakan pendekatan personal terhadap siswa-siswa yang diamati berpotensi, bermasalah dalam disiplin.
h.      Kepala sekolah dan guru-guru memberi teladan yang baik wacana sikap disiplin dalam ketaatan dan kepatuhan.
i.        Menerapkan disiplin sekolah secara konsisten dan konsekuen.
j.        Memberi penghargaan kepada siswa yang berprestasi di sekolah dan di luar sekolah.
k.      Meminta siswa menjaga nama baik sekolah terutama di dalam dan di luar sekolah.
2.      Reprensif
Langkah reprensif merupakan langkah yang diambil untuk menahan sikap melanggar disiplin sesering mungkin atau untuk menghalangi pelanggaran yang lebih berat lagi. Atau langkah menindak dan menghukum siswa yang melanggar disiplin sekolah.
Langkah reprensif ini diberikan untuk siswa yang melanggar disiplin sekolah.
Tindakan yang diberikan sanggup berupa :
1.   Nasehat dan teguran lisan. 2.Teguran tertulis. 3.Hukuman disiplin ringan, sedang atau berat.
Sanksi disiplin yang diberikan harus manusiawi dan memperhatikan martabat siswa. Sanksi tidak sanggup dilakukan dengan semena-mena sesuai selera. Namun perlu dilakukan sesuai dengan standar dan aturan yang berlaku. Sanksi perlu adil sesuai dengan kesalahan yang bertujuan untuk mendidik. Jangan hingga siswa merasa diperlakukan secara tidal manusiawi oleh yang memperlihatkan hukuman.
Saat guru atau orang renta berhadapan dengan siswa atau anak yang melanggar peraturan yang sudah dibentuk dan diketahui kerap kali terbawa dalam sikap yang sangat emosional. Apalagi bila pelanggaran itu terjadi berulang-ulang oleh siswa yang sama. Kadang-kadang muncul kata-kata yang kurang baik dan bijak. Bahkan kadang muncul perbuatan dan tindakan yang kurang terpuji. Hukuman yang diberikan menjadi tidak logis terbawa oleh emosi. Sebab itu, bila ada yang melanggar aturan sebaiknya dihadapi dengan hati dan kepala yang dingin, tidak panas. Lalu juga memperhatikan prinsip-prinsip pemberian eksekusi yang sesuai dengan kaidah-kaidah pendidikan. Agar eksekusi itu lebih memberi dampak positif.
Berhubungan dengan eksekusi tersebut, kita perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pemberian hukuman. Menurut Maman Rachman (dalam Tulus Tu,u, 2004:60) prinsip-prinsipnya antara lain :
1.   Berikan alasan dan klarifikasi mengapa eksekusi diberikan.
2.   Hindari eksekusi yang bersifat badaniah.
3.   Hindari penghukuman pada ketika murka atau emosional.
4.   Jangan menghukum kelompok atau kelas apabila kesalahan dilakukan satu orang.
5.   Jangan memberi kiprah komplemen sebagai hukuman.
6.   Yakinilah bahwa eksekusi sesuai dengan kesalahan.
7.   Jangan memakai standar eksekusi ganda.
8    .Jangan benci dan dendam.
9.   Konsisten dan konsekuen dengan hukuman.
10. Jangan mengancam sesuatu yang mustahil.
11. Jangan menghukum sesuai selera.
Penerapan peraturan sekolah dan hukuman terhadap siswa yang melanggar peraturan sekolah harus dilakukan secara konsisten dan konsekuen. Artinya tidak berubah-ubah sesuai keadaan dan selera. Bertindak semena-mena dan sewenang-wenang akan tetapi tindakan yang diambil harus sesuai dengan apa yang dikatakan dan disusun dalam peraturan yang berlaku. Menurut Harris Clemes dan Reynold Bean (dalam Tulus Tu,u, 2004:61) pentingnya sikap konsisten disebabkan sebagai berikut :
1.   Sikap konsisten memperlihatkan penerapan disiplin tidaklah main-main. Berlaku sesuai ucapan atau aturan yang ada.
2.   Penerapan aturan dan eksekusi yang konsisten sangat besar pengaruhnya pada anak dibanding kebimbangan dan eksekusi yang kejam.
3.   Sikap konsisten akan menolong dan menciptakan anak merasa terlindungi.
4.   Penerapan disiplin yang konsisten akan menghasilkan ketertiban yang baik.
5.   Sikap tidak konsisten akan mengkhawatirkan belum dewasa lantaran mereka tidak tahu tindakan apa yang akan diberikan bagi yang melanggar.
6.   Sikap tidak konsisten sanggup menjadikan perlawanan dan kemarahan anak.
3.      Kuratif
Langkah ini merupakan upaya memulihkan, memperbaiki, meluruskan atau menyembuhkan kesalahan-kesalahan dan perilaku-perilaku salah yang bertentangan dengan disiplin sekolah. Siswa yang telah melanggar ketentuan sekolah dan telah diberi sanksi. Disiplin perlu dibina dan dibimbing oleh guru-guru.

Kaprikornus dalam penanggulangan disiplin ini diharapkan adanya tata tertib sekolah, konsistensi dan menerapkan disiplin sekolah dan kemitraan dengan orang tua. Tindakan penanggulangan sanggup di lakukan melalui langkah prevensif, represif dan kuratif. Sanksi yang diberikan tidak boleh dilakukan secara emosional dan sesuai selera, tetapi harus mengacu pada standar dan aturan yang ada serta bertujuan mendidik. Dengan hal-hal tersebut disiplin di sekolah sanggup ditegakkan dan dipulihkan. Siswa yang bermasalah dengan sikap yang kurang baik sanggup di tolong dan dipulihkan. Diharapkan dengan langkah dan sikap ibarat itu akan memberi dampak besar bagi kondisi  kondusif sehingga tercipta hasil berguru yang baik dan perubahan sikap siswa yang lebih positif.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Dalam bahasa latinnya tertulis discipline yang menunjuk kepada kegiatan berguru dan mengajar yang berarti mengikuti orang untuk berguru di bawah pengawasan seorang pemimpin. Dalam kegiatan bawahan dilatih untuk patuh dan taat pada peraturan-peraturan yang di buat oleh pemimpin.

 

Upaya Penegakan  Disiplin

Disiplin individu menjadi prasyarat terbentuknya kepribadian yang unggul dan sukses. Disiplin sekolah menjadi prasyarat terbentuknya lingkungan pendidikan yang aman bagi kegiatan dan proses pendidikan.
Dalam Upaya Penegakan  disiplin ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
a.         Adanya tata tertib dalam mendisiplinkan siswa, tata tertib sangat bermanfaat untuk membiasakannya dengan standar sikap yang sama akan di terima oleh individu lain di ruang lingkupnya.
b.        Konsisten dan konsekuen. Masalah umum yang muncul dalam disiplin yaitu tidak konsistennya penerapan disiplin ada perbedaan antara tata tertib yang tertulis dengan pelaksanaan di lapangan. Dalam hukuman atau eksekusi ada perbedaan antara pelanggar satu dengan yang lain.
c.       Hukuman. Hukuman bertujuan mencegah tindakan yang tidak baik dan tidak diinginkan.
d.      Kemitraan dengan orang tua, pembentukan individu berdisiplin dan penanggulangan masalah-masalah disiplin tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah

 

B. Saran-saran

Walaupun penulis dalam taraf  belajar, namun bila diperkenankan ada baiknya juga untuk memperlihatkan saran-saran sebagai berikut:
1.    Perlu adanya kedisiplinan yang tinggi pada setiap individu untuk daya guna dan berhasil guna.
2.    Guru sebagai panutan anak didiknya oleh lantaran itu disiplin merupakan belahan terpenting dari tugas-tugas kependidikan dalam kegiatan berguru mengajar. 
3.    Agar disiplin berguru sanggup tercapai secara optimal guru perlu mendisiplinkan diri sendiri.
4.    Peranan orang renta sangat mempunyai kegunaan untuk meningkatkan prestasi berguru anak.

 

DAFTAR PUSTAKA



·      Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.

·      Djamarah, Aswan Zaini. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.

·      Ronald. 2006. Peran Orang renta dalam Meningkatkan Kualitas Hidup, Mendidik dan
§  Mengembangkan Moral Anak. Bandung : Yrama Widya.

·      Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja
§  Grafindo Persada.

·      Slameto. 2003.  Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT
§  Rineka Cipta.

·      Sri Esti Wuryani Djwandono. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo.

·      Sudjana. 2005. Strategi Pembelajaran. Bandung : Fatah Production.

·      Muhibbin Syah. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung :
·      PT Remaja Rosda Karya.

·      Tulus Tu,u. 2004. Peranan Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta :
§  Grafindo.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel