Tiga Parameter Utama Memilih Kualitas Air Bersih
Dalam memilih kualitas air higienis dikenal tiga parameter utama yaitu: Oksigen Terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO), Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) atau Biologycal Oxygen Demand (BOD), dan Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) atau Chemical Oxygen Demand (COD).
Oksigen merupakan parameter yang sangat penting dalam air. Sebagian besar makhluk hidup dalam air membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidupnya, baik tumbuhan maupun binatang air, bergantung kepada oksigen yang terlarut. Ikan merupakan makhluk air dengan kebutuhan oksigen tertinggi, kemudian invertebrata, sedangkan kuman yaitu yang terkecil kebutuhan oksigennya.
Keseimbangan oksigen terlarut (OT) dalam air secara alamiah terjadi secara berkesinambungan. Mikroorganisme sebagai makhluk terkecil dalam air, untuk pertumbuhannya membutuhkan sumber energi menyerupai unsur karbon (C) yang sanggup diperoleh dari materi organik dari flora dan ganggang yang mati, maupun oksigen dari udara.
Bahan organik tersebut oleh mikroorganisme akan diuraikan menjadi karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). CO2 selanjutnya dimanfaatkan oleh tumbuhan dalam air untuk proses fotosintesis membentuk oksigen. Oksigen yang dimanfaaatkan untuk proses penguraian materi organik tersebut akan diganti oleh oksigen yang masuk dari udara maupun dari sumber lainnya secepar habisnya oksigen terlarut yang dipakai oleh bakter atau dengan kata lain oksigen yang diambil oleh biota air selalu setimbang dengan oksigen yang masuk dari udara maupun dari hasil fotosintesis tumbuhan air.
Apabila pada suatu dikala bahan organik dalam air menjadi berlebih sebagai akhir masuknya limbah aktivitas insan (seperti limbah organik dari industri), yang berarti suplai karbon (C) melimpah, menimbulkan kecepatan pertumbuhan mikroorganisme akan berlipat ganda, yang berarti juga meningkatnya kebutuhan oksigen, sementara suplai oksigen dari udara jumlahnya tetap. Pada kondisi menyerupai ini, kesetimbangan antara oksigen yang masuk ke air dengan yang dimanfaatkan oleh biota air tidak setimbang, alhasil terjadi defisit oksigen terlarut dalam air Bila penurunan oksigen terlarut tetap berlanjut sampai nol, biota air yang membutuhkan oksigen (aerobik) akan mati., dan digantikan dengan tumbuhnya mikroba yang tidak membutuhkan oksigen atau mikroba anaerobik. Sama halnya dengan mikroba aerobik, mikroba anaerobik juga akan memanfaatkan karbon dari materi organik. Dari respirasi anaerobik ini terbentuk gas metana ( CH4) disamping terbentuk gas asam sulfida (H2S) yang berbau busuk. Masuknya zat terlarut lain dalam air mengganggu kelarutan oksigen dalam air.
Untuk memilih tingkat penurunan kualitas air sanggup dilihat dari penurunan kadar oksigen terlarut (OT) sebagai akhir masuknya materi organik dari luar, umumnya dipakai uji BOD dan atau COD. Biological Oxigen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis (KOB) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi materi organik air.
Oleh lantaran itu, nilai BOD bukanlah merupakan nilai yang menunjukkan jumlah atau kadar materi organik dalam air, tetapi mengukur secara relatif jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan-bahan organik tersebut. BOD tinggi menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk oksidasi materi organik dalam air tersebut tinggi, berarti dalam air sudah terjadi defisit oksigen. Banyaknya mikroorganisme yang tumbuh dalam air disebabkan banyaknya masakan yang tersedia, oleh lantaran itu secara tidak pribadi BOD selalu dikaitkan dengan kadar materi organik dalam air.
BOD5 merupakan penentuan kadar BOD baku, yaitu pengukuran jumlah oksigen yang dihabiskan dalam waktu lima hari oleh mikroorganisme pengurai secara aerobik dalam suatu volume air pada suhu 20°C. BOD5 500mg/liter (atau ppm) berarti 500mg oksigen akan dihabiskan oleh mikroorganisme dalam satu liter rujukan air selama waktu lima hari pada suhu 20°C.
Oksigen merupakan parameter yang sangat penting dalam air. Sebagian besar makhluk hidup dalam air membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidupnya, baik tumbuhan maupun binatang air, bergantung kepada oksigen yang terlarut. Ikan merupakan makhluk air dengan kebutuhan oksigen tertinggi, kemudian invertebrata, sedangkan kuman yaitu yang terkecil kebutuhan oksigennya.
Keseimbangan oksigen terlarut (OT) dalam air secara alamiah terjadi secara berkesinambungan. Mikroorganisme sebagai makhluk terkecil dalam air, untuk pertumbuhannya membutuhkan sumber energi menyerupai unsur karbon (C) yang sanggup diperoleh dari materi organik dari flora dan ganggang yang mati, maupun oksigen dari udara.
Bahan organik tersebut oleh mikroorganisme akan diuraikan menjadi karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). CO2 selanjutnya dimanfaatkan oleh tumbuhan dalam air untuk proses fotosintesis membentuk oksigen. Oksigen yang dimanfaaatkan untuk proses penguraian materi organik tersebut akan diganti oleh oksigen yang masuk dari udara maupun dari sumber lainnya secepar habisnya oksigen terlarut yang dipakai oleh bakter atau dengan kata lain oksigen yang diambil oleh biota air selalu setimbang dengan oksigen yang masuk dari udara maupun dari hasil fotosintesis tumbuhan air.
Apabila pada suatu dikala bahan organik dalam air menjadi berlebih sebagai akhir masuknya limbah aktivitas insan (seperti limbah organik dari industri), yang berarti suplai karbon (C) melimpah, menimbulkan kecepatan pertumbuhan mikroorganisme akan berlipat ganda, yang berarti juga meningkatnya kebutuhan oksigen, sementara suplai oksigen dari udara jumlahnya tetap. Pada kondisi menyerupai ini, kesetimbangan antara oksigen yang masuk ke air dengan yang dimanfaatkan oleh biota air tidak setimbang, alhasil terjadi defisit oksigen terlarut dalam air Bila penurunan oksigen terlarut tetap berlanjut sampai nol, biota air yang membutuhkan oksigen (aerobik) akan mati., dan digantikan dengan tumbuhnya mikroba yang tidak membutuhkan oksigen atau mikroba anaerobik. Sama halnya dengan mikroba aerobik, mikroba anaerobik juga akan memanfaatkan karbon dari materi organik. Dari respirasi anaerobik ini terbentuk gas metana ( CH4) disamping terbentuk gas asam sulfida (H2S) yang berbau busuk. Masuknya zat terlarut lain dalam air mengganggu kelarutan oksigen dalam air.
Untuk memilih tingkat penurunan kualitas air sanggup dilihat dari penurunan kadar oksigen terlarut (OT) sebagai akhir masuknya materi organik dari luar, umumnya dipakai uji BOD dan atau COD. Biological Oxigen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis (KOB) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi materi organik air.
Oleh lantaran itu, nilai BOD bukanlah merupakan nilai yang menunjukkan jumlah atau kadar materi organik dalam air, tetapi mengukur secara relatif jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan-bahan organik tersebut. BOD tinggi menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk oksidasi materi organik dalam air tersebut tinggi, berarti dalam air sudah terjadi defisit oksigen. Banyaknya mikroorganisme yang tumbuh dalam air disebabkan banyaknya masakan yang tersedia, oleh lantaran itu secara tidak pribadi BOD selalu dikaitkan dengan kadar materi organik dalam air.
BOD5 merupakan penentuan kadar BOD baku, yaitu pengukuran jumlah oksigen yang dihabiskan dalam waktu lima hari oleh mikroorganisme pengurai secara aerobik dalam suatu volume air pada suhu 20°C. BOD5 500mg/liter (atau ppm) berarti 500mg oksigen akan dihabiskan oleh mikroorganisme dalam satu liter rujukan air selama waktu lima hari pada suhu 20°C.