Pai Definisi Rukun Iman



BAB I
PENDAHULUAN



1.1        Latar Belakang Masalah
Beragama yaitu suata bentuk keyakinan insan terhadap banyak sekali hal yang yang diajarkan oleh agama yang dianutnya. Beragama berarti meyakini secara bundar terhadap pokok-pokok fatwa dan keyakinan sebuah agama. Oleha keran itu, tidak ada insan yang mengaku beragama tanpa ia meyakini apa-apa yang ditetapkan oleh agama tersebut.
Dalam agama Islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan rukun Iman, terdiri dari enam pilar. Ke enam pilar tersebut yaitu keyakinan Islam terhadap hal-hal yang “ghoib” yang hanya sanggup diyakini secara transedental, sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang diluar daya nalar manusia. Rukun Iman (pilar keyakinan) ini yaitu terdiri dari: 1) keyakinan kepada Allah (Patuh dan taat kepada Ajaran Allah dan Hukum-hukumNya), 2) keyakinan kepada Malaikat-malaikat Allah (mengetahui dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di alam semesta), 3) keyakinan kepada Kitab-kitab Allah (melaksanakan fatwa Allah dalam kitab-kitabNya secara hanif. Salah satu kitab Allah yaitu Al-Qur'an), 4) keyakinan kepada Rasul-rasul Allah (mencontoh usaha para Nabi dan Rasul dalam membuatkan dan menjalankan kebenaran yang disertai kesabaran), 5) keyakinan kepada hari Kiamat (aham bahwa setiap perbuatan akan ada pembalasan) dan 6) keyakinan kepada Qada dan Qadar (paham pada keputusan serta kepastian yang ditentukan Allah pada alam semesta).
Enam pilar keimanan umat Islam tersebut merupakan sesuatu yang wajib dimiliki oleh setiap muslim. Tanpa mempercayai salah satunya maka gugurlah keimanannya, sehingga mengimani ke enam rukun keyakinan tersebut merupakan suatu kewajiban yang tidak sanggup ditawar-tawar lagi.
Oleh lantaran itu, penulis akan mengkaji banyak sekali hal yang meyangkut enam pilar keimanan tersebut, baik dalil-dalilnya maupun efek keimanan tersebut terhadap kehidupan seorang muslim. Diharapkan kajian tersebut akan menambah pemahaman penulis mengenai pentingnya rukun keyakinan dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.
1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka berikut ini rumusan duduk kasus yang akan dikaji dalam makalah ini, yaitu:
1.      Apakah yang dimaksud dengan rukun Iman?
2.      Apakah kedudukan rukun Iman dalam agama Islam?
3.      Apakah makna rukun keyakinan terhadap kehidupan seorang muslim?

1.3     Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah yang yang bertema perihal rukun Islam ini adalah:
1.      Memahami maksud dengan rukun Iman?
2.      Mengetahui kedudukan rukun Iman dalam agama Islam?
3.      Memahami makna rukun keyakinan terhadap kehidupan seorang muslim?

1.4     Metode dan Teknik Penulisan
Metode yang dipakai dalam penulisan makalah ini yaitu metode deskriptif analitik, yakni dengan mengungkapkan masalah-masalah yang dikaji dan lalu dianalisis berdasarkan teori-teori yang ada  dan pengetahuan penulis. Adapun teknis penulisan yang dipakai yaitu kajian kepustakaan terhadap banyak sekali literatur aqidah.

1.5        Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I   Pendahuluan, berisi perihal latar belakang masalah, rumusan dan tujuan
Penulisan, metode dan teknik penulisan serta sistematika penulisan.
Bab II  Pembahasan materi, yang berisi perihal pengertian, dalil-dalil dan materi rukun Iman
Bab III            Penutup, berisi kesimpulan dan saran.









BAB II
RUKUN IMAN SEBAGAI PILAR KEYAKINAN UMAT ISLAM

2.1 Pengertian Rukun Iman
Rukun Iman sanggup diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun keyakinan dalam fatwa Islam, yaitu:
1.              Iman kepada Allah
Patuh dan taat kepada Ajaran Allah dan Hukum-hukumNya
2.              Iman kepada Malaikat-malaikat Allah
Mengetahui dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di alam semesta
3.              Iman kepada Kitab-kitab Allah
Melaksanakan fatwa Allah dalam kitab-kitabNya secara hanif. Salah satu kitab Allah yaitu Al-Qur'an
Al-Qur'an memuat tiga kitab Allah sebelumnya, yaitu kitab-kitab Zabur, Taurat, dan Injil
4.              Iman kepada Rasul-rasul Allah
Mencontoh usaha para Nabi dan Rasul dalam membuatkan dan menjalankan kebenaran yang disertai kesabaran
5.              Iman kepada hari Kiamat
Paham bahwa setiap perbuatan akan ada pembalasan
6.              Iman kepada Qada dan Qadar
Paham pada keputusan serta kepastian yang ditentukan Allah pada alam semesta
Mengenai rukun keyakinan ini berikut dalil-dalilnya:
”Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialahberiman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, dan nabi-nabi…” (Al-Baqarah:177)
Begitu juga nabi shalallahu alaihi wa salam bersabda dalam hadits Jibril: ”Iman ituadalah hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari akhir. Dan engkau beriman kepada takdir Allah, yang baik maupun yang buruk.” (HR Muslim)




2.2 Penjelasan Ringkas Tentang Rukun Iman
2.2.1 Iman Kepada Allah Ta’ala
Iman kepada Allah yaitu keyakinan yang kuat bahwa Allah yaitu Rabb dan Raja segala sesuatu, Dialah Yang Mencipta, Yang Memberi Rizki, Yang Menghidupkan, dan Yang Mematikan, hanya Dia yang berhak diibadahi. Kepasrahan, kerendahan diri, ketundukan, dan segala jenis ibadah dilarang diberikan kepada selain-Nya, Dia mempunyai sifat-sifat kesempurnaan, keagungan, dan kemuliaan, serta Dia higienis dari segala cacat dan kekurangan.
Mempercayai bahwa Allah itu yaitu Zat (essensi) dan Ada (eksistensi) pada Allah Maha Esa itu merupakan satuan, Ada pada Allah itu bersifat mutlak, berbeda dengan keberadaan insan bersifat nisbi. Aliran Sunni menambahkan beberapa Sifat-Ilah yang merupakan suatu kemestian, yaitu Azali (al-Qidam), awet tanpa batas (al-Baqa), berbeda dengan setiap kebaharuan (Mukhâlafat lil Hawâdits), keberadaannya itu pada zat-Nya sendiri (Qiyâmuhu bi Nafsihi), maha esa (al-Wahdâniyat), berkemampuan tanpa batas (al-Qudrat), berkemauan tanpa kendala (al-Irâdat), tahu atas setiap sesuatu (al-u), hidup (al-Hayt), mendengar (al-Samak), menyaksikan (al-Bashar), berbicara berdasarkan zat-Nya (al-Kalam).


2.2.2 Iman Kepada Para Malaikat-Nya
Iman kepada malaikat yaitu keyakinan yang kuat bahwa Allah mempunyai malaikat-malaikat, yang diciptakan dari cahaya. Mereka, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah, yaitu hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Adapun yang diperintahkan kepada mereka, mereka laksanakan. Mereka bertasbih siang dan malam tanpa berhenti. Mereka melakukan kiprah masing-masing sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat mutawatir dari nash-nash Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Jadi, setiap gerakan di langit dan di bumi, berasal dari para malaikat yang ditugasi di sana, sebagai pelaksanaan perintah Allah Azza wa Jalla. Maka, wajib mengimani secara tafshil (terperinci), para malaikat yang namanya disebutkan oleh Allah, adapun yang belum disebutkan namanya, wajib mengimani mereka secara ijmal (global).

2.2.3        Iman Kepada Kitab-Kitab
Maksudnya adalah, meyakini dengan gotong royong bahwa Allah mempunyai kitab-kitab yang diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya, yang benar-benar merupakan Kalam (firman, ucapan)-Nya. Ia yaitu cahaya dan petunjuk. Apa yang dikandungnya yaitu benar. Tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah. Wajib beriman secara ijmal, kecuali yang telah disebutkan namanya oleh Allah, maka wajib baginya mengimaninya secara tafshil, yaitu Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’an. Selain wajib mengimani bahwa Al-Qur’an diturunkan dari sisi Allah, wajib pula mengimani bahwa Allah telah mengucapkannya sebagaimana Dia telah mengucapkan seluruh kitab lain yang diturunkan. Wajib pula melakukan banyak sekali perintah dan kewajiban serta menjauhi banyak sekali larangan yang terdapat di dalamnya. Al-Qur’an merupakan tolok ukur kebenaran kitab-kitab terdahulu. Hanya Al-Qur’anlah yang dijaga oleh Allah dari pergantian dan perubahan. Al-Qur’an yaitu Kalam Allah yang diturunkan, dan bukan makhluk, yang berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.

2.2.4        Iman Kepada Rasul-rasul
Iman kepada rasul-rasul yaitu keyakinan yang kuat bahwa Allah telah mengutus para rasul untuk mengeluarkan insan dari kegelapan kepada cahaya. Kebijaksanaan-Nya telah memutuskan bahwa Dia mengutus para rasul itu kepada insan untuk memberi kabar besar hati dan bahaya kepada mereka. Maka, wajib beriman kepada semua rasul secara ijmal sebagaimana wajib pula beriman secara tafshil kepada siapa di antara mereka yang disebut namanya oleh Allah, yaitu 25 diantara mereka yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Wajib pula beriman bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi selain mereka, yang jumlahnya tidak diketahui oleh selain Allah, dan tidak ada yang mengetahui nama-nama mereka selain Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Wajib pula beriman bahwa Muhammad shalalallahu alaihi wa salam yaitu yang paling mulia dan epilog para nabi dan rasul, risalahnya mencakup bangsa jin dan manusia, serta tidak ada nabi setelahnya.
Kecuali mesti beriman terhadap Nabi Muhammad, yang merupakan bab kedua pada Syahadatain, maka setiap Muslim diwajibkan pula mempercayai Rasul-Rasul Allah pada masa-masa sebelumnya dan memuliakannya. Di dalam kitab suci Al-Qur'an terdapat nama dua puluh lima Rasul Allah, yang satu persatunya disebutkan dengan nyata, yaitu : Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishak, Yaakub, Yusuf, Ayub, Zulkifli, Syu'aib, Musa, Harun, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakharia, Yahya, Isa,
            Beberapa dalil mengenai adanya rasul Allah yaitu sebagai berikut:
1)      "Kami utus pada setiap ummat itu seorang Rasul", (Nahal, 16:36).
2)      "Kami tidak akan memikulkan siksa (atas sesuatu ummat) kecuali lebih dahulu Kami utus seorang Rasul," (Isra', 17:15).



2.2.5 Iman Kepada Kebangkitan Setelah Mati
Iman kepada kebangkitan sehabis mati yaitu keyakinan yang kuat perihal adanya negeri akhirat. Di negeri itu Allah akan membalas kebaikan orang-orang yang berbuat baik dan kejahatan orang-orang yang berbuat jahat. Allah mengampuni dosa apapun selain syirik, bila Dia menghendaki. Pengertian alba’ts (kebangkitan) berdasarkan syar’i yaitu dipulihkannya tubuh dan dimasukkannya kembali nyawa ke dalamnya, sehingga insan keluar dari kubur ibarat belalang-belalang yang bertebaran dalam keadaan hidup dan bersegera mendatangi penyeru. Kita memohon ampunan dan kesejahteraan kepada Allah, baik di dunia maupun di akhirat.

2.2.6 Iman Kepada Takdir Yang Baik Maupun Yang Buruk Dari Allah Ta’ala.
Iman kepada takdir yaitu meyakini secara sungguh-sungguh bahwa segala kebaikan dan keburukan itu terjadi lantaran takdir Allah. Allah ta’ala telah mengetahui kadar dan waktu terjadinya segala sesuatu semenjak zaman azali, sebelum membuat dan mengadakannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, sesuai dengan apa yang telah diketahui-Nya itu. Allah telah menulisnya pula di dalam Lauh Mahfuzh sebelum menciptakannya. Allah berfirman ”Sesungguhnya Kami membuat segala sesuatu berdasarkan qadar (ukuran).” (Al-Qomar: 49)

2.3 Pengaruh Iman terhadap Kehidupan Seorang Muslim
            Berikut ini yaitu pembahasan mengenai efek dan dampak keimanan seseorang muslim terhadap perilakunya sehari-hari.
a.      Pengaruh Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah serta keyakinan kepada sifat-sifatnya akan mempengaruhi sikap seorang muslim, alasannya keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa Allah itu ada, Maha Melihat dan Maha Mendengar, maka dalam perilakunya akan senantiasa berhati-hati dan waspada, ia tidak akan merasa sendirian, kendati tidak ada seorang manusiapun di sekitarnya, alasannya ia yakin bahwa Allah itu ada. Karena itu selama keyakinan itu ada dalam dirinya, mustahil ia sanggup berbuat yang tidak sesuai dengan perintah Allah.
b.      Pengaruh Iman Kepada Malaikat
Keyakinan terhadap adanya malaikat, bukan hanya sebatas mengetahui nama dan tugas-tugasnya, akan besar lengan berkuasa terhadap sikap manusia. Jika kita yakin ada malaikat yang mencatat semua amal baik dan jelek kita, maka seorang muslim akan senantiasa berhati-hati dalam setiap perbuatannya lantaran ia akan menyadari bahwa semua perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat. Begitu juga dengan keyakinan adanya malaikat, maka seorang muslim akan senantiasa optimis dan yakin perbuatan yang baiknya tidak akan sia-sia dilakukan. Oleh lantaran itu keyakinan kepada malaikat akan melahirkan sikap berhati-hati, optimis, dan dimanis, tidak gampang frustasi atau kecewa.
c.       Pengaruh Iman Kepada Kitab
Iman kepada kitab Allah bagi insan sanggup memperlihatkan keyakinan yang kuat akan kebenaran jalan yang ditempuhnya, lantaran jalan yang harus ditempuh insan telah diberitahukan Allah dalam kitab suci. Manusia tidak mempunyai kemampuan untuk melihat masa depan yang akan ditempuhnya sehabis kehidupan untuk melihat masa depan yang akan ditempuhnya sehabis hidup berakhir, maka dengan pemberitahuan kitab suci insan sanggup mengatur hidupnya menyesuaikan dengan rencana Allah, sehingga insan mempunyai masa depan yang jelas.
d.      Pengaruh Iman Kepada Rasul
Iman kepada rasul merupakan kebutuhan manusia, lantaran dengan adanya rasul maka insan sanggup melihat contoh-contoh sikap dan teladan terbaik yang sesuai dengan apa yang diperlukan Allah. Dengan sikap yang dicontohkan Rasulullah, maka insan akan mempunyai pegangan yang terang dan lengkap mengenai banyak sekali tuntutan kehidupan baik yang bekerjasama dengan Allah, hubungan antar insan maupun lainnya.
e.       Pengaruh Iman Kepada Hari Akhir
Beriman kepada hari final atau hari final zaman yaitu keyakinan akan datangnya hari final sebagai ujung perjalanan umat manusia. Keimanan tersebut akan melahirkan  sikap optimis, yakni bahwa tidak akan ada yang sia-sia dalam kehidupan manusia, lantaran semuanya akan dipertanggungjawabkan amal ibadah dan balasannya. Manusia tidak akan kecewa apabila di dunia ia tidak memperolah jawaban dari amal perbuatannya, lantaran ia yakin di hari final ia akan memperoleh jawaban apa yang ia perbuat di dunia ini. Apabila seorang muslim yakin akan hari akhir, maka ia akan terhindar dari sikap malas dan suka melamun, melainkan ia akan terus berproses dan mencari makna kehidupan.
f.       Pengaruh Iman Kepada Takdir
Beriman kepada takdir akan melahirkan sikap optimis, tidak gampang kecewa dan putus asa, alasannya yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan kepadanya dan Allah akan memperlihatkan yang terbaik kepada seorang muslim, sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Oleh lantaran itu, bila kita tertimpa petaka maka ia akan bersabar, alasannya jelek berdasarkan kita belum tentu jelek berdasarkan Allah, sebaliknya baik berdasarkan kita belum tentu baik berdasarkan Allah. Karena itu dalam kaitan dengan takdir ini segogjayanya lahir sikap sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.














BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
a.     Rukun Iman sanggup diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun keyakinan dalam fatwa Islam, yaitu:man kepada Allah, Iman kepada Malaikat-malaikat Allah, Iman kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul-rasul Allah, Iman kepada hari Kiamat, Iman kepada Qada dan Qadar,
b.     Iman kepada Allah serta keyakinan kepada sifat-sifatnya akan mempengaruhi sikap seorang muslim, alasannya keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa Allah itu ada, Maha Melihat dan Maha Mendengar, maka dalam perilakunya akan senantiasa berhati-hati dan waspada, ia tidak akan merasa sendirian, kendati tidak ada seorang manusiapun di sekitarnya.
c.      Keyakinan terhadap adanya malaikatakan besar lengan berkuasa terhadap sikap manusia. Jika kita yakin ada malaikat yang mencatat semua amal baik dan jelek kita, maka seorang muslim akan senantiasa berhati-hati dalam setiap perbuatannya lantaran ia akan menyadari bahwa semua perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat.
d.     Iman kepada kitab Allah bagi insan sanggup memperlihatkan keyakinan yang kuat akan kebenaran jalan yang ditempuhnya, lantaran jalan yang harus ditempuh insan telah diberitahukan Allah dalam kitab suci.
e.     Iman kepada rasul merupakan kebutuhan manusia, lantaran dengan adanya rasul maka insan sanggup melihat contoh-contoh sikap dan teladan terbaik yang sesuai dengan apa yang diperlukan Allah.
f.       Beriman kepada hari final atau hari final zaman yaitu keyakinan akan datangnya hari final sebagai ujung perjalanan umat manusia. Keimanan tersebut akan melahirkan  sikap optimis, yakni bahwa tidak akan ada yang sia-sia dalam kehidupan manusia, lantaran semuanya akan dipertanggungjawabkan amal ibadah dan balasannya.
g.     Beriman kepada takdir akan melahirkan sikap optimis, tidak gampang kecewa dan putus asa, alasannya yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan kepadanya dan Allah akan memperlihatkan yang terbaik kepada seorang muslim, sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
 3.2     Saran
Keimanan seseorang akan besar lengan berkuasa terhadap perilakunya sehari-hari, oleha lantaran itu penulis menyarankan semoga kita senantiasa meningkatkan keyakinan dan taqwa kita kepada Allah SWT semoga hidup kita senantiasa berhasil berdasarkan pandangan Allah SWT. Juga keyakinan kita terhadap malaikat, kitab, rasul, hari final dan takdir senantiasa harus ditingkat demi meningkatkan amal ibadah kita.










DAFTAR PUSTAKA

A.    Ahyadi. 2009. Bahan Kuliah PAI. Sumedang: PG PAUD STKIP UNSAP

Muhammad Nur. 1987. Muhtarul Hadis. Surabaya: Pt. Bina Ilmu.

Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka

Syed Mahmudunnasir. 1994. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Rosdakarya.

Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel