Perkembangan Ekonomi Indonesia

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, lantaran atas berkat dan limpahan rahmat-Nya-lah maka kami bisa menuntaskan makalah ini dengan tepat waktu. Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Strategi dan Perencanaan Pembangunan Ekonomi", yang berdasarkan penulis sanggup memperlihatkan manfaat yang  besar bagi kita guna menentukan taktik yang tepat untuk pembangunan ekonomi yang tepat untuk  Negara. Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon  permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada goresan pena yang kami buat kurang tepat Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga sanggup memperlihatkan manfaat
                                                                                                            Jambi,16 Juni 2015
                                                                                                                       Penulis
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
            Ekonomi merupakan hal yang tidak sanggup dipisahkan dari kehidupan manusia. Seiring perkembangan zaman ,tentu kebutuhan terhadap insan bertambah oleh lantaran itu ekonomi secara terus-menerus mengalami pertumbuhan dan perubahan. Perubahan yang secara umum terjadi pada perekonomian yang dialami suatu negara menyerupai inflasi ,pengangguran , kesempatan kerja, hasil produksi,dan sebagainya. Jika hal ini ditangani dengan tepat maka suatu negara mengalami keadaan ekonomi yang stabil, mempengaruhi kesejahteraan kehidupan penduduk yang ada negara tersebut.
            Sudah hampir 66 tahun Indonesia merdeka. Akan tetapi kondisi perekonomian Indonesia tidak juga membaik. Masih terdapat ketimpangan ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran masih tinggi, serta pendapatan per kapita yang masih rendah. Untuk sanggup memperbaiki sistem perekonomian di Indonesia, kita perlu mempelajari sejarah perihal perekonomian Indonesia dari masa penjajahan, orde lama, orde gres hingga masa reformasi. Dengan mempelajari sejarahnya, kita sanggup mengetahui kebijakan-kebijakan ekonomi apa saja yang sudah diambil pemerintah dan bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia serta sanggup memperlihatkan bantuan untuk mengatasi permasalah ekonomi yang ada
1.2.PERUMUSAN MASALAH
      Berdasarkan latar belakang yang diuraikan maka rumusan kasus yang dikaji dalam pembuatan makalah ini difokuskan perihal Perkembangan Perekonomian Indonesia. Adapun perumusan kasus dalam penulisan ini yaitu sebagai berikut :
1.   Bagaimana perkembangan perokonomian Indonesia hingga ketika ini ? 
1.3.TUJUAN
 Untuk memperlihatkan suatu wawasan dan pengetahuan mengenai sejarah perekonomian Indonesia, dan biar lebih memahami perkembangan ekonomi di Indonesia secara luas. Selain itu, makalah ini dibentuk sebagai materi penyelesaian kiprah makalah mata kuliah softskill mengenai Perekonomian Indonesia
Pembahasan
2.Tinjauan Pustaka
Sejak tahun 1970 pembangunan ekonomi mengalami redefinisi. Sejak tahun tersebut muncul pandangan gres yaitu tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi tidak lagi menciptakan  tingkat pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya, melainkan abolisi atau pengurangan tingkat kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan, dan penyediaan lapangan kerja dalam konteks perekonomian yang terus berkembang (Todaro 2004: 21)
Sementara itu Swasono (2004 a.: 13) dalam bukunya berjudul Kebersamaan  dan Asas Kekeluargaan menyampaikan Pembangunan ekonomi berdasarkan Demokrasi Ekonomi yaitu pembangunan yang partisipatori dan sekaligus emansipatori. Selanjutnya Swasono menyampaikan bahwa pembangunan ekonomi bukan saja berarti kenaikan pendapatan, tetapi juga kenaikan pemilikan  (entitlement).
Menurut Human Development Report (2000: 3 b.) menyatakan:  “Development should begin with the fulfillment of the basic material needs of an individual including food, clothing, and shelter, and gradually reach the highest level of self-fulfillment. The most critical form of self-fulfillment include leading a long and healthy life, being educated, and enjoying a decent standard of living. Human development is a multidimensional concept comparising four demension, economic, social-psyhological, political and spiritual.
2.1.Teori Pembangunan Ekonomi
        A.      Teori Klasik
Adam Smith
Teori Adam Smith beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi sesungguhnya bertumpu pada adanya pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan penduduk maka akan terdapat pertambahan output atau hasil. Teori Adam Smith ini tertuang dalam bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations.
David Ricardo
Ricardo beropini bahwa faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar hingga menjadi dua kali lipat pada suatu ketika akan menimbulkan jumlah tenaga kerja melimpah. Kelebihan tenaga kerja akan menimbulkan upah menjadi turun. Upah tersebut hanya sanggup digunakan untuk membiayai taraf hidup minimum sehingga perekonomian akan mengalami kemandegan (statonary state). Teori David Ricardo ini dituangkan dalam bukunya yang berjudul The Principles of Political and Taxation.
B.     Teori Neoklasik
        Robert Solow
Robert Solow beropini bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil atau output. Adapun pertumbuhan penduduk sanggup berdampak positif dan sanggup berdampak negatif. Oleh karenanya, berdasarkan Robert Solow pertambahan penduduk harus dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif.
        Harrord Domar
Teori ini beranggapan bahwa modal harus digunakan secara efektif, lantaran pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal tersebut. Teori ini juga membahas perihal pendapatan nasional dan kesempatan kerja
2.2.Indikator Pembangunan Ekonomi
Pembangunan Ekonomi yaitu usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita (Irawan dan M. Suparmoko, 6:2002). Di samping itu, pembangunan ekonomi juga sanggup dikatakan sebagai  upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi yang berskala besar, yakni skala sebuah Negara. Oleh lantaran skala yang besar tersebut, dalam rangka melaksanakan penilaian keberhasilan pembangunan ekonomi masih sering mengalami kesulitan. Ditambah lagi ukuran tingkat kesejahteraan yang tidak sederhana lantaran mencakup banyak hal atau multidimensi. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, andal ekonomi pembangunan menyusun dan mengidentifikasikan banyak sekali indicator pembangunan.
Indikator merupakan sumber berita yang sistematik serta obyektif yang hampir setiap hari beberapa surat kabar menulis statistic yang gres dikeluarkan oleh pemerintah. Indicator yaitu sebuah instrument yang memperlihatkan keterkaitan banyak sekali hal. Pemerintah misalnya, secara regular mensurvei rumah tangga ataupun perusahaan untuk mempelajari acara dan dampak kegiatan mereka terhadap kesejahteraannya. Tanpa adanya indicator-indikator ini, contoh atau tanda-tanda yang sedang terjadi serta pengaruhnya akan sulit diketahui secara pasti. Indikator yang diperoleh secara survey oleh pemerintah ataupun forum yang berkepentingan digunakan sebagai tolak ukur untuk mengawasi dan merumuskan suatu kebijakan. Dapat disimpulkan bahwa indicator pembangunan ekonomi yaitu suatu instrument untuk mengetahui derajat pembangunan yang dilakukan oleh suatu Negara yang mencakup beberapa aspek.
Adapun pentingnya indicator-indikator pembangunan ekonomi yaitu sebagai berikut :
1.   Memantau sikap perekonomian
2.   Kepentingan analisis ekonomi
3.   Dasar pengambilan keputusan
4.   Dasar perbandingan internasional
Pembangunan Ekonomi mempunyai tiga Indikator pokok, berikut ini yaitu klarifikasi dari masing-masing Indikator Pembangunan Ekonomi :
A.    Indikator Moneter
Indikator ini berkaitan dengan uang. Uang disini berupa tingkat income yang diterima oleh masyarakat. Dalam indicator moneter, ada beberapa indicator yang sanggup diukur, yakni :
1.      Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita seringkali digunakan pula sebagai indicator pembangunan selain untuk membedakan tingkat kemajuan ekonomi antara Negara-negara nmaju dengan Negara sedang berkembang. Pendapatan per kapita selain sanggup memperlihatkan citra perihal laju pertumbuhan kesejahteraan masyarakat di banyak sekali Negara juga sanggup menggambarkan perubahan corak perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat yang sudah terjadi di antara banyak sekali Negara.
Melalui indikator pendapatan perkapita ini Bank Dunia (2003) mengklasifikasikan negara menjadi tiga golongan, yaitu :
1.      Negara berpenghasilan rendah (low-income economies)
Negara-negara ini mempunyai Pendapatan perkapita Kurang atau sama dengan US$ 745 pada tahun 2001.
2.      Negara berpenghasilan menengah (middle-income economies)
Kelompok Negara ini mempunyai Pendapatan perkapita lebih dari US$ 745 namun kurang dari US$ 8.626 pada tahun 2001. kelompok Negara ini dibagi menjadi :
1)      Negara berpenghasilan menengah papan bawah (lower-middle-income economies)dengan GDP perkapita antara US$ 746 hingga US$2.975.
2)       Negara berpenghasilan menengah papan atas (upper-middle-income economies) dengan GDP perkapita antara US$2.976 hingga US$ 9.025.
3.      Negara berpenghasilan tinggi (high- income economies)
Negara di dalam kelompok ini mempunyai GDP perkapita sebesar US$ 9.206 atau lebih pada tahun 2001.
Dalam metode Purchasing Power Parity dikenal dua versi yaitu versi diktatorial dan versi relatif (Kuncoro, 2001: belahan 10).Versi diktatorial menjelaskan bahwa kurs spot ditentukan oleh harga relative dari sejumlah barang yang sama (ditunjukkan oleh indeks harga).Sedangkan, versi relatif menyampaikan bahwa persentase perubahan kurs nominal akan sama dengan perbedaan inflasi di antara kedua negara.
Dalam memakai pendapatan per kapita sebagai indicator pembangunan, kita harus senantiasa hati-hati dan teliti. Hal ini disebabkan oleh adanya pendapat yang menyampaikan pembangunan itu bukan hanya sekedar meningkatkan pendapatan riil saja, akan tetapi kenaikan tersebut haruslah berkesinambungan yang disertai dengan perubahan sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan social yang sebelumnya menghambat kemajuan-kemajuan ekonomi.
B.     Indikator Non-Moneter
Indikator ini merupakan indicator yang diambil dari beberapa hal pokok yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Sama halnya dengan indicator sebelumnya, Indikator mempunyai beberapa macam-macam sub- Indikator. Berikut ini yaitu uraiannya.
1.      Indikator Sosial
Ahli Pembangunan Ekonomi yang berjulukan Beckerman membedakan banyak sekali penelitian perihal cara-cara membandingkan tingkat kesejahteraan dalam 3 kelompok.
Kelompok pertama, merupakan suatu perjuangan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan yang terjadi dalam masyarakat yang ada di dalam dua atau beberapa Negara dengan cara memperbaiki pelaksanaan dalam perhitungan pendapatan nasional biasa. Usaha ini dipelopori oleh Colin Clark yang selanjutnya disempurnakan oleh Gilbert dan Kravis.
Kelompok kedua, dengan perjuangan membuat adaptasi dalam pendapatan masyarakat yang dibandingkan dengan melihat pertimbangan perbedaan tingkat harga disetiap Negara.
Kelompok ketiga, yaitu perjuangan untuk membuat perbandingan tingkat kesejahteraan dari setiap Negara berdasarkan pada data yang tidak bersifat moneter seperti, jumlah kendaraan bermotor, konsumsi minyak, jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan, dan perjuangan ini dipelopori oleh tokoh yang berjulukan Bennet.
Menurut Beckerman, dari tiga cara diatas, cara yang dirasa paling tepat yaitu cara yang dilakukan oleh Gilbert dan Kravis. Cara ini merupakan perjuangan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan dan pembangunan di banyak sekali Negara dengan memperbaiki metode pembanding dengan memakai data pendapatan nasional dari masing-masing Negara.
Dengan cara-cara diatas mempunyai kelemahan pada Negara sedang berkembang. Pada dasarnya Negara berkembang tidak mempunyai data-data perihal cara-cara diatas. Sehingga Beckerman mengemukakan lagi cara yang lain dalam membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat di banyak sekali Negara yaitu dengan memakai data yang bukan bersifat moneter untuk menentukkan indeks kesejahteraan masyarakat disetiap Negara. Cara ini sering disebut dengan Indikator Non-Moneter Disederhanakan. Untuk itu, berikut yaitu data yang sanggup digunakan untuk memperoleh indikator tersebut.
a.       Jumlah konsumsi baja dalam satu tahun (kg)
b.      Jumlah konsumsi semen dalam satu tahun dikalikan 10 (ton)
c.       Jumlah surat dalam negeri dalam satu tahun.
d.      Jumlah persediaan pesawat radio dikalikan 10.
e.       Jumlah persediaan telpon dikalikan 10.
f.       Jumlah persediaan banyak sekali jenis kendaraan.
g.      Jumlah konsumsi daging dalam satu tahun (kg).
Usaha lain juga dilakukan oleh United Nations Research Institute for Social Development (UNRISD) untuk menentukan dan membandingkan tingkat kesejahteraan suatu Negara. Untuk membuat indeks taraf pembangunan, ada 18 jenis data yang harus diperoleh yakni :
a.          Tingkat keinginan hidup.
b.         Konsumsi protein hewani perkapita.
c.          Presentase bawah umur yang berguru di sekolah dasar dan menengah.
d.         Persentase jumlah anak yang bersekolah di kejuruan.
Apabila indeks pembangunan yang diusulkan oleh UNRISD ini digunakan sebagai indicator kesejahteraan atau pembangunan ekonomi, maka perbedaan tingkat pembangunan antara negara maju dan negara sedang berkembang tidak terlalu besar menyerupai yang digambarkan berdasarkan pendapatan perkapita masing-masing Negara.
2.      Indeks Kualitas Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia
Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat, ada sebuah indeks gabungan yang dikenal dengan Physical Quality of Line Index (PQLI) dan Indeks Kualitas Hidup (IKH). Indeks ini diperkenalkan oleh Morris D. Morris. Indeks Kulaitas Hidup (IKH) terdiri dari 3 indikator yakni, tingkat keinginan hidup, angka kematian, dan tingkat melek huruf.
Sejak tahun 1990, United Netions for Development Program (UNDP) membuatkan indeks yang sering dikenal dengan istilah Indeks Pembangunan Manusia (HDI). Sedangkan indicator yang digunakan untu mengukur indeks ini yaitu :
1.      Tingkat keinginan hidup.
2.      Tingkat melek abjad masyarakat.
3.      Pendapatan riil perkapita berdasarkan daya beli masing-masing Negara.
Indeks HDI ini besarannya antara 0 hingga dengan 1,0. Apabila angka indeks yang diperoleh dari suatu Negara mendekati 1, maka HDI di Negara tersebut semakin tinggi. Sedangkan, apabila angka indeks mendekati 0, maka Negara tersebut mempunyai indeks pembangunan insan yang rendah.
C.    Indikator Campuran
1.   Pendidikan
Pendidikan yaitu suatu indicator yang digunakan dalam mengukur pembangunan ekonomi suatu Negara. Pada umumnya, dalam Negara maju tingkat pendidikan rata-rata tinggi dengan TPAK dari tahun ketahun selalu meningkat. Negara maju sangat memperhatikan tingkat pendidikan para penduduknya. Berbeda dengan Negara sedang berkembang, pendidikan di NSB masih rendah jikalau dibandingkan Negara maju. Terbukti tingkat melek abjad dan TPAk serta angka partisipasi sekolah masih rendah. Sehingga, dari perbandingan tersebut, indicator yang sanggup diukur dalam pendidikan yakni ; tingkat pendidikan, tingkat melek huruf, dan tingkat partisipasi pendidikan.
2.      Kesehatan
Kesehatan merupakan hak asasi yang harus dipenuhi demi keberlangsungannya kehidupan bermasyarakat. Indikator tingkat kesehatan sanggup dilihat dari rata-rata hari sakit dan ketersediaannya akomodasi kesehatan. Ketika terpenuhinya pembangunan ekonomi berupa kesejahteraan dalam bidang kesehatan, sanggup dilihat dari beberapa indikasi berupa tingkat mortalitas yang rendah, angka pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan angka keinginan hidup yang tinggi.
3.      Perumahan
Rumah merupakan kebutuhan primer yang harus terpenuhi oleh masing-masing penduduk.  Indicator perumahan yang sesuai dengan tujuan kesejahteraan penduduk yakni sumber air higienis dan listrik, sanitasi, dan mutu rumah tinggal.
4.      Angkatan Kerja
Penduduk yang dikatakan angkatan kerja yaitu orang yang telah berumur 15-64 tahun. Angkatan kerja ini juga dibagi lagi menjadi dua yakni bekerja dan sedang mencari pekerjaan (Menganggur). Indikator yang sanggup digunakan untuk mengukur kesejahteraan angkatan kerja adalah, partisipasi tenaga kerja, jumlah jam kerja, sumber penghasilan utama, dan status pekerjaan.
5.      KB dan Fertilitas
Indikator yang sanggup digunakan yakni, penggunaan asi, tingkat imunisasi, kehadiran tenaga kesehatan pada kelahiran, dan penggunaan alat kontrasepsi.
6.      Ekonomi
Pembangunan ekonomi pada dasarnya di ikuti dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi, kita sanggup melihat Indikator ekonomi itu sendiri, yakni tingkat pendapatan dan konsumsi per kapita.
7.      Kriminalitas
Pada dasarnya Negara maju mempunyai tingkat kriminalitas yang rendah, hal ini disebabkan sudah lengkapnya alat keamanan Negara yang digunakan oleh Negara tersebut.  Hal ini berbeda dengan keadaan di Negara sedang berkembang. Di NSB, banyak terjadi kriminalitas yang disebabkan beberapa factor menyerupai adanya cultural shock, ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan, dan adanya kepentingan dari suatu pihan. Indicator kriminalitas itu sendiri diantaranya adalah, jumlah pencurian per tahun, jumlah pembunuhan per tahun, dan jumlah pelecehan seksual per tahun.
8.      Perjalanan Wisata
Indikatornya yaitu frekuensi perjalanan wiata per tahun.
9.      Akses Media Massa
Akses media bertujuan untuk memenuhi kebutuhan berita dalam masyarakat itu sendiri. Indikatornya antara lain : jumlah surat kabar, jumlah radio, dan jumlah televisi.
D.    Berikut beberapa perbandingan indikator pembangunan ekonomi indonesia dengan beberapa negara lainya :Jika di lihat dari tingkat PDB ( Pendapatan domestik Bruto ) Indonesia berada pada peringkat 18 dunia. Data ini di dapatkan dari world bank tahun 2009, namun apabila mengacu pada data world bank tahun 2010 Indonesia Indonesia menduduki peringkat ke 16 dunia, naik dua tingkat dari peringkat tahun 2009.
2.3.Perkembangan Ekonomi di indonesia
MASA PASCA KEMERDEKAAN (1945-1950)
Pada masa awal kemerdekaan, keadaan ekonomi Indonesia sangat buruk, yang antara lain disebabkan oleh :
– Inflasi yang sangat tinggi, hal ini disebabkan lantaran beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javashe Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
–     Adanya blockade ekonomi oleh Belanda semenjak bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negeri RI.
–     Kas Negara kosong
–     Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ekonomi,antara lain :
  1. Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan IR. Surachman pada bulan Juli 1946.
  2. Upaya menembus blockade dengan diplomasi beras ke, mengadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blockade Belanda di Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
  3. Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan yang lingkaran dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu : kasus produksi dan distribusi makanan, kasus sandang, serta status dan manajemen perkebunan-perkebunan.
  4. Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947
    Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
  5. Kasimo Plan yang pada dasarnya mengenai perjuangan swasembada pangan dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan, diperlukan perekonomian akan membaik (mengikuti Mazhab Fisiokrat : sektor pertanian merupakan sumber kekayaan).
      ORDE BARU (1966-1997)
            Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas utama. Program pemerintah berorientasi pada perjuangan pengendalian inflasi, evakuasi keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pengendalian inflasi mutlak dibutuhkan, lantaran pada awal 1966 tingkat inflasi kurang lebih 650 % per tahun.
Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam sistem ekonomi liberal ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha nonpribumi dan sistem etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi adonan dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila. Ini merupakan praktek dari salahsatu teori Keynes perihal campur tangan pemerintah dalam perekonomian secara terbatas. Jadi, dalam kondisi-kondisi dan masalah-masalah tertentu, pasar tidak dibiarkan menentukan sendiri. Misalnya dalam penentuan UMR dan ekspansi kesempatan kerja. Ini yaitu awal periode Keynes di Indonesia. Kebijakan-kebijakan pemerintah mulai berkiblat pada teori-teori Keynesian. Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi perempuan dan generasi muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan. Maka semenjak tahun 1969, Indonesia sanggup memulai membentuk rancangan pembangunan yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). Berikut klarifikasi singkat perihal beberapa REPELITA:
  1. REPELITA I (1967-1974)
Mulai berlaku semenjak tanggal 1april 1969. Tujuan yang ingin dicapai yaitu pertumbuhan ekonomi 5% per tahun dengan target yang diutamakan yaitu cukup pangan, cukup sandang, perbaikan prasarana terutama untuk menunjang pertanian. Tentunya akan diikuti oleh adanya ekspansi lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
  1. REPALITA II (1974-1979)
Target pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 7,5% per tahun. Prioritas utamanya yaitu sektor pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan merupakan dasar tumbuhnya industri yang mengolah materi mentah menjadi materi baku.
  1. REPALITA III (1979-1984)
Prioritas tetaap pada pembangunan ekonomi yang dititikberatkan pada sector pertanian menuju swasembada pangan, serta peningkatan industri yang mengolah materi baku menjadi materi jadi.
  1. REPALITA IV (1984-1989)
Adalah peningkatan dari REPELITA III. Peningkatan usaha-usaha untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat, mendorong pembagian pendapatan yang lebih adil dan merata, memperluas kesempatan kerja. Priorotasnya untuk melanjutkan perjuangan memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan industri yang sanggup menghasilkan mesin-mesin industri sendiri.
Jika ditarik kesimpulan maka pembangunan ekonomi berdasarkan REPELITA yaitu mengacu pada sektor pertanian menuju swasembada pangan yang diikuti pertumbuhan industri bertahap.
MASA REFORMASI
Pemerintahan reformasi diawali pada tahun 1998. Peristiwa ini dipelopori oleh ribuan mahasiswa yang berdemo menuntut presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya dikarenakan pemerintahan Bapak Soerhato dianggap telah banyak merugikan Negara dan banyak yang melaksanakan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Tahun 1998 merupakan tahun terberat bagi pembangunan ekonomi di Indonesia sebagai tanggapan krisis moneter di Asia yang dampaknya sangat terasa di Indonesia. Nilai rupiah yang semula 1 US$ senilai Rp. 2.000,- menjadi sekitar Rp. 10.000,- bahkan mencapai Rp. 12.000,- (5 kali lipat penurunan nilai rupiah terhadap dolar). Artinya, nilai Rp. 1.000.000,- sebelum tahun 1998 senilai dengan 500 US$ namun sehabis tahun 1998 menjadi hanya 100 US$. Hutang Negara Indonesia yang jatuh tempo ketika itu dan harus dibayar dalam bentuk dolar, membengkak menjadi lima kali lipatnya lantaran uang yang dimiliki berbentuk rupiah dan harus dibayar dalam bentuk dolar Amerika. Ditambah lagi dengan hutang swasta yang kemudian harus dibayar Negara Indonesia sebagai syarat untuk menerima proteksi dari International Monetary Fund (IMF). Tercatat hutang Indonesia membengkak menjadi US$ 70,9 milyar (US$20 milyar yaitu hutang komersial swasta). Pemerintahan reformasi dari tahun 1998 hingga kini sudah mengalami beberapa pergantian presiden, antara lain yaitu :
  1. Bapak B.J Habibie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)
Pada ketika pemerintahan presdiden B.J Habibie yang mengawali masa reformasi belum melaksanakan perubahan-perubahan yang cukup berarti di bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk menstabilkan keadaan politik di Indonesia. Presiden B.J Habibie jatuh dari pemerintahannya lantaran melepaskan wilayah Timor-timor dari Wilayah Indonesia melalui jejak pendapat
  1. Bapak Abdurrahman Wahid (20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001)
Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman wahid pun belum ada tindakan yang cukup berati untuk menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan. Kepemimpinan Abdurraman Wahid berakhir lantaran pemerintahannya mengahadapi kasus konflik antar etnis dan antar agama.
  1. Ibu Megawati (23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004)
Masa kepemimpinan Megawati mengalami masalah-masalah yang mendesak yang harus diselesaikan yaitu pemulihan ekonomi dan penegakan hokum. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasai persoalan-persoalan ekonomi antara lain :
–     Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun
–     Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi yaitu menjual perusahaan negara di dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, lantaran BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing. Megawati bermaksud mengambil jalan tengah dengan menjual beberapa asset Negara untuk membayar hutang luar negeri. Akan tetapi, hutang Negara tetap saja menggelembung lantaran pemasukan Negara dari banyak sekali asset telah hilang dan pendapatan Negara menjadi sangat berkurang.
  1. Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004-sekarang)
Masa kepemimpinan SBY terdapat kebijakan yang sikapnya kontroversial yaitu :
–     Mengurangi subsidi BBM atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung kesejahteraan masyarakat.
–     Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak hingga ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan banyak sekali kasus sosial.
–     Mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor gila dengan kesepakatan memperbaiki iklim investasi. Salah satunya yaitu diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepaladaerah. Investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang salah satunya yaitu revisi undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi gila di Indonesia, diperlukan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.
–     Lembaga kenegaraan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang dijalankan pada pemerintahan SBY bisa memberantas para koruptor tetapi masih tertinggal jauh dari jangkauan sebelumnya lantaran SBY menerapkan sistem Soft Law bukan Hard Law. Artinya SBY tidak menindak tegas orang-orang yang melaksanakan KKN sehingga banyak terjadi money politic dan koruptor-koruptor tidak akan jera dan banyak yang mengulanginya. Dilihat dari semua itu Negara sanggup dirugikan secara besar-besaran dan hingga ketika ini perekonomian Negara tidak stabil.
–     Program konversi materi bakar minyak ke materi bakar gas dikarenakan persediaan materi bakar minyak semakin menipis dan harga di pasaran tinggi.
–     Kebijakan impor beras, tetapi kebijakan ini membuat para petani menjerit lantaran harga gabah menjadi anjlok atau turun drastis
Pada tahun 2006 Indonesia melunasi seluruh sisa hutang pada IMF (International Monetary Fund). Dengan ini, maka diperlukan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negeri. Namun wacana untuk berhutang lagi pada luar negri kembali mencuat, sehabis keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan lantaran beberapa hal, antara lain lantaran pengucuran kredit perbankan ke sektor riil masih sangat kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sektor riil kurang dan berimbas pada turunnya investasi. Pengeluaran Negara pun juga semakin membengkak dikarenakan sering terjadinya petaka yang menimpa negeri ini.
3.PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Perekonomian Indonesia semenjak masa penjajahan, pemerintahan masa orde usang hingga masa reformasi masih mengalami beberapa gejolak. Perekonomian Indonesia masih jatuh bangun. Hal itu sanggup dilihat dari :
–     Kemiskinan yang masih ada
–     Pengangguran tingkat tinggi dikarenakan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia tidak          sebanding dengan jumlah angkatan kerja
–     Maraknya para koruptor lantaran aturan di negeri ini kurang tegas (Indonesia termasuk dalam   5 terbesar Negara terkorup didunia)
–     Masih terjadi kesenjangan ekonomi antara penduduk yang miskin dan yang kaya
–     Masih mempunyai hutang ke luar negeri
3.2.SARAN
Dalam hal ini, kita sebagai penerus bangsa harus bisa dan terus bersaing dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik dari sebelumnya , harga diri bangsa Indonesia yaitu menyayangi dan menjaga aset Negara untuk dijadikan simpanan buat anak cucu kelak. Dalam proses pembangunan bangsa ini harus bisa menyatukan pendapat demi kesejahteraan masyarakat umumnya.
4.DAFTAR PUSTAKA
  1. https://kanntongilmudunia.blogspot.com//search?q=perekonomian-indonesia-pada-masa-orde
  2. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/sejarah-perekonomian-indonesia-8/
  3. http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia
  4. Dumairy, Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta, 1996.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel