Makalah Aspek Aturan Dalam Bisnis Perjanjian Dalam Islam Berbentuk (Ilegal)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menunjukkan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menuntaskan ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya, yang berjudul “Perjanjian dalam Islam ( ILEGAL )”.
Makalah ini berisikan perihal pengertian Perjanjian dalam Islam (ilegal) atau yang lebih khususnya membahas perihal poin-poin penting yang terkandung dalam perjanjian dalam islam (ilegal), karakteristik serta yang dianggap perjanjian yang tidak diperbolehkan dalam islam. Diharapkan ini sanggup menunjukkan isu kepada kita semua secara detail.
Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari sempurna, oleh lantaran itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua teman-teman yang telah berperan serta dalam penyusunan ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala perjuangan kita. Aminnn…. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...2
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG………………………………………………3
B. TUJUAN…………………………………………………………...3
BAB II : ISI / PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PERJANJIAN MENURUT ISLAM………………...4
B. PERJANJIAN DALAM ISLAM (ILEGAL)………………………....5
BAB III : PENUTUP
A. KESIMPULAN……………………………………………………..11
B. KRITIK DAN SARAN……………………………………………..11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kita tahu bahwa Hukum islam secara umum mengatur semua sendi kehidupan insan secara menyeluruh, meliputi segala macam aspeknya. Hubungan insan dengan Allah SWT ialah diatur dalam bidang ibadah, dan hubungan insan dengan sesamanya ialah diatur dalam bidang muamalat, dalam arti luas , baik yang bersifat perorangan maupun yang bersifat umum,seperti duduk kasus perkawinan, pewarisan, ketatanegaraan, hubungan antar Negara, kepidanaan, peradilan, dan sebagainya.
Sebagai makhluk sosial, insan pada hakikatnya tidak sanggup hidup sendiri dalam masyarakat. Dimana insan harus saling berinteraksi dengan insan lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hukum yang ilegal atau yang tidak sah merupakan aturan yang tidak memenuhi syarat-syarat suatu perjanjian, dan tidak boleh untuk melaksanakan sebuah perjanjian itu,baik cara orang yang melakukannya maupun barang yang akan dijadikan sebuah perjanjian itu.
Pada makalah ini kami sebagai penyusun ingin memaparkan perihal perjanjian yang tidak sah berdasarkan aturan islam, barang-barang gelap, liar dan tidak ada izin dari pihak bersangkutan dalam islam.
B. TUJUAN
Dengan mempelajari dan memahami isi makalah ini, kita diperlukan bisa untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sebuah perjanjian didalam islam, dan apa yang mengakibatkan sebuah perjanjian itu tidak sah.
Dengan memahami bahan ini juga, kita bisa membedakan perjanjian yang sah dan juga perjanjian yang tidak sah, serta mengetahui apa apa saja yang termasuk perjanjian yang tidak sah ( ilegal).
BAB II
ISI / PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PERJANJIAN MENURUT ISLAM
1. Pengertian
Secara Etimologi, perjanjian dalam bahasa arab sering disebut dengan istilah al-mu’ahadah (janji), al-ittifa(kesepakatan), dan al-‘aqdu(ikatan). Secara terminologi, perjanjian atau aqad secara umum ialah diartikan suatu janji setia kepada Allah SWT, atau suatu ikatan yang dibentuk oleh insan dengan insan lainnya dalam pergaulan hidupnya sehari-hari.
Istilah perjanjian dalam aturan Indonesia disebut janji dalam aturan Islam. Definisi perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan. Dalam definisi di atas secara terperinci terdapat konsensur antara para pihak, yaitu persetujuan antara pihak satu dengan pihak lain dan pelaksanaan perjanjian tersebut terletak pada lapangan harta kekayaan. Menurut Pasal 1313 Kitab Undang Undang Hukum Perdata perjanjian ialah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Suatu perjanjian ialah semata-mata untuk suatu persetujuan yang diakui oleh hukum. Persetujuan ini merupakan kepentingan yang pokok di dalam dunia perjuangan dan menjadi dasar bagi kebanyakan transaksi dagang menyerupai jual beli barang, tanah, pemberian kredit, asuransi, pengangkutan barang, pembentukan organisasi perjuangan dan termasuk juga menyangkut tenaga kerja.
2. Syarat perjanjian (akad)
Adapun syarat-syarat perjanjian (akad) ini adalah:
- Harus terperinci atau terang pengertiannya, dalam artian bahwa lafaz yang digunakan dalam ijab dan qabul harus terperinci maksud dan tujuannya berdasarkan kebiasaan yang berlaku.
- Harus ada kesesuaian (tawaffuq) antara ijab dan qabul dalam semua segi perjanjian, untuk menghindari terjadinya kesalah-pahaman di antara para pihak yang melaksanakan perjanjian di kemudian hari.
- Harus menunjukkan kesungguhan dan keridhaan (tidak ada paksaan) dari para pihak yang terkait untuk melaksanakan isi perjanjian yang telah dibuat, sehingga memiliki kekuatan aturan yang penuh.
B. PERJANJIAN DALAM ISLAM (ILEGAL)
1. Pengertian
Perjanjian Ilegal dalam islam ialah perjanjian yang tidak sah berdasarkan aturan islam. Islam ialah agama yang syamil, yang mencangkup segala permasalahan manusia. Nah, disini kami sebagai kelompok II menyajikan perjanjian dalam islam secara ilegal diambil dari dua perjanjian, yaitu perjanjian(akad) ijab kabul dan perjanjian(akad) jual beli.
a. Perjanjian(aqad) pernikahan
Pernikahan ialah janji atau perjanjian yang mengandung maksud membolehkan hubungan kelamin antara pria dan perempuan.
Di janji ini ada beberapa ijab kabul yang terlarang (dilarang oleh agama islam) antara lain sebagai berikut :
1. Nikah Mut’ah
Nikah mut’ah ialah perkawinan untuk masa tertentu, dalam arti pada waktu aqad dinyatakan masa tertentu, yang bila masa itu telah dalam. Nikah ini masih dijalankan oleh penduduk Iran yang bermazhab Syi’ah Imamiyah dan disebut dengan nikah munqati’.
2. Nikah tahlil atau muhallil
Adalah perkawinan yang dilakukan untuk menghalalkan orang yang telah melaksanakan talak tiga untuk segera kembali kepada istrinya. Bila seseorang telah menceraikan istrinya hingga tiga kali, baik dalam satu masa atau berbeda masa, si suami tidak boleh lagi kawin dengan bekas istrinya itu kecuali bila istrinya itu telah menikah dengan pria lain, kemudian bercerai dan habis pula iddahnya.
3. Nikah Syigar
Ialah perbuatan dua orang pria yang saling menikahi anak wanita dari pria lain dan masing-masing menjadikan ijab kabul itu sebagai maharnya.
Perkawinan yang diharamkan oleh agama islam ialah sebagai berikut :
1. Mahram Muabbad
Yaitu orang-orang yang haram melaksanakan ijab kabul untuk selamanya ada 3 kelompok :
- disebabkan oleh adanya hubungan kekerabatan
Perempuan-perempuan yang haram dikawini oleh seorang laki- laki untuk selamanya disebabkan oleh hubungan kekerabatan atau masih sedarah.
- Haram perkawinan lantaran adanya hubungan perkawinan (musharahah).
Bila seseorang pria melaksanakan perkawinan dengan seseorang perempuan, maka terjadilah hubungan antara si pria dengan si kerabat perempuan, demikian pula sebaliknya terjadi pula hubungan antara si wanita dengan kerabat dari pria itu.
- Karena hubungan persusuan
Bila seseorang pria menyusu kepada seseorang wanita maka air susu wanita itu menjadi darah dan pertumbuhan bagi si anak sehingga wanita yang menyusukan itu telah menyerupai ibunya.
2. Mahram ghairu muabbad
Ialah larangan kawin yang berlaku untuk sementara berarti tidak boleh kawin dalam waktu tertentu lantaran sesuatu hal; bila hal tersebut sudah tidak ada, maka larangan itu tidak berlaku lagi. Larangan kawin sementara itu berlaku dalam hal-hal tersebut dibawah ini :
a. Memadu dua orang yang bersaudara.
b. Perkawinan yang kelima.
c. Perempuan yang bersuami atau dalam iddah.
d. Mantan istri yang telah ditalak tiga bagi mantan suaminya.
e. Perempuan yang sedang ihram.
f. Perempuan pezina sebelum bertaubat.
g. Perempuan musryik.
b. Perjanjian(aqad) Jual Beli
Jual beli berdasarkan bahasa ialah “saling tukar”, sedangkan berdasarkan terminologi jual beli diartikan dengan tukar menukar harta secara suka sama suka atau peralihan pemilikan dengan cara penggantian berdasarkan bentuk yang dibolehkan.
Berdasarkan Al Quran, sunnah, ijma’ dan dalil aqli. Allah SWT membolehkan jual-beli semoga insan sanggup memenuhi kebutuhannya selama hidup di dunia ini. Namun dalam melaksanakan jual-beli, tentunya ada ketentuan-ketentuan ataupun syarat-syarat yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar. Seperti jual beli yang tidak boleh yang akan kita bahas ini, dikarenakan telah menyelahi aturan dan ketentuan dalam jual beli, dan tentunya merugikan salah satu pihak, maka jual beli tersebut dilarang.
Diantara jual beli yang tidak boleh dalam islam tersebut antara lain:
1. Jual beli gharar
Adalah jual beli yang mengandung unsur-unsur penipuan dan pengkhianatan, baik lantaran ketidakjelaasan dalam objek jual beli atau ketidakpastian dalam cara pelaksanaannya. Hukum jual beli ini ialah haram. Alasan haramnya ialah tidak niscaya dalam objek,baik barang atau uang atau cara transaksinya itu sendiri.
2. Jual beli mulaqih
Adalah jual beli yang barang yang menjadi objeknya binatang yang masih berada dalam bibit jantan sebelum bersetubuh dengan yang betina. Alasan pelarangannya ialah apa yang diperjualbelikan tidak berada di daerah janji dan tidak sanggup pula dijelaskan kualitas dan kuantitasnya. Ketidakjelasan ini menjadikan ketidak relaan pihak-pihak.
3. Jual beli mudhamin
Adalah transaksi jual beli yang objeknya ialah binatang yang masih berada dalam perut induknya. Alasan larangannya ialah tidak jelasnya objek jual beli. Meskipun sudah tampak wujudnya,namun tidak sanggup diserahkan diwaktu janji dan belum niscaya pula apakah ia lahir dalam keadaan hidup atau mati.
4. Jual beli muhaqalah
Adalah jual beli buah-buahan yang masih berada ditangkainya dan belum layak untuk dimakan. Alasan haramnya jual beli ini ialah lantaran objek yang diperjual belikan masih belum sanggup dimanfaatkan.
5. Jual beli mulamasah
Mulamasah artinya ialah sentuhan. Jual beli mulamasah ialah jual beli yang berlaku antara dua pihak, yang satu diantaranya menyentuh pakaian pihak lain yang diperjual belikan waktu malam atau siang, dengan ketentuan mana yang tersentuh itu, itulah yang dijual. Hukum jual beli inii ialah haram. Alasan haramnya ialah lantaran ketidak jelasan objek transaksi, yang dijadikan salah satu syarat dari barang yang diperjual belikan.
6. Jual beli shubrah
Ialah jual beli barang yang ditumpuk yang mana pecahan luar yang kelihatan lebih baik dari pecahan dalam. Alasan haramnya jual beli ini ialah penipuan.
7. Jual beli talqi rukban
Yaitu jual beli sehabis si pembeli tiba menyongsong penjual sebelum ia hingga di pasar dan mengetahui harga pasaran. Alasan larangan ini ialah penipuan terhadap penjual yang belum mengetahui keadaan pasar. Oleh lantaran syarat jual beli sudah dipenuhi, namun caranya yang mungkin mendatangkan penyesalan kemudian yang tidak menghasilkan rela sama rela, maka jual beli ini tetap sah. Hanya dalam hal ini si penjual diberi hak khiyar yaitu hak untuk memilih apakah jual beli dilanjutkan atau tidak.
8. Jual beli ‘urban
Adalah jual beli atas suatu barang dengan harga tertentu , dimana pembeli menunjukkan uang muka dengan catatan bahwa bila jual beli jadi dilangsungkan akan membayar dengan harga yang telah disepakati, namun kalau tidak jadi uang muka untuk menjual yang telah menerimanya lebih dahulu. Alasan haramnya jual beli ini ialah ketidakpastian jual beli. BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi berdasarkan pembahasan di atas, sanggup disimpulkan bahwa pengertian perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan. Perjanjian Ilegal dalam islam ialah perjanjian yang tidak sah berdasarkan aturan islam. pernikahan yang terlarang ialah Nikah Mut’ah, Nikah tahlil atau muhallil dan Nikah Syigar. Perkawinan yang diharamkan oleh agama islam ialah Mahram Muabbad, dan Mahram ghairu muabbad. Jual beli yang tidak boleh dalam islam ialah Jual beli gharar, Jual beli mulaqih, Jual beli mudhamin, Jual beli muhaqalah, Jual beli mulamasah, Jual beli shubrah, Jual beli talqi rukban, dan Jual beli ‘urban.
B. KRITIK DAN SARAN
Demikianlah isi pembahasan dari makalah ini, namun sebagai insan yang tidak tepat kami menyadari bahwa ada banyak kesalahan-kesalahan serta kekurangan-kekurangan yang terdapat didalamnya baik dalam dari segi isi, pengetikan, dan kesalahan-kesalahan lain yang terjadi, untuk itu beribu ma’af kami harapkan, kiranya ia bisa dimaklumi.
Namun demikian, segala masukkan, tanggapan, saran serta kritikkan yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikkan dimasa depan. Terima kasih..!! DAFTAR PUSTAKA
Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian, PT. Citra Aditya Abadi, 1992, hlm. 93.
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana, 2010),
Prof. Dr . Amir Syarifuddin, Garis-garis besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2003),
Naili Rahmawati, M.Ag, perjanjian-dalam-hukum-islam, Mataram, 2010
Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Mu’amalah, Hukum Perdata Islam,
Yogyakarta : UII Press, 1990.