6 Teori-Teori Modernisasi

Teori modernisasi pertama kali dicetuskan oleh Pearsons dan Rostow, yang menyampaikan westernisasi (modernisasi ala Barat) ialah upaya yang diinginkan dan proses yang penting untuk negara-negara di dunia non-Barat dalam mencapai kemajuannya. Menurut Huttington (1976), proses modernisasi bersifat revolusioner (perubahan cepat tradisional ke modern), kompleks (melalui banyak cara sistematik), global (akan mempengaruhi semua manusia), sedikit demi sedikit (melalui langkah - langkah), homoginisasi dan progresif. Teori ini dipergunakan dikalangan inter disiplin, menyerupai sosiologi, psikologi, ilmu politik, ekonomi, antropologi bahkan agama. Ukuran modernitas bagi teori ini ialah suatu masyarakat yang berdasarkan mereka modern ialah masyarakat barat.

 Teori modernisasi pertama kali dicetuskan oleh  6 Teori-teori Modernisasi

Berikut ini beberapa teori modernisasi yang diungkapkan oleh beberapa ahli.
1. Teori Harrod-Domar: Modal dan Investasi
Roy Harrod dan Evsey Domar ialah jago ekonomi yang berbicara wacana teori ekonomi pembangunan yang menekankan pada penyediaan modal dan investasi. Dalam Teori modernisasi Harrod-Domar, mereka berkesimpulan bahwa pembangunan akan berhasil dan terealisasi dengan baik jikalau pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya modal dan investasi.

2. Teori Max Weber: Etika Protestan
Max Weber ialah seorang sosiolog jerman yang dianggap bapak sosiolog modern. Teori modernisasi Max Weber menekankan wacana nilai-nilai budaya yang menjelaskan wacana tugas agama dalam pembentukan kapitalisme. Peran agama yang dikemukakan disini memiliki tugas yang memilih dalam mempengaruhi tingkah laris individu. Kalau nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat sanggup diarahkan kepada perilaku yang nyata terhadap pertumbuhan ekonomi, maka proses pembangunan dalam masyarakat sanggup terlaksana.

3. Teori David McClelland: Dorongan Berprestasi atau n-Ach
David McCleland ialah spesialis psikologi sosial. Teori modernisasi David McCleland ini menekankan pada aspek-aspek psikologi individu. Bagi McCleland, dengan mendorongnya proses pembangunan berarti membentuk insan wiraswasta dengan n-Ach yang tinggi. Kalau insan wiraswasta ini sanggup dibuat dalam jumlah yang banyak, maka proses pembangunan dalam masyarakat tersebut sanggup terealisasi dengan baik.

4. Teori W.W. Rostow : Lima Tahap Pembangunan
W.W. Rostow ialah spesialis ekonomi, perhatiannya bukan hanya pada problem ekonomi dalam arti sempit tetapi juga meluas pada problem sosiologi dalam proses pembangunan, meskipun titik berat analisisnya masih tetap pada problem ekonomi. Teori modernisasi Rostow menyampaikan bahwa pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat yang bodoh ke masyarakat yang maju. Untuk menuju ke proses ini maka rostow membaginya menjadi lima tahap, yaitu :
a. Masyarakat tradisional
Perlunya penguasaan ilmu pengetahuan biar kehidupan dan kemajuan masyarakat sanggup berkembang.
b. Prakondisi untuk lepas landas
Proses ini memerlukan adanya campur tangan dari luar atau masyarakat yang sudah maju. Dengan campur tangan dari luar ini maka mulai berkembang wangsit pembaharuan.
c. Lepas landas
Periode ini akan ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.
d. Bergerak ke kedewasaan
Periode ini ditandai perkembangan industri yang sangat pesat dan memantapkan posisinya dalam perekonomian global. Barang-barang yang tadinya di inpor, kini sanggup diproduksi di dalam negeri. Yang diproduksikan bukan hanya terbatas pada barang konsumsi tetapi juga barang modal.
e. Zaman konsumsi masal yang tinggi
Pada periode ini konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup, tetapi akan meningkat ke kebutuhan yang lebih tinggi. Produksi industri akan berubah, dari kebutuhan dasar menjadi kebutuhan barang konsumsi yang tahan lama. Pada titik ini pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang sanggup menopang kemajuan secara terus menerus.

5. Teori Bert. F. Hoselitz : Faktor-Faktor Non Ekonomi
Teori modernisasi Hoselitz membahas wacana faktor-faktor non ekonomi yang ditinggalkan oleh Rostow. Teorinya menekankan pada perlunya lembaga-lembaga yang dibutuhkan menjelang lepas landas. Menurut Hoselitz problem utama pembangunan bukan hanya sekedar problem kekurangan modal, tetapi ada problem lain yang juga sangat penting yakni adanya ketrampilan kerja tertentu, yang termasuk didalamnya tenaga wiraswata yang tangguh. Hoselitz berfikir bahwa, dibutuhkan perubahan kelembagaan pada masa sebelum lepas landas, yang akan mempengaruhi pemasukan modal menjadi lebih produktif. Perubahan kelembagaan ini akan menghasilkan tenaga wiraswasta dan administrasi, serta ketrampilan teknis dan keilmuan yang dimiliki. Oleh alasannya ialah itu, bagi Hoselitz pembangunan membutuhkan pemasukan dari beberapa unsur, yaitu :
a. Pemasokan modal besar dan perbankan
Dibutuhkan lembaga-lembaga yang sanggup menggerakan tabungan masyarakat dan menyalurkannya ke acara yang produktif. Ia menyebutkan forum perbankanlah yang lebih efektif. Tanpa lembaga-lembaga menyerupai ini, maka modal besar yang ada sulit dikumpulkan sehingga sanggup menjadi sia-sia dan tidak menghasilkan pembangunan.
b. Pemasokan tenaga jago dan terampil
Tenaga yang dimaksud ialah tenaga kewiraswataan, direktur profesional, insinyur, jago ilmu pengetahuan, dan tenaga manajerial yang tangguh. Disamping itu juga perlu di dukung dengan perkembangan teknologi dan sains yang harus sudah melembaga sebelum masyarakat melaksanakan lepas landas.

6. Teori Alex Inkeles dan David. H. Smith : Manusia Modern
Teori modernisasi Alex Inkeles dan David Smith menekankan wacana lingkungan material dalam hal ini lingkungan pekerjaan. Teori intinya berbicara wacana pentingnya factor insan sebagai komponen penting penopang pembangunan dalam hal ini insan modern. Kedua tokoh ini mencoba menawarkan ciri-ciri dari insan modern, menyerupai : keterbukaan terhadap pengalaman dan wangsit baru, berorientasi ke masa kini dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan, percaya bahwa insan sanggup menguasai alam. Keduanya beranggapan, bahwa bagaimanapun juga insan sanggup diubah secara fundamental sehabis beliau menjadi dewasa, dan alasannya ialah itu tidak ada insan yang tetap menjadi tradisional dalam pandangan dan kepribadiannya hanya alasannya ialah beliau dibesarkan dalam sebuah masyarakat yang tradisional. Artinya, dengan menawarkan lingkungan yang tepat, setiap orang sanggup diubah menjadi insan modern sehabis beliau mencapai dewasa.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel