Teori Perdagangan Bebas, Komunisme, Pengaturan Yang Tepat, Dan Aturan Pasar
Sebuah ideologi sering berperanan dalam memilih relasi antara lembaga-lembaga yang satu dengan yang lainnya. Ini merupakan sebagian fungsi ideologi yang tidak bisa dihindari, yang dinyatakan sebagai “kepercayaan yang juga meliputi pengertian perihal bagaimana orang berperilaku dan bagaimana masyarakat seharusnya diatur”. Beberapa negara mengaplikasikan ideologi-ideologi yang berdasarkan pemerintah dan masyarakatnya ialah ideologi terbaik. Diantara ideologi-ideologi dan penggagasnya ialah sebagai berikut.
Adam Smith dan Perdagangan Bebas
Adam Smith, mengemukakan bahwa pemerintah yang terkuat ialah pemerintah di negara yang dunia perdagangannya maju. Ia juga beranggapan bahwa keputusan ekonomi yang paling sempurna dilakukan oleh individu-individu yang berafiliasi eksklusif dengan pasar, bukan oleh badan-badang pemerintah. Teori ini menempatkan pemerintah di luar keputusan dunia perjuangan dan memungkinkan industri modern berkembang. Menurut Smith pemerintah tidak perlu mengurusi pendapatan atau harga, lantaran kompetisi akan menetapkan tingkat pendapatan dan harga sesuai dengan apa yang dianggap terbaik bagi masyarakat. Jika pendapatan dalam dunia perjuangan terlalu rendah, maka hal ini akan menurunkan minat para pekerja untuk mencari pekerjaan, sehingga balasannya pendapatan harus dinaikkan. Jika honor terlalu tinggi, maka akan terlalu banyak pelamar yang datang, sehingga para pemimpin perusahaan akan menurunkan gaji. Dengan demikian, pelamar yang tidak diterima akan pindah ke pemimpin perusahaan lainnya. Hal yang sama berlaku juga dalam soal harga; jikalau terlalu tinggi, maka barang dagangan tidak akan laku, sehingga ia harus menurunkan harga. Jadi, perubahan harga dan honor akan membuat “tenaga yang tidak tampak” yang akan menyalurkan modal dan tenaga kerja ke arah acara ekonomi yang sangat menguntungkan mereka dan masyarakat secara keseluruhan. Campur tangan pemerintah bukan saja tidak diperlukan, bahkan bisa merusak, lantaran akan mengganggu keputusan-keputusan ekonomi yang rasional. Pemikiran tersebut meletakkan dasar bagi kapitalisme (atau “perdagangan bebas”, sebagaimana biasa disebut orang).
Karl Marx dan Komunisme
Karl Marx (1818 – 1883) meninjau acara ekonomi sebagai spesialis teori konflik. Dia melihat bahwa para pekerja menghendaki honor tinggi, sedang para kapitalis menginginkan honor rendah. Hal ini membuat antagonisme yang tidak bisa dihindari dan satu diantaranya ditakdirkan untuk kalah. Orang-orang kapitalis kelihatannya lebih kuat disebabkan oleh kekayaan dan efek mereka; sementara itu, para pekerja yang lebih banyak jumlahnya, ditakdirkan untuk menang pada akhirnya. Kemudian mereka akan mengakhiri konflik dengan cara menghapuskan pemilikan modal pribadi. Itulah sebabnya istilah komunisme mengandung pengertian pemilikan bersama oleh masyarakat. cukup umur ini, sejumlah negara menyatakan bahwa mereka menjalankan acara ekonomi berdasarkan ide-ide Marx, meskipun dalam kenyataannya kebijakan mereka sangat berbeda dan menyimpang dari ide-ide Marx dalam banyak hal.
Meskipun Rusia, negara Marxis tertua, telah mencapai keberhasilan dalam beberapa bidang, namun perkembangan ekonominya yang relatif lambat dan pemerintahannya yang menekan secara kejam merupakan bukti betapa tidak menariknya komunisme, sehingga banyak orang Marxis modern menolak bahwa Rusia ialah negara Marxis. Namun demikian, pandangan Marx mengenai relasi pemerintahan – ekonomi, terutama sebagai sentra berlangsungnya konflik, tetap mempunyai pengaruh. Banyak kritikus melihat setiap perubahan dalam pemerintah dengan acara ekonomi dari sudut jawaban yang diduga timbul dari relasi pemerintah dengan ekonomi, dan pengaruhnya terhadap para pekerja atau kapitalis. Seringkali dikatakan bahwa jikalau sebuah usul tampak baik bagi para kapitalis, maka itu berarti jelek bagi para pekerja.
John Maynard Keynes dan “Pengaturan yang Tepat”
J.M Keynes (1883 – 1946) lebih sempurna dikelompokkan sebagai spesialis teori fungsional daripada spesialis teori konflik. Ia memandang masyarakat sebagai satu kesatuan, dimana kelompok-kelompoknya mengalami kemakmuran atau penderitaan secara bersamaan. Ia berpandangan bahwa masyarakat menderita lantaran dunia perjuangan sepertinya berada dalam suatu bulat kemakmuran dan depresi secara bergantian. Dalam masa makmur, dunia perjuangan melihat ada kesempatan untuk memperoleh laba yang besar, sehingga perusahaan berkembang dengan cepat. Perluasan perjuangan biasanya melewati batas, sehingga laba berkurang; kemudian jumlah kegiatanpun dikurangi lagi sehingga pengangguran meningkat.
Keynes beranggapan bahwa keadaan menyerupai itu bisa diperbaiki dengan cara menaikkan pengeluaran defisit pada masa depresi dan menguranginya pada masa makmur. Pengeluaran pemerintah dimanfaatkan untuk membuat acara ekonomi stabil. Pengeluaran defisit pada masa depresi, saat investor swasta menurun, akan menopang acara ekonomi dan membuat orang tetap sanggup bekerja. Sebaliknya, penurunan pengeluaran pemerintah pada masa makmur akan memungkinkan terciptanya lebih banyak acara yang dijalankan oleh perusahaan swasta. Pemerintah sanggup meminjam uang selama masa depresi, kemudian membangun dengan uang yang diperoleh dari pajak yang tinggi pada masa makmur.
Pemikiran Keynes sangat besar lengan berkuasa selama tahun 1930 hingga dengan tahun 1975, dan sering dimanfaatkan untuk membenarkan kebijakan pemerintah. Selama masa tersebut, kebijakan-kebijakan yang berdasarkan pemikiran Keynes sepertinya bisa menanggulangi kasus relasi pemerintah dengan dunia perjuangan di masyarakat kapitalis, dan kepahitan depresi memang benar-benar berkurang. Semuanya itu merupakan kasus bagaimana melaksanakan “penyetelan yang tepat” atas pajak, kebijakan keungan, peminjaman dan pengeluaran yang diadaptasi dengan setiap tahap perubahan dunia usaha. Namun, kemudian timbul kesulitan. Peningkatan pengeluaran pemerintah tidak selamanya sanggup menanggulangi akibat-akibat depresi dunia perjuangan yang ternyata tidak semudah yang diperkirakan dan sepertinya akibat-akibat itu mendorong ke arah terciptanya inflasi (Robets dalam Horton, 1998). Jalan keluar yang dipengaruhi oleh pemikiran Keynes memang menarik, tetapi tidak selamanya terbukti manjur.
Kritik utama terhadap kebijakan yang berdasarkan pemikiran Keynes ialah selalu ada tuntutan semoga pengeluaran pemerintah ditambah lagi. Kebijakan menaikkan pengeluaran pemerintah dalam masa depresi memang disenangi, namun memotong pengeluaran pemerintah dalam masa makmur dan melunasi hutang pemerintah merupakan hal yang sulit. Para pembuat undang-undang tidak bisa menolak undangan untuk mengeluarkan uang, jikalau memang ada uang tersedia. Akibat negatif kebijakan yang berdasarkan pemikiran Keynes ini, mendorong terjadinya hutang pemerintah yang selalu meningkat dan inflasi yang berkepanjangan.
Milton Friedman dan “Hukum Pasar”
Milton Friedman ialah seorang tokoh terkemuka dari aliran yang dikenal dengan nama aliran “chicago”, yang berpandangan bahwa penyimpangan dari pedoman Adam Smith merupakan penyebab utama kesulitan ekonomi, Friedman percaya pada kemampuan pasar untuk menyediakan apa yang sebetulnya diinginkan oleh rakyat, bukannya apa yang para pejabat anggap baik bagi rakyat. Komunisme, perencanaan pemerintah, dan defisit pengeluaran yang bersumber dari pemikiran Keynes – semua itu merupakan suatu yang haram bagi Friedman. Alasannya yang pertama ialah semua kebijakan itu tidak bisa berhasil. Alasan yang kedua, semua kebijakan tersebut mengurangi kebebasan manusia, bukannya memperluas. Ia baiklah dengan pemotongan pajak, dan berpandangan bahwa setiap kebijakan mempunyai kebaikan sejauh kebijakan itu menurunkan pajak dan dengan demikian membatasi memperluas campur tangan pemerintah.
Keynes menilai pengendalian pemerintah terhadap uang dan sistem bank sebagai suatu cara untuk mempertahankan daya beli yang telah diperlunak oleh depresi. Friedman ialah seorang “moneteris” yang berpandangan bahwa kecenderungan meningkatkan persediaan uang dan dukungan yang lebih cepat daripada persediaan barang, niscaya menuju ke arah terciptanya inflasi. Friedman menilai bahwa banyak kebijakan sosial merupakan alat bagi para birokrat untuk menguasai rakyat miskin. Ia menyarankan bahwa untuk mencapai kesejahteraan manusia, diharapkan pajak pendapatan negatif. Ini berarti orang yang penghasilannya lebih rendah daripada jumlah yang dianggap pantas untuk membiayai kesehatan dan kehidupan yang layak, akan mendapatkan uang eksklusif dari pemerintah.
Teori-teori Friedman sangat bertentangan dengan kebanyakan kecenderungan belakangan ini, sehinga sulit bagi pemerintah manapun untuk mengikutinya. Friedman bahkan menasehatkan untuk mengubah secara sedikit demi sedikit sistem negara kesejahteraan menjadi sistem ekonomi pasar. Mungkin pandangannya yang terbaik ialah kritiknya terhadap kebijakan kolektivis yang terbukti gagal, sebagaimana yang diramalkannya. Ia memperlihatkan efek besar terhadap pemikir ekonomi terakhir dan telah merintis lahirnya ahli-ahli ekonomi sisi persediaan (supply side) yang menekankan bahwa campur tangan pemerintah acapkali membelokkan segala sesuatunya ke arah yang salah. Friedman menilai pasar bebas (kapitalisme) sebagai sesuatu yang penting bagi negara demokrasi. Kapitalisme bukan sekedar membuatkan potensi ekonomi, tetapi juga membatasi kemungkinan adanya pendiktean pemerintah yang menekan.
Adam Smith dan Perdagangan Bebas
Adam Smith, mengemukakan bahwa pemerintah yang terkuat ialah pemerintah di negara yang dunia perdagangannya maju. Ia juga beranggapan bahwa keputusan ekonomi yang paling sempurna dilakukan oleh individu-individu yang berafiliasi eksklusif dengan pasar, bukan oleh badan-badang pemerintah. Teori ini menempatkan pemerintah di luar keputusan dunia perjuangan dan memungkinkan industri modern berkembang. Menurut Smith pemerintah tidak perlu mengurusi pendapatan atau harga, lantaran kompetisi akan menetapkan tingkat pendapatan dan harga sesuai dengan apa yang dianggap terbaik bagi masyarakat. Jika pendapatan dalam dunia perjuangan terlalu rendah, maka hal ini akan menurunkan minat para pekerja untuk mencari pekerjaan, sehingga balasannya pendapatan harus dinaikkan. Jika honor terlalu tinggi, maka akan terlalu banyak pelamar yang datang, sehingga para pemimpin perusahaan akan menurunkan gaji. Dengan demikian, pelamar yang tidak diterima akan pindah ke pemimpin perusahaan lainnya. Hal yang sama berlaku juga dalam soal harga; jikalau terlalu tinggi, maka barang dagangan tidak akan laku, sehingga ia harus menurunkan harga. Jadi, perubahan harga dan honor akan membuat “tenaga yang tidak tampak” yang akan menyalurkan modal dan tenaga kerja ke arah acara ekonomi yang sangat menguntungkan mereka dan masyarakat secara keseluruhan. Campur tangan pemerintah bukan saja tidak diperlukan, bahkan bisa merusak, lantaran akan mengganggu keputusan-keputusan ekonomi yang rasional. Pemikiran tersebut meletakkan dasar bagi kapitalisme (atau “perdagangan bebas”, sebagaimana biasa disebut orang).
Karl Marx dan Komunisme
Karl Marx (1818 – 1883) meninjau acara ekonomi sebagai spesialis teori konflik. Dia melihat bahwa para pekerja menghendaki honor tinggi, sedang para kapitalis menginginkan honor rendah. Hal ini membuat antagonisme yang tidak bisa dihindari dan satu diantaranya ditakdirkan untuk kalah. Orang-orang kapitalis kelihatannya lebih kuat disebabkan oleh kekayaan dan efek mereka; sementara itu, para pekerja yang lebih banyak jumlahnya, ditakdirkan untuk menang pada akhirnya. Kemudian mereka akan mengakhiri konflik dengan cara menghapuskan pemilikan modal pribadi. Itulah sebabnya istilah komunisme mengandung pengertian pemilikan bersama oleh masyarakat. cukup umur ini, sejumlah negara menyatakan bahwa mereka menjalankan acara ekonomi berdasarkan ide-ide Marx, meskipun dalam kenyataannya kebijakan mereka sangat berbeda dan menyimpang dari ide-ide Marx dalam banyak hal.
Meskipun Rusia, negara Marxis tertua, telah mencapai keberhasilan dalam beberapa bidang, namun perkembangan ekonominya yang relatif lambat dan pemerintahannya yang menekan secara kejam merupakan bukti betapa tidak menariknya komunisme, sehingga banyak orang Marxis modern menolak bahwa Rusia ialah negara Marxis. Namun demikian, pandangan Marx mengenai relasi pemerintahan – ekonomi, terutama sebagai sentra berlangsungnya konflik, tetap mempunyai pengaruh. Banyak kritikus melihat setiap perubahan dalam pemerintah dengan acara ekonomi dari sudut jawaban yang diduga timbul dari relasi pemerintah dengan ekonomi, dan pengaruhnya terhadap para pekerja atau kapitalis. Seringkali dikatakan bahwa jikalau sebuah usul tampak baik bagi para kapitalis, maka itu berarti jelek bagi para pekerja.
John Maynard Keynes dan “Pengaturan yang Tepat”
J.M Keynes (1883 – 1946) lebih sempurna dikelompokkan sebagai spesialis teori fungsional daripada spesialis teori konflik. Ia memandang masyarakat sebagai satu kesatuan, dimana kelompok-kelompoknya mengalami kemakmuran atau penderitaan secara bersamaan. Ia berpandangan bahwa masyarakat menderita lantaran dunia perjuangan sepertinya berada dalam suatu bulat kemakmuran dan depresi secara bergantian. Dalam masa makmur, dunia perjuangan melihat ada kesempatan untuk memperoleh laba yang besar, sehingga perusahaan berkembang dengan cepat. Perluasan perjuangan biasanya melewati batas, sehingga laba berkurang; kemudian jumlah kegiatanpun dikurangi lagi sehingga pengangguran meningkat.
Keynes beranggapan bahwa keadaan menyerupai itu bisa diperbaiki dengan cara menaikkan pengeluaran defisit pada masa depresi dan menguranginya pada masa makmur. Pengeluaran pemerintah dimanfaatkan untuk membuat acara ekonomi stabil. Pengeluaran defisit pada masa depresi, saat investor swasta menurun, akan menopang acara ekonomi dan membuat orang tetap sanggup bekerja. Sebaliknya, penurunan pengeluaran pemerintah pada masa makmur akan memungkinkan terciptanya lebih banyak acara yang dijalankan oleh perusahaan swasta. Pemerintah sanggup meminjam uang selama masa depresi, kemudian membangun dengan uang yang diperoleh dari pajak yang tinggi pada masa makmur.
Pemikiran Keynes sangat besar lengan berkuasa selama tahun 1930 hingga dengan tahun 1975, dan sering dimanfaatkan untuk membenarkan kebijakan pemerintah. Selama masa tersebut, kebijakan-kebijakan yang berdasarkan pemikiran Keynes sepertinya bisa menanggulangi kasus relasi pemerintah dengan dunia perjuangan di masyarakat kapitalis, dan kepahitan depresi memang benar-benar berkurang. Semuanya itu merupakan kasus bagaimana melaksanakan “penyetelan yang tepat” atas pajak, kebijakan keungan, peminjaman dan pengeluaran yang diadaptasi dengan setiap tahap perubahan dunia usaha. Namun, kemudian timbul kesulitan. Peningkatan pengeluaran pemerintah tidak selamanya sanggup menanggulangi akibat-akibat depresi dunia perjuangan yang ternyata tidak semudah yang diperkirakan dan sepertinya akibat-akibat itu mendorong ke arah terciptanya inflasi (Robets dalam Horton, 1998). Jalan keluar yang dipengaruhi oleh pemikiran Keynes memang menarik, tetapi tidak selamanya terbukti manjur.
Kritik utama terhadap kebijakan yang berdasarkan pemikiran Keynes ialah selalu ada tuntutan semoga pengeluaran pemerintah ditambah lagi. Kebijakan menaikkan pengeluaran pemerintah dalam masa depresi memang disenangi, namun memotong pengeluaran pemerintah dalam masa makmur dan melunasi hutang pemerintah merupakan hal yang sulit. Para pembuat undang-undang tidak bisa menolak undangan untuk mengeluarkan uang, jikalau memang ada uang tersedia. Akibat negatif kebijakan yang berdasarkan pemikiran Keynes ini, mendorong terjadinya hutang pemerintah yang selalu meningkat dan inflasi yang berkepanjangan.
Milton Friedman dan “Hukum Pasar”
Milton Friedman ialah seorang tokoh terkemuka dari aliran yang dikenal dengan nama aliran “chicago”, yang berpandangan bahwa penyimpangan dari pedoman Adam Smith merupakan penyebab utama kesulitan ekonomi, Friedman percaya pada kemampuan pasar untuk menyediakan apa yang sebetulnya diinginkan oleh rakyat, bukannya apa yang para pejabat anggap baik bagi rakyat. Komunisme, perencanaan pemerintah, dan defisit pengeluaran yang bersumber dari pemikiran Keynes – semua itu merupakan suatu yang haram bagi Friedman. Alasannya yang pertama ialah semua kebijakan itu tidak bisa berhasil. Alasan yang kedua, semua kebijakan tersebut mengurangi kebebasan manusia, bukannya memperluas. Ia baiklah dengan pemotongan pajak, dan berpandangan bahwa setiap kebijakan mempunyai kebaikan sejauh kebijakan itu menurunkan pajak dan dengan demikian membatasi memperluas campur tangan pemerintah.
Keynes menilai pengendalian pemerintah terhadap uang dan sistem bank sebagai suatu cara untuk mempertahankan daya beli yang telah diperlunak oleh depresi. Friedman ialah seorang “moneteris” yang berpandangan bahwa kecenderungan meningkatkan persediaan uang dan dukungan yang lebih cepat daripada persediaan barang, niscaya menuju ke arah terciptanya inflasi. Friedman menilai bahwa banyak kebijakan sosial merupakan alat bagi para birokrat untuk menguasai rakyat miskin. Ia menyarankan bahwa untuk mencapai kesejahteraan manusia, diharapkan pajak pendapatan negatif. Ini berarti orang yang penghasilannya lebih rendah daripada jumlah yang dianggap pantas untuk membiayai kesehatan dan kehidupan yang layak, akan mendapatkan uang eksklusif dari pemerintah.
Teori-teori Friedman sangat bertentangan dengan kebanyakan kecenderungan belakangan ini, sehinga sulit bagi pemerintah manapun untuk mengikutinya. Friedman bahkan menasehatkan untuk mengubah secara sedikit demi sedikit sistem negara kesejahteraan menjadi sistem ekonomi pasar. Mungkin pandangannya yang terbaik ialah kritiknya terhadap kebijakan kolektivis yang terbukti gagal, sebagaimana yang diramalkannya. Ia memperlihatkan efek besar terhadap pemikir ekonomi terakhir dan telah merintis lahirnya ahli-ahli ekonomi sisi persediaan (supply side) yang menekankan bahwa campur tangan pemerintah acapkali membelokkan segala sesuatunya ke arah yang salah. Friedman menilai pasar bebas (kapitalisme) sebagai sesuatu yang penting bagi negara demokrasi. Kapitalisme bukan sekedar membuatkan potensi ekonomi, tetapi juga membatasi kemungkinan adanya pendiktean pemerintah yang menekan.