Logika, Kebijaksanaan Sehat Dan Analisis Definisi

Pengertian Logika
Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat mudah berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu lantaran logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori wacana penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan kebijaksanaan dan runtut sehingga sanggup dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan dalam bentuk kata atau istilah, dan sanggup diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap konsep memiliki himpunan, memiliki keluasan. Dengan dasar himpunan lantaran semua unsur kebijaksanaan sehat dalam logika pembuktiannya menggunakan diagram himpunan, dan ini merupakan pembuktian secara formal jikalau diungkapkan dengan diagram himpunan sah dan sempurna lantaran sah dan sempurna pula kebijaksanaan sehat tersebut.
Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya, logika dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif yaitu sistem kebijaksanaan sehat yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika ini yang terutama ditelaah yaitu bentuk dari kerjanya kebijaksanaan jikalau telah runtut dan sesuai dengan pertimbangan kebijaksanaan yang sanggup dibuktikan tidak ada kesimpulan lain lantaran proses penyimpulannya yaitu sempurna dan sah. Logika deduktif lantaran berbicara wacana korelasi bentuk-bentuk pernyataan saja yang utama terlepas isi apa yang diuraikan lantaran logika deduktif disebut pula logika formal.
Logika induktif yaitu sistem kebijaksanaan sehat yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus hingga pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Logika ini sering disebut juga logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip-prinsip kebijaksanaan sehat yang bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan, oleh lantaran itu kesimpulannya hanyalah keboleh-jadian, dalam arti selama kesimpulannya itu tidak ada bukti yang menyangkalnya maka kesimpulan itu benar, dan tidak sanggup dikatakan pasti.
Bahasa Logika
Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia. Dan khusus alat komunikasi ilmiah disebut dengan bahasa ilmiah, yaitu kalimat info yang merupakan suatu pernyataan-pernyataan atau pendapat-pendapat. Bahasa sangat penting juga dalam pembentukan kebijaksanaan sehat ilmiah lantaran kebijaksanaan sehat ilmiah mempelajari bagaimana caranya mengadakan uraian yang sempurna dan sesuai dengan pembuktian-pembuktian secara benar dan jelas. Bahasa secara umum dibedakan antara bahasa alami dan bahasa buatan.
 Bahasa alami ialah bahasa sehari-hari yang biasa digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas dasar dampak alam sekelilingnya, dibedakan antara bahasa arahan dan bahasa biasa. Bahasa buatan ialah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan kebijaksanaan pikiran untuk maksud tertentu, yang dibedakan antara bahasa istilahi dan bahasa artifisial. Bahasa buatan inilah yang dimaksudkan bahasa ilmiah, dirumuskan bahasa buatan yang diciptakan oleh para mahir dalam bidangnya dengan menggunakan istilah-istilah atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu.
Sebagai pernyataan pikiran atau perasaan dan juga sebagai alat komunikasi insan lantaran bahasa memiliki 3 fungsi pokok, yakni fungsi ekspresif atau emotif, fungsi afektif atau praktis, dan fungsi simbolik dan logik. Khusus untuk logika dan juga untuk bahasa ilmiah yang harus diperhatikan yaitu fungsi simbolik lantaran komunikasi ilmiah bertujuan untuk memberikan informasi yang berupa pengetahuan. Agar komunikasi ilmiah ini berjalan dengan baik maka bahasa yang dipergunakan harus logik terbebas dari unsur-unsur emotif.
Bahasa yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan atau kalimat deklaratif jikalau ditinjau berdasarkan isinya sanggup dibedakan menjadi dua macam, yaitu pernyataan analitik dan pernyataan sintetik.
Pernyataan (statement) dalam logika ditinjau dari segi bentuk korelasi makna yang dikandungnya, pernyataan itu disamakan juga dengan proposisi. Proposisi atau pernyataan berdasarkan bentuk isinya dibedakan antara 3 macam, yakni proposisi tunggal, proposisi kategorik, dan proposisi majemuk.
Tiga macam proposisi atau pernyataan di atas yang sebagai dasar kebijaksanaan sehat yaitu proposisi kategorik untuk kebijaksanaan sehat kategorik, dan proposisi beragam untuk kebijaksanaan sehat majemuk. Adapun proposisi tunggal atau proposisi simpel pengolahannya sanggup masuk dalam kebijaksanaan sehat kategorik dan sanggup juga masuk dalam kebijaksanaan sehat majemuk.
Sejarah Perkembangan Logika
Logika pertama-tama disusun oleh Aristoteles (384-322 SM), sebagai sebuah ilmu wacana hukum-hukum berpikir guna memelihara jalan pikiran dari setiap kekeliruan. Logika sebagai ilmu gres pada waktu itu, disebut dengan nama “analitika” dan “dialektika”. Kumpulan karya tulis Aristoteles mengenai logika diberi nama Organon, terdiri atas enam bagian.
Theoprastus (371-287 sM), memberi dukungan terbesar dalam logika ialah penafsirannya wacana pengertian yang mungkin dan juga wacana sebuah sifat asasi dari setiap kesimpulan. Kemudian, Porphyrius (233-306 M), spesialis pikir di Iskandariah menambahkan satu potongan gres dalam pelajaran logika. Bagian gres ini disebut Eisagoge, yakni sebagai pengantar Categorie. Dalam potongan gres ini dibahas lingkungan-lingkungan zat dan lingkungan-lingkungan sifat di dalam alam, yang biasa disebut dengan klasifikasi. Dengan demikian, logika menjadi tujuh bagian.
Tokoh logika pada zaman Islam yaitu Al-Farabi (873-950 M) yang populer mahir dalam bahasa Grik Tua, menyalin seluruh karya tulis Aristoteles dalam aneka macam bidang ilmu dan karya tulis ahli-ahli pikir Grik lainnya. Al-Farabi menyalin dan memberi komentar atas tujuh potongan logika dan menambahkan satu potongan gres sehingga menjadi delapan bagian.
Karya Aristoteles wacana logika dalam buku Organon dikenal di dunia Barat selengkapnya ialah sehabis berlangsung penyalinan-penyalinan yang sangat luas dari sekian banyak mahir pikir Islam ke dalam bahasa Latin. Penyalinan-penyalinan yang luas itu membukakan masa dunia Barat kembali akan alam pikiran Grik Tua.
Petrus Hispanus (meninggal 1277 M) menyusun pelajaran logika berbentuk sajak, menyerupai All-Akhdari dalam dunia Islam, dan bukunya itu menjadi buku dasar bagi pelajaran logika hingga era ke-17. Petrus Hispanus inilah yang mula-mula mempergunakan aneka macam nama untuk sistem penyimpulan yang sah dalam perkaitan bentuk silogisme kategorik dalam sebuah sajak. Dan kumpulan sajak Petrus Hispanus mengenai logika ini berjulukan Summulae.
Francis Bacon (1561-1626 M) melancarkan serangan sengketa terhadap logika dan menganjurkan penggunaan sistem induksi secara lebih luas. Serangan Bacon terhadap logika ini memperoleh sambutan hangat dari aneka macam kalangan di Barat, kemudian perhatian lebih ditujukan kepada penggunaan sistem induksi.
Pembaruan logika di Barat berikutnya disusul oleh lain-lain penulis di antaranya yaitu Gottfried Wilhem von Leibniz. Ia menganjurkan penggantian pernyataan-pernyataan dengan simbol-simbol semoga lebih umum sifatnya dan lebih gampang melaksanakan analisis. Demikian juga Leonard Euler, spesialis matematika dan logika Swiss melaksanakan pembahasan wacana term-term dengan menggunakan lingkaran-lingkaran untuk melukiskan korelasi antarterm yang populer dengan sebutan circle-Euler.
John Stuart Mill pada tahun 1843 mempertemukan sistem induksi dengan sistem deduksi. Setiap pangkal-pikir besar di dalam deduksi memerlukan induksi dan sebaliknya induksi memerlukan deduksi bagi penyusunan pikiran mengenai hasil-hasil eksperimen dan penyelidikan. Jadi, kedua-duanya bukan merupakan bagian-bagian yang saling terpisah, tetapi sebetulnya saling membantu. Mill sendiri merumuskan metode-metode bagi sistem induksi, populer dengan sebutan Four Methods.
Logika Formal sehabis masa Mill lahirlah sekian banyak buku-buku gres dan ulasan-ulasan gres wacana logika. Dan semenjak pertengahan era ke-19 mulai lahir satu cabang gres yang disebut dengan Logika-Simbolik. Pelopor logika simbolik pada dasarnya sudah dimulai oleh Leibniz.
Logika simbolik pertama dikembangkan oleh George Boole dan Augustus de Morgan. Boole secara sistematik dengan menggunakan simbol-simbol yang cukup luas dan metode analisis berdasarkan matematika, dan Augustus De Morgan (1806-1871) merupakan spesialis matematika Inggris menawarkan dukungan besar kepada logika simbolik dengan pemikirannya wacana kekerabatan dan negasi.
Tokoh logika simbolik yang lain ialah John Venn (1834-1923), ia berusaha menyempurnakan analisis logik dari Boole dengan merancang diagram lingkaran-lingkaran yang kini populer sebagai diagram Venn (Venn’s diagram) untuk menggambarkan hubungan-hubungan dan menyidik sahnya penyimpulan dari silogisme. Untuk melukiskan korelasi merangkum atau menyisihkan di antara subjek dan predikat yang masing-masing dianggap sebagai himpunan.
Perkembangan logika simbolik mencapai puncaknya pada awal era ke-20 dengan terbitnya 3 jilid karya tulis dua filsuf besar dari Inggris Alfred North Whitehead dan Bertrand Arthur William Russell berjudul Principia Mathematica (1910-1913) dengan jumlah 1992 halaman. Karya tulis Russell-Whitehead Principia Mathematica menawarkan dorongan yang besar bagi pertumbuhan logika simbolik.
Di Indonesia pada mulanya logika tidak pernah menjadi mata pelajaran pada perguruan-perguruan umum. Pelajaran logika cuma dijumpai pada pesantren-pesantren Islam dan perguruan-perguruan Islam dengan mempergunakan buku-buku berbahasa Arab. Pada masa
sekarang ini logika di Indonesia sudah mulai berkembang sesuai perkembangan logika pada umumnya yang mendasarkan pada perkembangan teori himpunan.

DASAR-DASAR PENALARAN
Konsep dan term
Akal insan apabila menangkap sesuatu terwujud dengan menciptakan konsep atau pandangan gres atau juga pengertian. Dengan demikian, buah atau hasil dari tangkapan kebijaksanaan disebut dengan istilah “konsep”. Kaprikornus pandangan gres dan konsep dalam logika yaitu sama artinya. Konsep atau pandangan gres atau juga pengertian yaitu bersifat kerohanian dan sanggup diungkapkan ke dalam bentuk kata atau istilah atau juga beberapa kata. Ungkapan pengertian dalam bentuk kata atau istilah disebut dengan “term”.
Term sebagai ungkapan konsep jikalau terdiri atas satu kata atau satu istilah maka term itu dinamakan term sederhana atau term simpel, dan jikalau terdiri atas beberapa kata maka term itu dinamakan term komposit atau term kompleks. Dan kata sebagai suatu simbol untuk menyatakan konsep dibedakan antara dua macam, yaitu kata kategorimatis dan kata sinkategorimatis.
Setiap term memiliki konotasi atau isi. Konotasi yaitu keseluruhan arti yang dimaksudkan oleh suatu term, yaitu kesatuan antara unsur dasar atau term yang lebih luas dengan sifat pembeda yang bahu-membahu membentuk suatu pengertian. Konotasi secara singkat sanggup dinyatakan merupakan suatu uraian wacana pembatasan arti atau definisi sehingga konotasi term yaitu suatu definisi lantaran memperlihatkan genus (jenis) dengan sifat pembeda.
Setiap term memiliki denotasi atau lingkungan. Denotasi yaitu keseluruhan hal yang ditunjuk oleh term atau keseluruhan hal sejauh mana term itu sanggup diterapkan. Denotasi atau lingkungan atau sering juga disebut dengan luas, yaitu meliputi semua hal yang sanggup ditunjuk atau lingkungan yang dimaksudkan oleh term.
Denotasi term ini memperlihatkan adanya suatu himpunan lantaran sejumlah hal-hal yang ditunjuk itu menjadi satu kesatuan dengan ciri tertentu (sifat-sifat tertentu). Jadi, dengan adanya sifat-sifat yang diuraikan oleh konotasi (isi term) maka dapatlah dihimpun beberapa hal tertentu menjadi satu kesatuan. Dan dengan memperlihatkan beberapa hal maka denotasi berafiliasi dengan kuantitas.
Konotasi dan denotasi term, memiliki korelasi yang bersahabat tidak sanggup terlepaskan, berbentuk korelasi berbalikan (dasar balik) jikalau yang satu bertambah maka yang lain akan berkurang, demikian sebaliknya. Dalam hal ini terdapat 4 kemungkinan sebagai berikut.
(1) Makin bertambah konotasi makin berkurang denotasi.
(2) Makin berkurang konotasi makin bertambah denotasi.
(3) Makin bertambah denotasi makin berkurang konotasi.
(4) Makin berkurang denotasi makin bertambah konotasi.

Berbagai Macam Term
Term maupun konsep banyak sekali macam-macamnya demikian juga pembagiannya. Berbagai macam dikelompokkan atas 4 macam, yakni pembagian term berdasarkan konotasinya, pembagian term berdasarkan denotasinya, pembagian berdasarkan cara beradanya sesuatu, dan pembagian berdasarkan cara menerangkan sesuatu.
Berdasarkan konotasi, term dibedakan atas term positif dan term abstrak. Di samping itu keduanya ada yang berada dalam lingkungan hakikat, dan ada yang berada dalam lingkungan sifat.
1.      Hakikat konkret: yaitu menunjuk ke-”hal”-nya suatu kenyataan yang berkualitas dan bereksistensi.
2.      Hakikat abstrak: menyatakan suatu kualitas yang tidak bereksistensi atau tidak ada dalam ruang dan waktu.
3.      Sifat konkret: yaitu menunjuk pen-”sifatan”-nya suatu kenyataan yang berkualitas dan bereksistensi.
4.      Sifat abstrak: yaitu menyatakan pensifatan yang terlepas dari keberadaan atau tidak ada dalam ruang dan waktu.
Berdasarkan denotasi term, sanggup dibedakan term umum dan term khusus.
Term umum dibedakan atas 2 macam sebagai berikut.
(1) Universal, yaitu sifat umum yang berlaku di dalamnya tidak terbatas oleh ruang dan waktu. (2) Kolektif, yaitu sifat umum yang berlaku di dalamnya menunjuk suatu kelompok tertentu sebagai kesatuan.
Term khusus juga dibedakan atas dua macam sebagai berikut.
(1) Partikular, yaitu sifat khusus yang berlaku hanya menunjuk sebagian tidak tertentu.
(2) Singular, yaitu sifat khusus hanya menunjuk pada satu hal atau suatu himpunan yang  
      mempunyai hanya satu anggota.
Predikamen yang dimaksudkan ialah cara beradanya sesuatu. Term yang paling luas yaitu term “ada” atau term “yang ada”. Term “ada” selanjutnya dibagi dalam 2 macam, yaitu ada yang tidak terbatas dan ada yang terbatas. Sesuatu yang ada (ada terbatas) pasti ada unsur hakikat dan unsur sifat atau berdasarkan filsafat dinyatakan secara singkat terdiri atas substansi dan aksidensia. Substansi yaitu hakikat sesuatu yang adanya terdapat di dalam diri sendiri sebagai pendukung sifat-sifat. Aksidensia merupakan kumpulan sifat zat, yang ada sembilan sifat, yaitu kuantitas, kualitas, aksi, pasi, relasi, ruang, waktu, posisi, keadaan.
Predikabel yang dimaksudkan ialah cara menerangkan sesuatu. Term ditinjau cara menjelaskan dibedakan menjadi 5 macam, yaitu :
1.      genus
2.      spesies
3.      diferensia
4.      propium, dan
5.      aksiden.
Genus ialah himpunan golongan-golongan memperlihatkan hakikat yang berbeda bentuk tetapi terpadu oleh persamaan sifat.
Spesies ialah himpunan sesuatu yang memperlihatkan hakikat bersamaan bentuk maupun sifatnya sehingga sanggup memisahkan dari lain-lain golongan.
Diferensia ialah sifat pembeda yang memperlihatkan hakikat suatu golongan sehingga terwujud kelompok diri.
Propium ialah sifat khusus sebagai predikat yang pasti terlekat pada hakikat sesuatu diri sehingga dimiliki oleh seluruh anggota golongan.
Aksiaden ialah sifat kebetulan sebagai predikat yang tidak bertalian dengan hakikat sesuatu diri sehingga tidak dimiliki oleh seluruh anggota golongan.
Dengan dasar lima predikabel tersebut dalam menjelaskan sesuatu, apa yang dijelaskan tempatkan sebagai spesies, kemudian mencari korelasi genus dan diferensianya, dan jikalau tidak mendapat dicari korelasi genus dengan propiumnya, dan jangan menggunakan korelasi genus dengan aksiden.

Prinsip-prinsip Penalaran
Prinsip-prinsip kebijaksanaan sehat atau aksioma kebijaksanaan sehat merupakan dasar semua kebijaksanaan sehat yang terdiri atas tiga prinsip yang kemudian di tambah satu sebagai pelengkap. Aksioma atau prinsip dasar sanggup didefinisikan: suatu pernyataan mengandung kebenaran universal yang kebenarannya itu sudah terbukti dengan sendirinya. Prinsip-prinsip kebijaksanaan sehat yang dimaksudkan adalah: prinsip identitas, prinsip nonkontradiksi, dan prinsip eksklusi tertii, dan sebagai tambahan pemanis prinsip identitas yaitu prinsip cukup alasan.
Prinsip identitas menyatakan: “sesuatu hal yaitu sama dengan halnya sendiri”. Sesuatu yang disebut p maka sama dengan p yang dinyatakan itu sendiri bukan yang lain. Dalam suatu kebijaksanaan sehat jikalau sesuatu hal diartikan sesuatu p tertentu maka selama kebijaksanaan sehat itu masih berlangsung dihentikan diartikan selain p, harus tetap sama dengan arti yang
diberikan semula atau konsisten. Prinsip identitas menuntut sifat yang konsisten dalam suatu kebijaksanaan sehat jikalau suatu himpunan beranggotakan sesuatu maka hingga kapan pun tetap himpunan tersebut beranggotakan sesuatu tersebut.
Prinsip nonkontradiksi menyatakan: “sesuatu mustahil merupakan hal tertentu dan bukan hal tertentu dalam suatu kesatuan”, Prinsip ini menyatakan juga bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak) mustahil ada pada suatu benda dalam waktu dan daerah yang sama. Dalam kebijaksanaan sehat himpunan prinsip nonkontradiksi sangat penting, yang dinyatakan bahwa sesuatu hal hanyalah menjadi anggota himpunan tertentu atau bukan anggota himpunan tersebut, tidak sanggup menjadi anggota 2 himpunan yang berlawanan penuh. Prinsip nonkontradiksi memperkuat prinsip identitas, yaitu dalam sifat yang konsisten tidak ada pertentangan di dalamnya.
Prinsip eksklusi tertii menyatakan bahwa “sesuatu jikalau dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga yang merupakan jalan tengah”. Prinsip eksklusi tertii menyatakan juga bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak) mustahil kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda, mestilah hanya salah satu yang sanggup dimilikinya sifat p atau non p. Demikian juga dalam kebijaksanaan sehat himpunan dinyatakan bahwa di antara 2 himpunan yang berbalikan tidak ada sesuatu anggota berada di antaranya, mustahil ada sesuatu di antara himpunan H dan himpunan non H sekaligus. Prinsip ketiga ini memperkuat prinsip identitas dan prinsip nonkontradiksi, yaitu dalam sifat yang konsisten tidak ada pertentangan di dalamnya, dan jikalau ada pertentangan maka tidak ada sesuatu di antaranya sehingga hanyalah salah satu yang diterima.
Prinsip cukup alasan menyatakan: “suatu perubahan yang terjadi pada sesuatu hal tertentu mestilah berdasarkan alasan yang cukup, mustahil tiba-tiba berubah tanpa sebab-sebab yang mencukupi”. Prinsip cukup alasan ini dinyatakan sebagai tambahan bagi prinsip identitas lantaran secara tidak eksklusif menyatakan bahwa sesuatu benda mestilah tetap tidak berubah, tetap sebagaimana benda itu sendiri jikalau terjadi suatu perubahan maka perubahan itu mestilah ada sesuatu yang mendahuluinya sebagai penyebab perubahan itu.
ANALISIS DAN DEFINISI
Analisis atau Pembagian
Analisis merupakan proses mengurai sesuatu hal menjadi aneka macam unsur yang terpisah untuk memahami sifat, hubungan, dan peranan masing-masing unsur. Analisis secara umum sering juga disebut dengan pembagian. Dalam logika, analisis atau pembagian berarti pemecah-belahan atau penguraian secara terang berbeda ke bagian-bagian dari suatu keseluruhan. Bagian dan keseluruhan selalu berhubungan. Suatu keseluruhan yaitu terdiri atas bagian-bagian. Oleh lantaran itu, sanggup diuraikan.
Keseluruhan pada umumnya dibedakan atas keseluruhan logik dan keseluruhan realis. Keseluruhan logik merupakan keseluruhan yang sanggup menjadi predikat masing-masing bagiannya, sedang keseluruhan realis merupakan keseluruhan yang tidak sanggup dijadikan predikat masing-masing bagiannya. Jika keseluruhan dibedakan antara keseluruhan logik dan keseluruhan realis maka analisis dibedakan juga antara analisis logik dan analisis realis.
Analisis logik yaitu pemecah-belahan sesuatu ke bagian-bagian yang membentuk keseluruhan atas dasar prinsip tertentu. Analisis logik selalu merupakan pembagian suatu himpunan ke dalam subhimpunan, yang dibedakan atas analisis universal dan analisis dikotomi. Analisis universal merupakan pemerincian suatu genus dibagi ke dalam semua spesiesnya atau pemecah-belahan term umum ke term-term khusus yang menyusunnya. Analisis dikotomi merupakan pemecah-belahan sesuatu dibedakan menjadi dua kelompok yang saling terpisah, yang satu merupakan term positif yang lain term negatif.
Analisis realis yaitu pemecah-belahan berdasarkan atas susunan benda yang merupakan kesatuan dalam perwujudannya. Analisis realis dibedakan menjadi atas analisis esensial dan analisis aksidental. Analisis esensial merupakan pemecah-belahan sesuatu hal ke unsur dasar yang menyusunnya. Analisis aksidental merupakan pemecah-belahan sesuatu hal berdasarkan sifat-sifat yang menyertai perwujudannya.
Dalam analisis ada aturan-aturan tertentu yang menjadi petunjuk untuk mengadakan analisis secara ideal supaya akibatnya tidak mengakibatkan kesalahan, yaitu analisis harus berjalan berdasarkan sebuah asas tertentu, analisis harus lengkap dan tuntas, analisis harus terang terpisah antarbagiannya.

Klasifikasi Penggolongan
Klasifikasi merupakan proses pengelompokan sifat, hubungan, maupun peranan masing-masing unsur yang terpisah dalam suatu keseluruhan untuk memahami sesuatu konsep universal. Klasifikasi bergerak dari barang-barang, kejadian-kejadian, fakta-fakta atau proses-proses alam kodrat individual yang beraneka ragam coraknya, menuju ke arah keseluruhan yang sistematik dan bersifat umum.
Perbedaan antara pembagian terstruktur mengenai dan analisis yaitu sebagai berikut: Analisis lebih bersahabat hubungannya dengan proses yang semata-mata bersifat formal, sedang pembagian terstruktur mengenai lebih bersifat empirik serta induktif.
Pembedaan pembagian terstruktur mengenai didasarkan atas sifat bahan-bahan yang akan digolong-golongkan disebut dengan pembagian terstruktur mengenai kodrati, dan maksud yang dikandung oleh orang yang mengadakan penggolongan disebut dengan pembagian terstruktur mengenai buatan, dan juga pembagian terstruktur mengenai adonan antara keduanya yang disebut dengan pembagian terstruktur mengenai mediator atau pembagian terstruktur mengenai diagnostik.
Klasifikasi kodrati ditentukan oleh susunan kodrati, sifat-sifat dan atribut-atribut yang sanggup ditemukan dari bahan-bahan yang tengah diselidiki. Klasifikasi buatan ditentukan oleh sesuatu maksud yang mudah dari seseorang, menyerupai untuk mempermudah penanganannya dan untuk menghemat waktu serta tenaga. Klasifikasi diagnostik merupakan adonan yang tidak sepenuhnya kodrati dan juga tidak sepenuhnya buatan.
Hukum-hukum pembagian terstruktur mengenai atau penggolongan yang sama pada dasarnya dengan hukum-hukum analisis sanggup ditentukan sebagai berikut: Klasifikasi atau penggolongan harus hanya ada satu asas tertentu. Suatu pembagian terstruktur mengenai atau penggolongan harus hingga tuntas dan jelas. Unsur-unsur sebagai potongan untuk menyusun konsep universal harus terang terpisah satu dengan yang lain
Definisi atau Penjelasan
Definisi merupakan unsur atau potongan dari ilmu pengetahuan yang merumuskan dengan singkat dan sempurna mengenai objek atau masalah. Definisi sangat penting bagi seseorang yang menginginkan sanggup berpikir dengan baik. Pernyataan sebagai suatu bentuk definisi harus terdiri atas dua bagian, yaitu definiendum dan definiens, dua potongan ini harus ada jikalau tidak bukanlah suatu definisi. Definisi atau batasan arti banyak macamnya, yang diubahsuaikan dengan aneka macam langkah, lingkungan, sifat, dan tujuannya. Secara garis besar definisi dibedakan atas tiga macam, yakni definisi nominalis, definisi realis, dan definisi praktis.
Definisi nominalis ialah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum dimengerti. Jadi, sekadar menjelaskan kata sebagai tanda, bukan menjelaskan hal yang ditandai. Definisi nominalis terutama digunakan pada permulaan sesuatu pembicaraan atau diskusi. Definisi nominalis ada 6 macam, yaitu
1.      Definisi sinonim
2.      Definisi simbolik
3.      Definisi etimologik
4.      Definisi semantik
5.      Definisi stipulatif, dan
6.      Definisi denotatif.
Dalam menciptakan definisi nominalis ada 3 syarat yang perlu diperhatikan, yaitu: jikalau sesuatu kata hanya memiliki sesuatu arti tertentu harus selalu diikuti berdasarkan arti dan pengertiannya yang sangat biasa, jangan menggunakan kata untuk mendefinisikan jikalau tidak tahu artinya secara sempurna jikalau arti sesuatu istilah menjadi objek pembicaraan maka harus tetap diakui oleh kedua pihak yang berdebat.
Definisi realis ialah klarifikasi wacana hal yang ditandai oleh sesuatu istilah. Jadi, bukan sekadar menjelaskan istilah, tetapi menjelaskan isi yang dikandung oleh suatu istilah. Definisi realis ada 2 macam sebagai berikut.
1.      Definisi Esensial. Definisi esensial, yakni klarifikasi dengan cara menguraikan bagian-bagian dasar yang menyusun sesuatu hal, yang sanggup dibedakan antrra definisi analitik dan definisi konotatif. Definisi analitik, yakni klarifikasi dengan cara memperlihatkan bagian-bagian sesuatu benda yang mewujudkan esensinya. Definisi konotatif, yakni klarifikasi dengan cara memperlihatkan isi dari suatu term yang terdiri atas genus dan diferensia.
2.      Definisi Deskriptif. Definisi deskriptif, yakni klarifikasi dengan cara memperlihatkan sifat-sifat yang dimiliki oleh hal yang didefinisikan yang dibedakan atas dua hal, definisi aksidental dan definisi kausal. Definisi aksidental, yakni klarifikasi dengan cara memperlihatkan jenis dari halnya dengan sifat-sifat khusus yang menyertai hal tersebut, Definisi kausal, yakni klarifikasi dengan cara menyatakan bagaimana sesuatu hal terjadi atau terwujud. Hal ini berarti juga memaparkan asal mula atau perkembangan dari hal-hal yang ditunjuk oleh suatu term.
Definisi mudah ialah klarifikasi wacana sesuatu hal ditinjau dari segi kegunaan atau tujuan, yang dibedakan atas 3 macam, definisi operasional, definisi fungsional, dan definisi persuasif. Definisi operasional, yakni klarifikasi suatu term dengan cara menegaskan langkah-langkah pengujian khusus yang harus dilaksanakan atau dengan metode pengukuran serta memperlihatkan bagaimana hasil yang sanggup diamati. Definisi fungsional, yakni klarifikasi sesuatu hal dengan cara memperlihatkan kegunaan atau tujuannya. Definisi persuasif, yakni klarifikasi dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang sanggup mempengaruhi orang lain. Definisi persuasif pada hakikatnya merupakan alat untuk membujuk atau teknik untuk menganjurkan dilakukannya perbuatan tertentu.
Dalam merumuskan definisi ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan supaya definisi yang dirumuskan itu baik dan betul-betul mengungkapkan pengertian yang didefinisikan secara terang dan gampang dimengerti. Syarat-syarat definisi secara umum dan sederhana ada lima syarat, definisi harus menyatakan ciri-ciri hakiki dari apa yang didefinisikan, definisi harus merupakan suatu kesetaraan arti hal yang didefinisikan dengan yang untuk mendefinisikan, definisi harus menghindarkan pernyataan yang memuat istilah yang didefinisikan, definisi sedapat mungkin harus dinyatakan dalam bentuk rumusan yang positif, definisi harus dinyatakan secara singkat dan terang terlepas dari rumusan yang kabur atau bahasa kiasan.

Pembagian Materi Logika
Logika Formal dan Logika Material yaitu salah satu model dari pembagian Logika.
1.      Formal di sini dimaksud sebagai suatu pengertian yang mengacu pada bentuk baku yang telah ditetapkan untuk suatu hal berdasarkan kaidah-kaidah logika.Sedangkan
2.      Material, ini dimengerti sebagai isi dari suatu hal yang sanggup dibuktikan atau sanggup diverifikasi (diuji) kesahihannya berdasarkan pada kenyataannya di dunia.
PEMBAGIAN LOGIKA
1.      Logika sanggup di sistematisasikan menjadi beberapa golongan, tergantung dari mana kita meninjaunya. Dilihat dari segi kualitasnya, mantiq/ logika sanggup dibedakan menjadi logika naturalis (mantiq al-fitri) yaitu kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan kebijaksanaan bawaan manusia. Akal insan yang normal sanggup bekerja secara impulsif sesuai hukum-hukum logika dasar. Bagaimanapun rendahnya inteligensi seseorang ia sanggup membedakan bahwa sesuatu itu yaitu berbeda dengan sesuatu yang lain, dan bahwa kedua kenyataan yang bertentangan tidaklah sama. Kemampuan berlogika naturalis pada tiap-tiap orang berbeda-beda tergantung dari tingkatan pengetahuannya. Kita dapati para mahir pidato, politikus dan mereka yang terbiasa bertukar pikiran dengan mengutarakan jalan pemikiran dengan logis, meskipun barangkali mereka belum pernah membuka buku logika sekalipun. Tetapi dalam menghadapi menghadapi problem yang rumit dan dalam berfikir, insan banyak dipengaruhi oleh kecendrungan pribadi di samping bahwa pengetahuan insan terbatas menjadikan mustahil terhindar dari kesalahan. Untuk mengatasi kenyataan yang tidak sanggup di tanggulangi oleh mantiq al-fitri, insan menyusun hukum-hukum patokan-patokan, rumus-rumus berfikir lurus. Logika ini di sebut logika ARTIFISIALIS atau logika ILMIAH (mantiq as-suri) yang bertugas membantu mantiq al-fitri,mantiq ini memperhalus, mempertajam serta mengambarkan jalan pemikiran semoga kebijaksanaan sanggup bekerja lebih teliti, efisien, gampang dan aman. Mantiq inilah yang menjadi pembahasan kita .
Dilihat dari metodenya sanggup di bedakan atas logika tradisional (mantiq al-zadim) dan logika modern (mantiq al-hadis).
logika tradisional yaitu logika aristoteles, dan logika dari pada logikus yang lebih kemudian, tetapi masih mengikuti sistem logka aristoteles. Para logikus sehabis aristoteles tidak menciptakan perubahan atau mencipta sistem gres dalam logika kecuali hanya menciptakan komentar yang menjadikan logika aristoteles lebih elegant dengan sekedar mengadakan perbaikan-perbaikan dan membuang hal-hal yang tidak penting dari logika aristoteles. Logika modern tumbuh dan mulai pada era XIII.
Pemikiran yang benar sanggup di bedakan menjadi dua bentuk yang berbeda secara radikal yakni cara berfikir dari umum ke khusus dan cara berfikir dari khusus ke umum. Cara pertama disebut berfikir deduktif dipergunakan dalam logika formal yang mempelajari dasar-dasar persesuaian(tidak adanya pertentangan) dalam pemikiran dengan menggunakan hukum-hukum, rumus-rumus ,patokan-patokan befikir benar. Cara berfikir induktif di pergunakan dalam logika mateial, yang mempelajari dasar-dasar persesuaian pikiran dengan kenyataan. Ia menilai hasil pekerjaan logik formal dan menguji benar tidak nya dengan kenyataan empiris. Cabang logika formal di sebut juga logika minor, logika material di sebut logika mayor.
  
3.      Pemikiran
ASAS-ASAS PEMIKIRAN LOGIKA
Dalam kegiatan berfikir kita dihentikan melalaikan patokan pokok yang oleh logika disebut asas berfikir .
Asas sebagaimana kita ketahui yaitu pangkal atau asal dari mana sesuatu itu muncul dan di mengerti. Maka “asas pemikiran” yaitu pengetahuan dimana pengetahuan lain muncul dan di mengerti. Kapasitas asas ini bagi kelurusan berfikir yaitu mutlak, dan salah benar nya suatu pemikiran tergantung terealisasi tidaknya asas-asas ini. Ia yaitu dasar daripada pengetahuan dan ilmu. Asas pemikiran ini sanggup di bedakan menjadi :
1.asas identitas (principium identitatis =qanun zatiyah).
Ia yaitu dasar dari semua pemikiran dan bahkan asas pemikiran yang lain. Kita mustahil sanggup berfikir tanpa asas ini. Prinsip ini menyampaikan bahwa sesuatu itu yaitu ia sendiri bukan lainnya. Jika kita mengakui bahwa sesuatu itu Z maka ia yaitu Z dan bukan A,B atau C. Bila kita beri perumusan akan berbunyi :”bila proposisi itu benar maka benarlah ia”.
2. asas pertentangan (principium contradictoris = qanun tanaqud).
Prinsip ini menyampaikan bahwa pengingkaran sesuatu mustahil sama dengan pengakuannya. Jika kita mengakui bahwa sesuatu itu bukan A maka mustahil pada ketika itu ia yaitu A, lantaran realitas ini hanya satu sebagaimana di sebut oleh asas identitas. Dengan kata lain: dua kenyataan yang kontradiktoris mustahil bahu-membahu secara simultan. Jika kita hendak rumuskan, akan berbunyi: “tidak ada proposisi yang sekaligus benar atau salah”.
3. asas penolakan kemungkinan ketiga (principium exclusi tertii =qanun imtina).
Asas ini menyampaikan bahwa antara akreditasi dan pengingkaran kebenarannya terletak pada salah satunya. Pengakuan dan pengingkaran merupakan pertentangan mutlak, lantaran itu disamping mustahil benar keduanya juga mustahil salah keduanya. Mengapa mustahil salah kedunya ??
Bila pernyataan dalam bentuk positifnya salah berarti ia memungkiri realitasnya, atau dengan kata lain realitas ini bertentangan dengan pernyataannya. Dengan begitu maka penyataan berbentuk ingkarlah yang benar, lantaran inilah yang sesuai dengan realitas. Juga sebalik nya, jikalau pernnyataan ingkarnya salah berarti ia mengingkari realitasnya. Pernyataan kontradiktoris kebenarannya terdapat pada salah satunya (tidak memerlukan ketiga). Jika kita rumuskan, akan berbunyi “suatu proposisi selalu dalam keadaan benar atau salah”.
Ada 2 Cara berfikir yang sanggup kita gunakan untuk mendapat pengetahuuan gres yang benar ,yaitu melalui metode induksi dan metode deduksi .
Ø  induksi yaitu cara befikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari masalah masalah yang bersifat individual. Penalaran ini dimulai dari kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus dan terbatas di akhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Seperti :
Besi dipanaskan memuai
Seng dipanaskan memuai
Emas dipanaskan memuai
Timah dipanaskan memuai
Platina dipanaskan memuai
JADI : semua logam jikalau di panaskan akan memuai.
Cara kebijaksanaan sehat ini memiliki 2 laba .
1. kita sanggup dapat beffikir secara hemat . meskipun eksperimen qta terbatas pad beberapa   individual, kita bisa mendapat pengetahuan yang lebih umum tidak sekedar masalah yang menjadi dasar pemikiran kita . Untuk mendapat pengetahuan bahwa: semua logam memuai bila di panaskan, kita tidak usah menciptakan penyelidikan terhadap setiap logam, tetapi cukup sebagian dari padanya.
2.    Pernyataan yang dihasilkan melalui Cara berfikir induksi tadi memungkinkan proses kebijaksanaan sehat selanjutnaya, baik secara induktif. Secara induktif kita sanggup menyimpulkan pernyataan tadi kepada penyataan yang lebih umum lagi. Melnjutkan pola tadi dari pernyataan “semua logam jikalau di panaskan memuai”, sanggup di tarik kesimpulan bahwa semua benda memuai bila dipanaskan.
Ø  Deduksi yaitu kegiatan berfikir merupakan kebalikan dari kebijaksanaan sehat induksi .deduksi yaitu cara berfikir dari pernyataan yang bersifat umum, menuju kesimpulan yang bersifat khusus.
Seperti :
semua logam bila dipanaskan, memuai
tembaga yaitu logam
jadi tembaga bila dipanaskan memuai .
dengan kebijaksanaan sehat induktif qta mendapat pengetahan bahw semua logam bila dipanaskan memuai. Dengan kebijaksanaan sehat deduktif qta mendapat pengetahuan yang tepercaya, bahwa tembaga bila dipanaskan memuai, meskipun pengetahuan ini kita dapatkan tidak melalui penelitian lebih dahulu. Inilah laba cara berfikir deduktif. Kaprikornus antara kebijaksanaan sehat induksi dan deduksi memiliki korelasi sangat erat. Mula-mula orang menggunakan kebijaksanaan sehat induktif untuk mendapat pernyataan yang bersifat umum. Pernyataan umum ini menjadi dasar pemikiran deduksi. Dengan deduksi kita sanggup mengetahui pengetahuan gres yang di cakup oleh pernyataan induktifnya.

4       Hubungan
Hubungan Ilmu Logika Dengan Ilmu-Ilmu Lainnya.
Perbedaan pendapat terjadi dikalangan ilmu logika baik muslim ataupun  nonmuslim dan memposisikan ilmu logika. Ada yangmengatakan sebagai ilmu tersendiri, dan ada pula yang mengatakansebagai ilmu alat. Artinya, ilmu yang digunakan dan dipersiapkanuntuk ilmu-ilmu lainnya. Semacam pisau, yang dibentuk dengan tujuansebagai alat memotong. Tetapi, adajuga yang memadukankeduanya, yaitu dari satu segi sebagai ilmu tersendiri(mustaqil) dandari segi lain sebagai ilmu alat.Pada hakekatnya pikiran ketiga inilah yang benar. Sebab tidakdilihat dari segi pembahasannya – lodika – mengenai aturan-aturanumum berpikir; disisni pembahasannya tersendiri. Namun, dilihat dari segi kegunaan ilmu logikasebagai alat guna menarikkesimpulan-kesimpulan Universal bagi setiap ilmu, maka ia sebagai ilmu alat.Kesimpulannya, disamping logika sebagai ilmu tersendiri, ia jugasebagai alat ilmu-ilmu yang lain. Hal inilah yang ingin diterngkanoleh para mahir ilmu logika muslim, termasuk Al-Farabi dan Ibnu Sina,sehingga dalam beberapa karangan mereka, di yang satu dengan yang lainnya berbeda dalam mendefinisikan logika, yakni disatu tempat menyampaikan sebagai ilmu sendiri,ditempat yang lain mengatakan sebagai ilmu alat.
      Explisik & Inflisik
Definisi efektivitas eksplisit dan implisit
Definisi efektivitas eksplisit dan implisit ;

Definisi eksplisit:
gamblang, tegas, terus terang, tidak berbelit-belit (sehingga orang sanggup menangkap maksudnya dengan gampang dan tidak memiliki citra yang kabur atau salah mengenai berita, keputusan, pidato, dsb); tersurat.
eksplisit : makna/maksud diajukan secara eksklusif dan jelas
implisit : makna/maksud diajukan tidak secara eksklusif dan sembunyi2
contohnya :
saya ingin km memberi bintang pd balasan aq
aq bilang : bintangin balasan aq pliz (eksplisit)
balasan lainnya gak pantas dibintangin (implisit)
Makna eksplisit adalah makna otoriter yang eksklusif diacu oleh bahasa. Konsep makna ini bersifat denotatif (sebenarnya) sebagai representasi dari bahasa kognitif.
Sedangkan makna implisit adalah makna universal yang disembunyikan oleh bahasa.Konsep makna ini bersifat konotatif (kias) sebagai representasi dari bahasa emotif. Makna eksplisit mengacu pada informasi, sedangkan makna implisit mengacu pada emosi.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel