Ukhuwah Islamiyah
PEMBAHASAN
A. Definisi Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah yang biasa diartikan sebagai “persaudaraan”, terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti “memperhatikan”. Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara.
Masyarakat Muslim mengenal istilah Ukhuwah Islamiyah. Istilah ini perlu didudukan maknanya, biar bahasan kita ihwal ukhuwah tidak mengalami kerancauan. Untuk itu, terlebih dahulu perlu dilakukan tinjauan kebahasaan untuk menetapkan kedudukan kata Islamiyah dalam istilah diatas. Selama ini ada kesan bahwa istilah teresebut bermakna “persaudaraan yang dijalin oleh sesama muslim”, atau dengan kata lain , kata “islamiyah” dujadikan sebagai pelaku ukhuwah itu.
Pemahaman ini kurang tepat. Kata Islamiyah yang dirangkaikan dengan kata ukhuwah lebih tepat dipahami sebagai adjektiva, sehingga ukhuwah islamiyah berarti “persaudaraan yang bersifat islami atau yang diajarkan oleh Islam”. Paling tidak ada dua alasan untuk mendukung pendapat ini. Pertama, Al-Qur’an dan Hadits memperkenalkan majemuk persaudaraan. Kedua, lantaran alasan kebahasaan. Di dalam bahasa arab, kata sifat selalu harus diadaptasi dengan kata yang disifatinya. Jika yang disifati berbentuk indefinitif maupun feminin, maka kata sifatnya pun harus demikian. Ini terlihat secara terperinci pada ketika kita berkata “ukhuwah Islamiyah dan Al-Ukhuwah Al-Islamiyah”.
Kata ukhuwah berakar dari kata kerja akha, contohnya dalam kalimat “akha fulanun shalihan”, (Fulan menyebabkan Shalih sebagai saudara). Makna ukhuwah berdasarkan Imam Hasan Al Banna: Ukhuwah Islamiyah ialah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah.
B. Macam-Macam Ukhuwah Islamiyah
Di atas telah dikemukakan arti ukhuwah Islamiyah, yakni ukhuwah yang bersifat Islami atau yang diajarkan oleh Islam. Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menyinggung problem ukhuwah Islamiyah dan sanggup kita simpulkan bahwa di dalam kitab suci ini memperkenalkan paling tidak empat macam persaudaraan:
1) Ukhuwah ‘ubudiyah atau saudara kesemahlukan dan kesetundukan kepada Allah.
2) Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat insan ialah bersaudara, lantaran mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu. Rasulullah Saw. juga menekankan lewat sabda beliau,
كونو عباد الله اخوانا (رواه ابخاري عن ابي هريرة)
Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara.
العبادة كلهم اخوة
Hamba-hamba Allah semuanya bersaudara
3) Ukhuwah wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.
4) Ukhuwah fi din Al-Islam, persaudaraan antarsesama Muslim. Rasulullah Saw. bersabda,
انتم اصحابي اخوانناالدين ياتون بعدى
Kalian ialah sahabat-sahabatku, saudara-saudara kita ialah yang tiba setelah (wafat)-ku.
C. Hakekat Ukhuwah Islamiyah
1.Nikmat Allah
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Artinya: “Dan berpeganglah kau semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kau bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, kemudian menjadilah kau lantaran nikmat Allah orang yang bersaudara; dan kau telah berada di tepi jurang neraka, kemudian Allah menyelamatkan kau daripadanya. Demikianlah Allah mengambarkan ayat-ayat-Nya kepadamu, biar kau menerima petunjuk”. (Q.S. Ali Imron:103)
2. Perumpamaan tali tasbih
اْلأَخِلآءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ
Artinya: “Teman-teman dekat pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa”. (Q.S.Az-Zukhruf :67)
3. Merupakan instruksi Rabbani
َأَلّوَفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنفَقْتَ مَافِي اْلأَرْضِ جَمِيعًا مَّآأَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya: “Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kau membelanjakan (kekayaan) yang berada di bumi, pasti kau tidak sanggup mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Al-Anfal:63)
4. Merupakan cermin kekuatan iman
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mu'min ialah bersaudara lantaran itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kau menerima rahmat”. (Q.S. Al-hujurat:10)
Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad saw., dia bersabda, “Barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, pasti Allah akan menghilangkan satu kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa menutupi malu di hari kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya.” (H.R. Muslim).
Ta’awun ialah saling membantu tentu saja dalam kebaikan dan meninggalkan kemungkaran.D. Hal-hal yang menguatkan ukhuwah islamiyah:
1. Memberitahukan kecintaan kepada yang kita cintai
Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: “ Ada seseorang berada di samping Rasulullah kemudian salah seorang sahabat berlalu di depannya. Orang yang disamping Rasulullah tadi berkata: ‘Aku mengasihi dia, ya Rasullah.’ Lalu Nabi menjawab: ‘Apakah kau telah memberitahukan kepadanya?’ Orang tersebut menjawab: ‘Belum.’ Kemudian Rasulullah bersabda: ‘Beritahukan kepadanya.’ Lalu orang tersebut memberitahukan kepadanya seraya berkata: ‘ Sesungguhnya saya mencintaimu lantaran Allah.’ Kemudian orang yang dicintai itu menjawab: ‘Semoga Allah mencintaimu lantaran engkau mencintaiku karena-Nya.”
2. Memohon didoakan bila berpisah“Tidak seorang hamba mukmin berdo’a untuk saudaranya dari kejauhan melainkan malaikat berkata: ‘Dan bagimu juga menyerupai itu” (H.R. Muslim)
3. Menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpa“Janganlah engkau meremehkan kebaikan (apa saja yang dating dari saudaramu), dan kalau kau berjumpa dengan saudaramu maka berikan dia senyum kegembiraan.” (H.R. Muslim)
4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)“Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa kemudian berjabatan tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah.” (H.R Abu Daud dari Barra’)
5. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara).
6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu.
7. Memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya.
8. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya.
9. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan.
E. Manfaat Ukhuwah Islamiyah
1) Merasakan lezatnya iman.
2) Mendapatkan proteksi Allah di hari selesai zaman (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi).
3) Mendapatkan kawasan khusus di surga.
Di antara unsur-unsur pokok dalam ukhuwah ialah cinta. Tingkatan cinta yang paling rendah ialah husnudzon yang menggambarkan bersihnya hati dari perasaan hasad, benci, dengki, dan higienis dari sebab-sebab permusuhan. Al-Qur’an menganggap permusuhan dan saling membenci itu sebagai siksaan yang dijatuhkan Allah atas orang0orang yang kufur terhadap risalahNya dan menyimpang dari ayat-ayatNya. Sebagaiman firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Ma’idah:14:
وَمِنَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى أَخَذْنَا مِيثَاقَهُمْ فَنَسُوا حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُوا بِهِ فَأَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَآءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَسَوْفَ يُنَبِّئُهُمُ اللهُ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ
Artinya: “Dan diantara orang-orang yang mengatakan:"Sesungguhnya kami orang-orang Nasrani", ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebahagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; maka Kami timbulkan diantara mereka permusuhan dan kebencian hingga hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang selalu mereka kerjakan”.
Ada lagi derajat (tingkatan) yang lebih tinggi dari tulus dan cinta, Yaitu itsar. Itsar ialah mendahulukan kepentingan saudaranya atas kepentingan diri sendiri dalam segala sesuatu yang dicintai. Ia rela lapar demi kenyangnya orang lain. Ia rela haus demi puasnya prang lain. Ia rela berjaga demi tidurnya orang lain. Ia rela bersusah payah demi istirahatnya orang lain. Ia pun rela ditembus peluru dadanya demi selamatnya orang lain. Islam menginginkan dengan sangat biar cinta dan persaudaraan antara sesama insan bisa merata di semua bangsa, antara sebagian dengan sebagian yang lain. Islam tidak bisa dipecah-belah dengan perbedaan unsur, warna kulit, bahasa, iklim, dan atau batas negara, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertikai atau saling dengki, meskipun berbeda-beda dalam harta dan kedudukan.
Perjuangan Islam tidak akan tegak tanpa adanya ukhuwah islamiyah.Islam menyebabkan persaudaraan dalam islam dan iman sebagai dasar bagi aktifitas usaha untuk menegakkan agama Allah di muka bumi. Ukhuwah islamiyah akan melahirkan rasa kesatuan dan menenangkan hati manusia. Banyak persaudaraan lain yang bukan lantaran islam dan persaudaraan itu tidak akan berpengaruh dikalangan umat cukup umur ini terjadi disebabkan mereka tidak memenuhi persyaratan ukhuwah, yaitu kurangnya mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah yang bersungguh-sungguh. Sebagaimana firman Allah SWT:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mu'min ialah bersaudara lantaran itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kau menerima rahmat”.(Q.s. Al-Hujrat:10)
يَسْأَلُونَكَ عَنِ اْلأَنفَالِ قُلِ اْلأَنفَالُ للهِ وَالرَّسُولِ فَاتَّقُوا اللهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنَكُمْ وَأَطِيعُوا اللهَ وَرَسُولَهُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Artinya: Mereka menanyakan kepadamu ihwal (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah:"Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, alasannya ialah itu bertaqwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan diantara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya kalau kau ialah orang-orang beriman".(Q.S. Al-Anfal:1)
Oleh lantaran itu untuk mencapai nikmatnya ukhuwah, perlu kita ketahui beberapa proses terbentuknya ukhuwah Islamiyah antara lain :
1. Melaksanakan proses Ta’aruf
ِيَآأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai manusia, sebetulnya Kami membuat kau dari seorang pria dan seorang wanita dan menyebabkan kau berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kau saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kau di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Ta’aruf ialah saling mengenal sesama manusia. Saling mengenal antara kaum muslimin merupakan wujud positif ketaatan kepada perintah Allah SWT . Adanya interaksi sanggup membuat ukhuwah lebih solid dan kekal. Persaudaraan Islam yang dijalin oleh Allah SWT merupakan ikatan terkuat yang tiada tandingannya, Perpecahan mengenal abjad individu. Perkenalan pertama tentunya kepada penampilan fisik (Jasadiyyan), menyerupai tubuh, wajah, gaya pakaian, gaya bicara, tingkah laku, pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya. Selanjutnya interaksi berlanjut ke pengenalan pemikiran (Fikriyyan). Hal ini dilakukan dengan dialog, pandangan terhadap suatu masalah, kecenderungan berpikir, tokoh idola yang dikagumi dan diikuti, dan lain sebagainya. Pengenalan terakhir ialah mengenal kejiwaan (Nafsiyyan) yang ditekankan kepada upaya memahami kejiwaan, karakter, emosi, dan tingkah laku. Setiap insan tentunya punya keunikan dan kekhasan sendiri yang memepengaruhi kejiwaannya. Proses ukuhuwah islamiyah akan terganggu apabila tidak mengenal abjad kejiwaan ini.
2. Melaksanakan proses Tafahum
Tafahum ialah saling memahami. Hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan saudaranya biar bisa bersegera memperlihatkan pertolongan sebelum saudaranya meminta, lantaran pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia tunaikan. Saling memahami ialah kunci ukhuwah islamiyah. Tanpa tafahum maka ukhuwah tidak akan berjalan. Proses ta’aruf (pengenalan) sanggup deprogram namun proses tafahum sanggup dilakukan secara alami bersamaan dgn berjalannya ukhuwah. Dengan saling memahami maka setiap individu akan gampang mengatahui kekuatan dan kelemahannya dan mendapatkan perbedaan. Dari sini akan lahirlah ta’awun (saling tolong menolong) dalam persaudaraan. Ukhuwah tidak sanggup berjalan apabila seseorang selalu ingin dipahami dan tidak berusaha memahami org lain. Saling memahami keadaan dilakukan dgn cara penyatuan hati, pikiran dan amal. Allah-lah yang menyatukan hati manusia.
3. Melakukan At-Ta’aawun
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتُحِلُّوا شَعَائِرَ اللهِ وَلاَ الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلاَ الْهَدْىَ وَلاَ الْقَلاَئِدَ وَلآَءَآمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَئَانُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَتَعَاوَنُوا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya: “Hai kehormatan bulan-bulan Haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) menggganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Rabbnya dan apabila kau telah menuntaskan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum lantaran mereka menghalang-halangi kau dari Masjidil Haram, mendorong kau berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kau dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan bantu-membantu dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kau kepada Allah, sebetulnya Allah amat berat siksa-Nya”. (Q.S. Al-maidah:2)
Bila saling memahami sudah lahir, maka timbullah rasa ta’awun. Ta’awun sanggup dilakukan dengan hati (saling mendo’akan), pemikiran (berdiskusi dan saling menasehati), dan kondusif (saling bantu membantu). Saling membantu dalan kebaikan ialah kebahagiaan tersendiri. Manusia ialah makhluk sosial yang butuh berinteraksi dan butuh pemberian orang lain. Kebersamaan akan bernilai bila kita mengadakan saling Bantu membantu.
4. Melaksanakan proses Takaful
yang muncul setelah proses ta’awun berjalan. Rasa sedih dansenang diselesaikan bersama. Takaful ialah tingkatan ukhuwah yang tertinggi. Banyak dongeng dan hadits Nabi SAW dan para sahabat yang memperlihatkan pelaksanaan takaful ini. Seperti ketika seorang sahabat kehausan dan memperlihatkan jatah airnya kepada sahabat lainnya yang merintih kehausan juga, namun setelah diberi, air itu diberikan lagi kepada sahabat yang lain, terus begitu hingga semua mati dalam kondisi kehausan. Mereka saling mengutamakan saudaranya sendiri dibandingkan dirinya (itsar). Inlah cirri utama dari ukhuwah islamiyah.
Seperti sabda Nabi SAW: “Tidak beriman seseorang diantaramu hingga kau mencintainya menyerupai kau mengasihi dirimu sendiri”. (HR. Bukhari-Muslim).
Betapa indah ukhuwah islamiyah yang diajarkan Allah SWT. Bila umat islam melakukannya, tentunya terasa lebih bagus rasa iman di hati dan terasa indah hidup dalam kebersamaan. Kesatuan barisan dan umat berarti bersatu fikrah atau pemikiran dan tujuan tanpa menghilangkan perbedaan dalam abjad (kejiwaan). Inilah kekuatan Islam. Mari kita mulai dari diri kita, keluarga, masyarakat dekat untuk menjalin persaudaraan Islam ini.
F. Merakit Ulang Ukhuwah Islamiyah Yang Hampir Hilang
Ukhuwah atau persaudaraan dalam Islam bukan saja mencirikan kualitas ketaatan seseorang terhadap fatwa Allah dan Rasul-Nya, tetapi juga sekaligus merupakan salah satu kekuatan perekat sosial untuk memperkokoh kebersamaan. Fenomena kebersamaan ini dalam banyak hal sanggup memperlihatkan ide solidaritas sehingga tidak ada lagi jurang yang sanggup memisahkan silaturahmi di antara umat insan sebagai mahluk sosial yang dianugrahi kesempurnaan. Meskipun demikian, dalam perjalanan sejarahnya, bangunan kebersamaan ini seringkali terganggu oleh godaan-godaan kepentingan yang sanggup merusak keutuhan komunikasi dan bahkan mengundang perilaku dan prilaku yang saling berseberangan.
Karena itu, semangat ukhuwah ini secara sederhana sanggup terlihat dari ada atau tidak adanya perilaku saling memahami untuk menumbuhkan interaksi dan komunikasi. Ukhuwah Islamiyah sendiri memperlihatkan jalan yang sanggup ditempuh untuk membangun komunikasi di satu sisi, dan di sisi lain, ia juga memperlihatkan semangat gres untuk sekaligus melaksanakan fatwa sesuai dengan petunjuk al-Qur'an serta contoh dari para Nabi dan Rasul-Nya.
Sekurang-sekurangnya ada dua pernyataan Nabi SAW, yang menggambarkan persaudaraan yang Islami. Pertama, persaudaraan Islam itu mengisyaratkan wujud tertentu yang dipersonifikasikan ke dalam sosok jasad yang utuh, yang apabila salah satu dari anggota tubuh itu sakit, maka anggota lainnya pun turut mencicipi sakit. Kedua, persaudaraan Islam itu juga mengilustrasikan wujud bangunan yang kuat, yang antara masing-masing unsur dalam bangunan tersebut saling memperlihatkan fungsi untuk memperkuat dan memperkokoh.
Ilustrasi pertama memperlihatkan pentingnya unsur solidaritas dan kepedulian dalam upaya merakit bangunan ukhuwah berdasarkan pandangan Islam. Sebab Islam menempatkan setiap individu dalam posisi yang sama. Masing-masing mempunyai kelebihan, lengkap dengan segala kekurangannya. Sehingga untuk membuat wujud yang utuh, diharapkan kebersamaan untuk sanggup saling melengkapi. Sedangkan gambaran berikutnya memperlihatkan adanya faktor usaha saling tolong menolong, saling menjaga, saling membela dan saling melindungi. Pernyataan al-Qur'an: Innama al-mu'minuuna ikhwatun (sesungguhnya orang-orang mu'min itu bersaudara) memperlihatkan kesan bahwa orang mu'min itu memang mestinya bersaudara. Sehingga kalau sewaktu-waktu ditemukan kenyataan yang tidak bersaudara, atau adanya usaha-usaha untuk merusak persaudaraan, atau bahkan mungkin adanya suasana yang membuat orang enggan bersaudara, maka ia berarti bukan lagi seorang mu'min. alasannya ialah penggunaan kata "innama" dalam bahasa Arab memperlihatkan pada pengertian "hany saja”.
Tuntutan normatif menyerupai tertuang dalam al-Qur'an di atas memang seringkali tidak memperlihatkan kenyataan yang diinginkan. Kesenjangan ini terjadi, antara lain, sebagai akhir dari semakin memudarnya penghayatan terhadap pesan-pesan Tuhan khususnya berkaitan dengan tuntutan membina persaudaraan. Bahkan, lebih celaka lagi apabila umat mulai berani memelihara penyakit ambivalensi sikap: antara pengetahuan yang memadai ihwal al-Qur'an di satu sisi, dengan kecenderungan menolak pesan-pesan yang terkandung di dalamnya di sisi lain, hanya lantaran terdesak tuntutan pragmatis, khususnya menyangkut kepentingan sosial, politik ataupun ekonomi. Karena itu, bukan hal yang mustahil, kalau seorang pemuka agama sekalipun, rela meruntuhkan tatanan ukhuwah hanya lantaran pertimbangan kepentingan-kepentingan primordial.
Karena tarik menarik antara banyak sekali kepentingan itulah, sejarah umat Islam selain diwarnai sejumlah prestasi yang cukup membanggakan, juga diwarnai oleh sejumlah konflik yang tidak kurang memprihatinkan. Nilai-nilai ukhuwah tidak lagi menjadi dasar dalam melaksanakan interaksi sosial dalam bangunan masyarakat kawasan hidupnya sehari-hari. Konflik yang bersumber pada masalah-masalah yang tidak prinsip berdasarkan ajaran, sanggup membongkar bangunan kebersamaan dalam seluruh tatanan kehidupannya.
Perbedaan interprestasi ihwal imamah pada selesai periode kepemimpinan shahabat, misalnya, telah berakibat pada runtuhnya kebesaran peradaban Islam yang telah usang dirintis bersama. Lalu sejarah itu pun berlanjut, seolah ada keharusan suatu generasi untuk mewarisi tradisi konflik yang mewarnai generasi sebelumnya. Akhirnya, nuansa kekuasaan pada masa-masa berikutnya hampir selalu diwarnai oleh politik "balas dendam" yang tidak pernah berujung.
Al-Qur'an memang memperlihatkan peluang kepada ummat insan untuk bersilang pendapat dan berbeda pendirian. Tetapi al-Qur'an sendiri sangat mengutuk percekcokan dan pertengkaran. Interprestasi terhadap ayat-ayat yang mujmal (umum), pemaknaan terhadap keterikatan sesuatu ayat dengan asbab al-Nuzul, atau sesuatu hadits dengan asbab wurud-nya, seringkali melahirkan adanya sejumlah perbedaan. Lebih-lebih kalau perbedaan itu telah memasuki wilayah ijtihadiyah
Dalil-dalil dzanny yang biasa menjadi acuan berinfak memang mempunyai potensi untuk melahirkan perbedaan. Tetapi perbedaan itu sendiri seharusnya sanggup melahirkan hikmah, baik dalam bentuk kompetisi positif, mempertajam daya kritis, maupun dalam membangun semangat mencari tahu sesuai dengan tawaran memperbanyak ilmu. Sayangnya, dalam kenyataan, perbedaan itu justru seringkali melahirkan hancurnya nilai-nilai ukhuwah, hanya lantaran ketidaksiapan untuk memahami cara berpikir yang lain, atau lantaran keengganan mendapatkan perbedaan sebagai buah egoisme yang tidak sehat.
Dan, yang lebih celaka lagi, apabila potensi konflik itu telah dipengaruhi variabel-variabel politik dan ekonomi menyerupai apa yang ketika ini tengah dialami oleh bangsa kita yang semakin lelah ini. Ikatan agama telah pudar oleh kepentingan kekuasaan. Kehangatan persaudaraan pun semakin menipis lantaran desakan-desakan materialisme ataupun kepentingan primordialisme. Perbedaan paham politik sangat potensial untuk melahirkan suasana ketidakakraban yang cenderung membawa kepada suasana batin yang tidak menunjang tegaknya ukhuwah. Demikian juga perbedaan tingkah kekayaan sering melahirkan kecemburuan yang juga sangat potensial untuk mengundang suasana bathin yang tidak menunjang tegaknya ukhuwah. Subhanallah, ukhuwah sekarang telah menjadi barang antik yang sulit dinikmati secara bebas dan terbuka. Karena ukhuwah memang hanya akan sanggup terwujud apabila masyarakat sudah bisa mempunyai dan menghayati prinsip-prinsip tasamuh (toleransi), sekaligus terbuka untuk melaksanakan tausiyah (saling mengingatkan).
G. Islam dan Kepedulian Sosial
Rasululullah bersabda : “Belum beriman seseorang itu sebelum ia mencita saudara nya menyerupai mencitai dirinya sendiri.
Hadis ini shahih dan cukup terkenal di kalangan kau muslimin umum sekalipun. Yang subtansif pada hadis ini ialah mengaitkan iman dengan problem perilaku hati –dalam hal ini− mengasihi orang lain selain dirinya. Mencintai orang itupun ditentukan bobotnya oleh Rasulullah yaitu sama dengan mengasihi diri sendiri. Rasanya ini sangat berat dan sulit dilaksanakan, namun kalau iman itu benar−benar ada dan hidup dalam jiwa maka yang berat dan sulit itupun sangat bisa terealisir.
Konsep kepedulian sosial dalam Islam sungguh cukup terperinci dan tegas . Bila diperhatikan dengan seksama, dengan sangat gampang ditemui dan untuk saya menyampaikan bahwa problem kepedulian sosial dalam Islam terdapat dalam bidang doktrin dan keimanan , tertuang terperinci dalam syari’ah serta jadi tolak ukur dalam watak seorang mukmin.
Begitu juga Allah menghargai mereka yang melaksanakan amal sosial dalam kontek kepedulian sosial tersebut sebagaimana juga Alah sangat mengecam mereka yang tidak mempunyai rasa kepedulian sosial.
1. Dari Dimensi Aqidah dan Keimanan
Iman kepada Allah merupakan rukun utama dan pertama dalam Islam. Bagaimana implikasi kepada Allah dijelaskan oleh Al−Quran dan hadis. Salah satunya berkaitan dengan kepedulian sosial.antara lain, contohnya surah al−Anfal ayat 2-5:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ {2} الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ {3} أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَّهُمْ دَرَجَاتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ {4} كَمَآأَخْرَجَكَ رَبُّكَ مِن بَيْتِكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ لَكَارِهُونَ {5}
Artinya: “Sesungguhnya orang−orang beriman itu hanyalah mereka yang kalau disebut nama Allah gemetar hatinya. (2) dan apabila dibacakan kepadanya bertambah keimanannya (3) dan mereka bertawakkal kepadanya. (4) Mereka yang melaksanakan sholat dan (5) menafkahkan sebagian harta yang diberikan kepada mereka…”
Makara menafkahkan sebagian harta (ayat:5) untuk orang lain termasuk indikasi atau ukuran bagi keimanan sesorang dalam kehidupan ini.Hadis−hadis yang menekan hal ini cukup banyak antara lain Siapa yang beriman dengan Allah dan hari alam abadi hendaklah ia memuliakan tamu/tetangga.
Dalam Islam, para pemberontak negara haru diperangi hingga habis total dan tuntas.Termasuk disini ialah mereka yang tak mau bayar zakat.Artinya tidak mau bayar zakat merupakan kesalahan besar di mata aturan Islam. Islam juga mewajibkan amar makruf nahi mungkar yang kesemuanya terkait dengan aturan dan segala konsekwensinya. Orang yang yang tidak memberi makan fakir miskin sanggup terjerat vonis pedusta agama.
2. Dimensi Akhlak
Dalam Islam seseorang dianggap mulia, kalau ia memelihara anak yatim. Orang yang paling disenangi Allah ialah mereka yang paling dermawan. Orang−oarang yang berinfaq/bersedekah diberi ganjaran pahala hingga 70 x lipat. Dalam hadis Rasulullah disebutkan bahwa Allah akan selalu membantu hamba-Nya selama hamba tersebut membantu saudaranya. Pada hadis lain Rasulullah menyebutkan, bahwa bakhil itu sifat tercela dan pemboros itu ialah kawan−kawan setan.
Jika dibahas secara terinci, ihwal kepedulian Islam terhadap problem sosial maka kita akan menemukan bahwa ternyata amal ibadah secara umum lebih banyak berurusan dengan hamblum minannas ketimbang hablum minallah. Cuma kesemuanya itu harus dikunci dengan prinsip utama.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas sanggup penyusun simpulkan bahwa :
Ø ukhuwah islamiyah berarti “persaudaraan yang bersifat islami atau yang diajarkan oleh Islam”.
Ø Di dalam kitab suci ini memperkenalkan paling tidak empat macam persaudaraan:
a) Ukhuwah ‘ubudiyah atau saudara kesemahlukan dan kesetundukan kepada Allah.
b) Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat insan ialah bersaudara, lantaran mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu.
c) Ukhuwah wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.
d) Ukhuwah fi din Al-Islam, persaudaraan antarsesama Muslim. Rasulullah Saw. bersabda,
Ø Dari uraian diatas sanggup disimpulkan bahwa, secara garis besar ukhuwah dibagi menjadi dua yaitu:
a) Ukhuwah Islamiyah yang bersifat kekal dan universal lantaran berdasarkan doktrin dan syariat Islam.
b) Ukhuwah Jahiliyah yang bersifat temporer (terbatas waktu dan tempat), yaitu ikatan selain ikatan doktrin (missal: ikatan keturunan orang tua-anak, perkawinan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi).
Ø Manfaat ukhuwah Islamiyah:
a) Merasakan lezatnya iman.
b) Mendapatkan proteksi Allah di hari selesai zaman (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi).
c) Mendapatkan kawasan khusus di surga.
Ø Untuk mencapai nikmatnya ukhuwah, perlu kita ketahui beberapa proses terbentuknya ukhuwah Islamiyah antara lain :
a) Melaksanakan proses Ta’aruf
b) Melaksanakan proses Tafahum
c) Melakukan At-Ta’aawun
d) Melaksanakan proses Takaful
PENUTUP
Demikianlah makalah sederhana ini kami buat. Namun demikian, kami sebagai penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kami mohon maaf apabila masih banyak ditemui kesalahan, itu datangnya dari kealpaan kami. Oleh lantaran itu, kritik dan saran sangat kami harapkan dari pembaca semua. Terutama dari Bapak Drs. H. A. Fauzan Afandi selaku pembimbing kami dan teman-teman pada umumnya.
Akhirnya, marilah kita kembalikan semua urusan kepada-Nya. Billahit taufiq wal hidayah war ridho wal inayah.
DAFTAR PUSTAKA
Depag. R.I., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag R.I. : Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 1978.
Shiahab, M. Quraisy, Wawasan Al-Qur’an, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007.
Novi Hardian dan Tim ILNA Learning Center, Panduan Keislaman untuk Remaja, Super Mentoring.
A. Definisi Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah yang biasa diartikan sebagai “persaudaraan”, terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti “memperhatikan”. Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara.
Masyarakat Muslim mengenal istilah Ukhuwah Islamiyah. Istilah ini perlu didudukan maknanya, biar bahasan kita ihwal ukhuwah tidak mengalami kerancauan. Untuk itu, terlebih dahulu perlu dilakukan tinjauan kebahasaan untuk menetapkan kedudukan kata Islamiyah dalam istilah diatas. Selama ini ada kesan bahwa istilah teresebut bermakna “persaudaraan yang dijalin oleh sesama muslim”, atau dengan kata lain , kata “islamiyah” dujadikan sebagai pelaku ukhuwah itu.
Pemahaman ini kurang tepat. Kata Islamiyah yang dirangkaikan dengan kata ukhuwah lebih tepat dipahami sebagai adjektiva, sehingga ukhuwah islamiyah berarti “persaudaraan yang bersifat islami atau yang diajarkan oleh Islam”. Paling tidak ada dua alasan untuk mendukung pendapat ini. Pertama, Al-Qur’an dan Hadits memperkenalkan majemuk persaudaraan. Kedua, lantaran alasan kebahasaan. Di dalam bahasa arab, kata sifat selalu harus diadaptasi dengan kata yang disifatinya. Jika yang disifati berbentuk indefinitif maupun feminin, maka kata sifatnya pun harus demikian. Ini terlihat secara terperinci pada ketika kita berkata “ukhuwah Islamiyah dan Al-Ukhuwah Al-Islamiyah”.
Kata ukhuwah berakar dari kata kerja akha, contohnya dalam kalimat “akha fulanun shalihan”, (Fulan menyebabkan Shalih sebagai saudara). Makna ukhuwah berdasarkan Imam Hasan Al Banna: Ukhuwah Islamiyah ialah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah.
B. Macam-Macam Ukhuwah Islamiyah
Di atas telah dikemukakan arti ukhuwah Islamiyah, yakni ukhuwah yang bersifat Islami atau yang diajarkan oleh Islam. Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menyinggung problem ukhuwah Islamiyah dan sanggup kita simpulkan bahwa di dalam kitab suci ini memperkenalkan paling tidak empat macam persaudaraan:
1) Ukhuwah ‘ubudiyah atau saudara kesemahlukan dan kesetundukan kepada Allah.
2) Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat insan ialah bersaudara, lantaran mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu. Rasulullah Saw. juga menekankan lewat sabda beliau,
كونو عباد الله اخوانا (رواه ابخاري عن ابي هريرة)
Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara.
العبادة كلهم اخوة
Hamba-hamba Allah semuanya bersaudara
3) Ukhuwah wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.
4) Ukhuwah fi din Al-Islam, persaudaraan antarsesama Muslim. Rasulullah Saw. bersabda,
انتم اصحابي اخوانناالدين ياتون بعدى
Kalian ialah sahabat-sahabatku, saudara-saudara kita ialah yang tiba setelah (wafat)-ku.
C. Hakekat Ukhuwah Islamiyah
1.Nikmat Allah
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Artinya: “Dan berpeganglah kau semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kau bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, kemudian menjadilah kau lantaran nikmat Allah orang yang bersaudara; dan kau telah berada di tepi jurang neraka, kemudian Allah menyelamatkan kau daripadanya. Demikianlah Allah mengambarkan ayat-ayat-Nya kepadamu, biar kau menerima petunjuk”. (Q.S. Ali Imron:103)
2. Perumpamaan tali tasbih
اْلأَخِلآءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ
Artinya: “Teman-teman dekat pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa”. (Q.S.Az-Zukhruf :67)
3. Merupakan instruksi Rabbani
َأَلّوَفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنفَقْتَ مَافِي اْلأَرْضِ جَمِيعًا مَّآأَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya: “Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kau membelanjakan (kekayaan) yang berada di bumi, pasti kau tidak sanggup mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Al-Anfal:63)
4. Merupakan cermin kekuatan iman
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mu'min ialah bersaudara lantaran itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kau menerima rahmat”. (Q.S. Al-hujurat:10)
Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad saw., dia bersabda, “Barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, pasti Allah akan menghilangkan satu kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa menutupi malu di hari kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya.” (H.R. Muslim).
Ta’awun ialah saling membantu tentu saja dalam kebaikan dan meninggalkan kemungkaran.D. Hal-hal yang menguatkan ukhuwah islamiyah:
1. Memberitahukan kecintaan kepada yang kita cintai
Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: “ Ada seseorang berada di samping Rasulullah kemudian salah seorang sahabat berlalu di depannya. Orang yang disamping Rasulullah tadi berkata: ‘Aku mengasihi dia, ya Rasullah.’ Lalu Nabi menjawab: ‘Apakah kau telah memberitahukan kepadanya?’ Orang tersebut menjawab: ‘Belum.’ Kemudian Rasulullah bersabda: ‘Beritahukan kepadanya.’ Lalu orang tersebut memberitahukan kepadanya seraya berkata: ‘ Sesungguhnya saya mencintaimu lantaran Allah.’ Kemudian orang yang dicintai itu menjawab: ‘Semoga Allah mencintaimu lantaran engkau mencintaiku karena-Nya.”
2. Memohon didoakan bila berpisah“Tidak seorang hamba mukmin berdo’a untuk saudaranya dari kejauhan melainkan malaikat berkata: ‘Dan bagimu juga menyerupai itu” (H.R. Muslim)
3. Menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpa“Janganlah engkau meremehkan kebaikan (apa saja yang dating dari saudaramu), dan kalau kau berjumpa dengan saudaramu maka berikan dia senyum kegembiraan.” (H.R. Muslim)
4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)“Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa kemudian berjabatan tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah.” (H.R Abu Daud dari Barra’)
5. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara).
6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu.
7. Memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya.
8. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya.
9. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan.
E. Manfaat Ukhuwah Islamiyah
1) Merasakan lezatnya iman.
2) Mendapatkan proteksi Allah di hari selesai zaman (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi).
3) Mendapatkan kawasan khusus di surga.
Di antara unsur-unsur pokok dalam ukhuwah ialah cinta. Tingkatan cinta yang paling rendah ialah husnudzon yang menggambarkan bersihnya hati dari perasaan hasad, benci, dengki, dan higienis dari sebab-sebab permusuhan. Al-Qur’an menganggap permusuhan dan saling membenci itu sebagai siksaan yang dijatuhkan Allah atas orang0orang yang kufur terhadap risalahNya dan menyimpang dari ayat-ayatNya. Sebagaiman firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Ma’idah:14:
وَمِنَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى أَخَذْنَا مِيثَاقَهُمْ فَنَسُوا حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُوا بِهِ فَأَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَآءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَسَوْفَ يُنَبِّئُهُمُ اللهُ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ
Artinya: “Dan diantara orang-orang yang mengatakan:"Sesungguhnya kami orang-orang Nasrani", ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebahagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; maka Kami timbulkan diantara mereka permusuhan dan kebencian hingga hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang selalu mereka kerjakan”.
Ada lagi derajat (tingkatan) yang lebih tinggi dari tulus dan cinta, Yaitu itsar. Itsar ialah mendahulukan kepentingan saudaranya atas kepentingan diri sendiri dalam segala sesuatu yang dicintai. Ia rela lapar demi kenyangnya orang lain. Ia rela haus demi puasnya prang lain. Ia rela berjaga demi tidurnya orang lain. Ia rela bersusah payah demi istirahatnya orang lain. Ia pun rela ditembus peluru dadanya demi selamatnya orang lain. Islam menginginkan dengan sangat biar cinta dan persaudaraan antara sesama insan bisa merata di semua bangsa, antara sebagian dengan sebagian yang lain. Islam tidak bisa dipecah-belah dengan perbedaan unsur, warna kulit, bahasa, iklim, dan atau batas negara, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertikai atau saling dengki, meskipun berbeda-beda dalam harta dan kedudukan.
Perjuangan Islam tidak akan tegak tanpa adanya ukhuwah islamiyah.Islam menyebabkan persaudaraan dalam islam dan iman sebagai dasar bagi aktifitas usaha untuk menegakkan agama Allah di muka bumi. Ukhuwah islamiyah akan melahirkan rasa kesatuan dan menenangkan hati manusia. Banyak persaudaraan lain yang bukan lantaran islam dan persaudaraan itu tidak akan berpengaruh dikalangan umat cukup umur ini terjadi disebabkan mereka tidak memenuhi persyaratan ukhuwah, yaitu kurangnya mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah yang bersungguh-sungguh. Sebagaimana firman Allah SWT:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mu'min ialah bersaudara lantaran itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kau menerima rahmat”.(Q.s. Al-Hujrat:10)
يَسْأَلُونَكَ عَنِ اْلأَنفَالِ قُلِ اْلأَنفَالُ للهِ وَالرَّسُولِ فَاتَّقُوا اللهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنَكُمْ وَأَطِيعُوا اللهَ وَرَسُولَهُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Artinya: Mereka menanyakan kepadamu ihwal (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah:"Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, alasannya ialah itu bertaqwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan diantara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya kalau kau ialah orang-orang beriman".(Q.S. Al-Anfal:1)
Oleh lantaran itu untuk mencapai nikmatnya ukhuwah, perlu kita ketahui beberapa proses terbentuknya ukhuwah Islamiyah antara lain :
1. Melaksanakan proses Ta’aruf
ِيَآأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai manusia, sebetulnya Kami membuat kau dari seorang pria dan seorang wanita dan menyebabkan kau berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kau saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kau di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Ta’aruf ialah saling mengenal sesama manusia. Saling mengenal antara kaum muslimin merupakan wujud positif ketaatan kepada perintah Allah SWT . Adanya interaksi sanggup membuat ukhuwah lebih solid dan kekal. Persaudaraan Islam yang dijalin oleh Allah SWT merupakan ikatan terkuat yang tiada tandingannya, Perpecahan mengenal abjad individu. Perkenalan pertama tentunya kepada penampilan fisik (Jasadiyyan), menyerupai tubuh, wajah, gaya pakaian, gaya bicara, tingkah laku, pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya. Selanjutnya interaksi berlanjut ke pengenalan pemikiran (Fikriyyan). Hal ini dilakukan dengan dialog, pandangan terhadap suatu masalah, kecenderungan berpikir, tokoh idola yang dikagumi dan diikuti, dan lain sebagainya. Pengenalan terakhir ialah mengenal kejiwaan (Nafsiyyan) yang ditekankan kepada upaya memahami kejiwaan, karakter, emosi, dan tingkah laku. Setiap insan tentunya punya keunikan dan kekhasan sendiri yang memepengaruhi kejiwaannya. Proses ukuhuwah islamiyah akan terganggu apabila tidak mengenal abjad kejiwaan ini.
2. Melaksanakan proses Tafahum
Tafahum ialah saling memahami. Hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan saudaranya biar bisa bersegera memperlihatkan pertolongan sebelum saudaranya meminta, lantaran pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia tunaikan. Saling memahami ialah kunci ukhuwah islamiyah. Tanpa tafahum maka ukhuwah tidak akan berjalan. Proses ta’aruf (pengenalan) sanggup deprogram namun proses tafahum sanggup dilakukan secara alami bersamaan dgn berjalannya ukhuwah. Dengan saling memahami maka setiap individu akan gampang mengatahui kekuatan dan kelemahannya dan mendapatkan perbedaan. Dari sini akan lahirlah ta’awun (saling tolong menolong) dalam persaudaraan. Ukhuwah tidak sanggup berjalan apabila seseorang selalu ingin dipahami dan tidak berusaha memahami org lain. Saling memahami keadaan dilakukan dgn cara penyatuan hati, pikiran dan amal. Allah-lah yang menyatukan hati manusia.
3. Melakukan At-Ta’aawun
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتُحِلُّوا شَعَائِرَ اللهِ وَلاَ الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلاَ الْهَدْىَ وَلاَ الْقَلاَئِدَ وَلآَءَآمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَئَانُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَتَعَاوَنُوا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya: “Hai kehormatan bulan-bulan Haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) menggganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Rabbnya dan apabila kau telah menuntaskan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum lantaran mereka menghalang-halangi kau dari Masjidil Haram, mendorong kau berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kau dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan bantu-membantu dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kau kepada Allah, sebetulnya Allah amat berat siksa-Nya”. (Q.S. Al-maidah:2)
Bila saling memahami sudah lahir, maka timbullah rasa ta’awun. Ta’awun sanggup dilakukan dengan hati (saling mendo’akan), pemikiran (berdiskusi dan saling menasehati), dan kondusif (saling bantu membantu). Saling membantu dalan kebaikan ialah kebahagiaan tersendiri. Manusia ialah makhluk sosial yang butuh berinteraksi dan butuh pemberian orang lain. Kebersamaan akan bernilai bila kita mengadakan saling Bantu membantu.
4. Melaksanakan proses Takaful
yang muncul setelah proses ta’awun berjalan. Rasa sedih dansenang diselesaikan bersama. Takaful ialah tingkatan ukhuwah yang tertinggi. Banyak dongeng dan hadits Nabi SAW dan para sahabat yang memperlihatkan pelaksanaan takaful ini. Seperti ketika seorang sahabat kehausan dan memperlihatkan jatah airnya kepada sahabat lainnya yang merintih kehausan juga, namun setelah diberi, air itu diberikan lagi kepada sahabat yang lain, terus begitu hingga semua mati dalam kondisi kehausan. Mereka saling mengutamakan saudaranya sendiri dibandingkan dirinya (itsar). Inlah cirri utama dari ukhuwah islamiyah.
Seperti sabda Nabi SAW: “Tidak beriman seseorang diantaramu hingga kau mencintainya menyerupai kau mengasihi dirimu sendiri”. (HR. Bukhari-Muslim).
Betapa indah ukhuwah islamiyah yang diajarkan Allah SWT. Bila umat islam melakukannya, tentunya terasa lebih bagus rasa iman di hati dan terasa indah hidup dalam kebersamaan. Kesatuan barisan dan umat berarti bersatu fikrah atau pemikiran dan tujuan tanpa menghilangkan perbedaan dalam abjad (kejiwaan). Inilah kekuatan Islam. Mari kita mulai dari diri kita, keluarga, masyarakat dekat untuk menjalin persaudaraan Islam ini.
F. Merakit Ulang Ukhuwah Islamiyah Yang Hampir Hilang
Ukhuwah atau persaudaraan dalam Islam bukan saja mencirikan kualitas ketaatan seseorang terhadap fatwa Allah dan Rasul-Nya, tetapi juga sekaligus merupakan salah satu kekuatan perekat sosial untuk memperkokoh kebersamaan. Fenomena kebersamaan ini dalam banyak hal sanggup memperlihatkan ide solidaritas sehingga tidak ada lagi jurang yang sanggup memisahkan silaturahmi di antara umat insan sebagai mahluk sosial yang dianugrahi kesempurnaan. Meskipun demikian, dalam perjalanan sejarahnya, bangunan kebersamaan ini seringkali terganggu oleh godaan-godaan kepentingan yang sanggup merusak keutuhan komunikasi dan bahkan mengundang perilaku dan prilaku yang saling berseberangan.
Karena itu, semangat ukhuwah ini secara sederhana sanggup terlihat dari ada atau tidak adanya perilaku saling memahami untuk menumbuhkan interaksi dan komunikasi. Ukhuwah Islamiyah sendiri memperlihatkan jalan yang sanggup ditempuh untuk membangun komunikasi di satu sisi, dan di sisi lain, ia juga memperlihatkan semangat gres untuk sekaligus melaksanakan fatwa sesuai dengan petunjuk al-Qur'an serta contoh dari para Nabi dan Rasul-Nya.
Sekurang-sekurangnya ada dua pernyataan Nabi SAW, yang menggambarkan persaudaraan yang Islami. Pertama, persaudaraan Islam itu mengisyaratkan wujud tertentu yang dipersonifikasikan ke dalam sosok jasad yang utuh, yang apabila salah satu dari anggota tubuh itu sakit, maka anggota lainnya pun turut mencicipi sakit. Kedua, persaudaraan Islam itu juga mengilustrasikan wujud bangunan yang kuat, yang antara masing-masing unsur dalam bangunan tersebut saling memperlihatkan fungsi untuk memperkuat dan memperkokoh.
Ilustrasi pertama memperlihatkan pentingnya unsur solidaritas dan kepedulian dalam upaya merakit bangunan ukhuwah berdasarkan pandangan Islam. Sebab Islam menempatkan setiap individu dalam posisi yang sama. Masing-masing mempunyai kelebihan, lengkap dengan segala kekurangannya. Sehingga untuk membuat wujud yang utuh, diharapkan kebersamaan untuk sanggup saling melengkapi. Sedangkan gambaran berikutnya memperlihatkan adanya faktor usaha saling tolong menolong, saling menjaga, saling membela dan saling melindungi. Pernyataan al-Qur'an: Innama al-mu'minuuna ikhwatun (sesungguhnya orang-orang mu'min itu bersaudara) memperlihatkan kesan bahwa orang mu'min itu memang mestinya bersaudara. Sehingga kalau sewaktu-waktu ditemukan kenyataan yang tidak bersaudara, atau adanya usaha-usaha untuk merusak persaudaraan, atau bahkan mungkin adanya suasana yang membuat orang enggan bersaudara, maka ia berarti bukan lagi seorang mu'min. alasannya ialah penggunaan kata "innama" dalam bahasa Arab memperlihatkan pada pengertian "hany saja”.
Tuntutan normatif menyerupai tertuang dalam al-Qur'an di atas memang seringkali tidak memperlihatkan kenyataan yang diinginkan. Kesenjangan ini terjadi, antara lain, sebagai akhir dari semakin memudarnya penghayatan terhadap pesan-pesan Tuhan khususnya berkaitan dengan tuntutan membina persaudaraan. Bahkan, lebih celaka lagi apabila umat mulai berani memelihara penyakit ambivalensi sikap: antara pengetahuan yang memadai ihwal al-Qur'an di satu sisi, dengan kecenderungan menolak pesan-pesan yang terkandung di dalamnya di sisi lain, hanya lantaran terdesak tuntutan pragmatis, khususnya menyangkut kepentingan sosial, politik ataupun ekonomi. Karena itu, bukan hal yang mustahil, kalau seorang pemuka agama sekalipun, rela meruntuhkan tatanan ukhuwah hanya lantaran pertimbangan kepentingan-kepentingan primordial.
Karena tarik menarik antara banyak sekali kepentingan itulah, sejarah umat Islam selain diwarnai sejumlah prestasi yang cukup membanggakan, juga diwarnai oleh sejumlah konflik yang tidak kurang memprihatinkan. Nilai-nilai ukhuwah tidak lagi menjadi dasar dalam melaksanakan interaksi sosial dalam bangunan masyarakat kawasan hidupnya sehari-hari. Konflik yang bersumber pada masalah-masalah yang tidak prinsip berdasarkan ajaran, sanggup membongkar bangunan kebersamaan dalam seluruh tatanan kehidupannya.
Perbedaan interprestasi ihwal imamah pada selesai periode kepemimpinan shahabat, misalnya, telah berakibat pada runtuhnya kebesaran peradaban Islam yang telah usang dirintis bersama. Lalu sejarah itu pun berlanjut, seolah ada keharusan suatu generasi untuk mewarisi tradisi konflik yang mewarnai generasi sebelumnya. Akhirnya, nuansa kekuasaan pada masa-masa berikutnya hampir selalu diwarnai oleh politik "balas dendam" yang tidak pernah berujung.
Al-Qur'an memang memperlihatkan peluang kepada ummat insan untuk bersilang pendapat dan berbeda pendirian. Tetapi al-Qur'an sendiri sangat mengutuk percekcokan dan pertengkaran. Interprestasi terhadap ayat-ayat yang mujmal (umum), pemaknaan terhadap keterikatan sesuatu ayat dengan asbab al-Nuzul, atau sesuatu hadits dengan asbab wurud-nya, seringkali melahirkan adanya sejumlah perbedaan. Lebih-lebih kalau perbedaan itu telah memasuki wilayah ijtihadiyah
Dalil-dalil dzanny yang biasa menjadi acuan berinfak memang mempunyai potensi untuk melahirkan perbedaan. Tetapi perbedaan itu sendiri seharusnya sanggup melahirkan hikmah, baik dalam bentuk kompetisi positif, mempertajam daya kritis, maupun dalam membangun semangat mencari tahu sesuai dengan tawaran memperbanyak ilmu. Sayangnya, dalam kenyataan, perbedaan itu justru seringkali melahirkan hancurnya nilai-nilai ukhuwah, hanya lantaran ketidaksiapan untuk memahami cara berpikir yang lain, atau lantaran keengganan mendapatkan perbedaan sebagai buah egoisme yang tidak sehat.
Dan, yang lebih celaka lagi, apabila potensi konflik itu telah dipengaruhi variabel-variabel politik dan ekonomi menyerupai apa yang ketika ini tengah dialami oleh bangsa kita yang semakin lelah ini. Ikatan agama telah pudar oleh kepentingan kekuasaan. Kehangatan persaudaraan pun semakin menipis lantaran desakan-desakan materialisme ataupun kepentingan primordialisme. Perbedaan paham politik sangat potensial untuk melahirkan suasana ketidakakraban yang cenderung membawa kepada suasana batin yang tidak menunjang tegaknya ukhuwah. Demikian juga perbedaan tingkah kekayaan sering melahirkan kecemburuan yang juga sangat potensial untuk mengundang suasana bathin yang tidak menunjang tegaknya ukhuwah. Subhanallah, ukhuwah sekarang telah menjadi barang antik yang sulit dinikmati secara bebas dan terbuka. Karena ukhuwah memang hanya akan sanggup terwujud apabila masyarakat sudah bisa mempunyai dan menghayati prinsip-prinsip tasamuh (toleransi), sekaligus terbuka untuk melaksanakan tausiyah (saling mengingatkan).
G. Islam dan Kepedulian Sosial
Rasululullah bersabda : “Belum beriman seseorang itu sebelum ia mencita saudara nya menyerupai mencitai dirinya sendiri.
Hadis ini shahih dan cukup terkenal di kalangan kau muslimin umum sekalipun. Yang subtansif pada hadis ini ialah mengaitkan iman dengan problem perilaku hati –dalam hal ini− mengasihi orang lain selain dirinya. Mencintai orang itupun ditentukan bobotnya oleh Rasulullah yaitu sama dengan mengasihi diri sendiri. Rasanya ini sangat berat dan sulit dilaksanakan, namun kalau iman itu benar−benar ada dan hidup dalam jiwa maka yang berat dan sulit itupun sangat bisa terealisir.
Konsep kepedulian sosial dalam Islam sungguh cukup terperinci dan tegas . Bila diperhatikan dengan seksama, dengan sangat gampang ditemui dan untuk saya menyampaikan bahwa problem kepedulian sosial dalam Islam terdapat dalam bidang doktrin dan keimanan , tertuang terperinci dalam syari’ah serta jadi tolak ukur dalam watak seorang mukmin.
Begitu juga Allah menghargai mereka yang melaksanakan amal sosial dalam kontek kepedulian sosial tersebut sebagaimana juga Alah sangat mengecam mereka yang tidak mempunyai rasa kepedulian sosial.
1. Dari Dimensi Aqidah dan Keimanan
Iman kepada Allah merupakan rukun utama dan pertama dalam Islam. Bagaimana implikasi kepada Allah dijelaskan oleh Al−Quran dan hadis. Salah satunya berkaitan dengan kepedulian sosial.antara lain, contohnya surah al−Anfal ayat 2-5:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ {2} الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ {3} أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَّهُمْ دَرَجَاتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ {4} كَمَآأَخْرَجَكَ رَبُّكَ مِن بَيْتِكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ لَكَارِهُونَ {5}
Artinya: “Sesungguhnya orang−orang beriman itu hanyalah mereka yang kalau disebut nama Allah gemetar hatinya. (2) dan apabila dibacakan kepadanya bertambah keimanannya (3) dan mereka bertawakkal kepadanya. (4) Mereka yang melaksanakan sholat dan (5) menafkahkan sebagian harta yang diberikan kepada mereka…”
Makara menafkahkan sebagian harta (ayat:5) untuk orang lain termasuk indikasi atau ukuran bagi keimanan sesorang dalam kehidupan ini.Hadis−hadis yang menekan hal ini cukup banyak antara lain Siapa yang beriman dengan Allah dan hari alam abadi hendaklah ia memuliakan tamu/tetangga.
Dalam Islam, para pemberontak negara haru diperangi hingga habis total dan tuntas.Termasuk disini ialah mereka yang tak mau bayar zakat.Artinya tidak mau bayar zakat merupakan kesalahan besar di mata aturan Islam. Islam juga mewajibkan amar makruf nahi mungkar yang kesemuanya terkait dengan aturan dan segala konsekwensinya. Orang yang yang tidak memberi makan fakir miskin sanggup terjerat vonis pedusta agama.
2. Dimensi Akhlak
Dalam Islam seseorang dianggap mulia, kalau ia memelihara anak yatim. Orang yang paling disenangi Allah ialah mereka yang paling dermawan. Orang−oarang yang berinfaq/bersedekah diberi ganjaran pahala hingga 70 x lipat. Dalam hadis Rasulullah disebutkan bahwa Allah akan selalu membantu hamba-Nya selama hamba tersebut membantu saudaranya. Pada hadis lain Rasulullah menyebutkan, bahwa bakhil itu sifat tercela dan pemboros itu ialah kawan−kawan setan.
Jika dibahas secara terinci, ihwal kepedulian Islam terhadap problem sosial maka kita akan menemukan bahwa ternyata amal ibadah secara umum lebih banyak berurusan dengan hamblum minannas ketimbang hablum minallah. Cuma kesemuanya itu harus dikunci dengan prinsip utama.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas sanggup penyusun simpulkan bahwa :
Ø ukhuwah islamiyah berarti “persaudaraan yang bersifat islami atau yang diajarkan oleh Islam”.
Ø Di dalam kitab suci ini memperkenalkan paling tidak empat macam persaudaraan:
a) Ukhuwah ‘ubudiyah atau saudara kesemahlukan dan kesetundukan kepada Allah.
b) Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat insan ialah bersaudara, lantaran mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu.
c) Ukhuwah wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.
d) Ukhuwah fi din Al-Islam, persaudaraan antarsesama Muslim. Rasulullah Saw. bersabda,
Ø Dari uraian diatas sanggup disimpulkan bahwa, secara garis besar ukhuwah dibagi menjadi dua yaitu:
a) Ukhuwah Islamiyah yang bersifat kekal dan universal lantaran berdasarkan doktrin dan syariat Islam.
b) Ukhuwah Jahiliyah yang bersifat temporer (terbatas waktu dan tempat), yaitu ikatan selain ikatan doktrin (missal: ikatan keturunan orang tua-anak, perkawinan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi).
Ø Manfaat ukhuwah Islamiyah:
a) Merasakan lezatnya iman.
b) Mendapatkan proteksi Allah di hari selesai zaman (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi).
c) Mendapatkan kawasan khusus di surga.
Ø Untuk mencapai nikmatnya ukhuwah, perlu kita ketahui beberapa proses terbentuknya ukhuwah Islamiyah antara lain :
a) Melaksanakan proses Ta’aruf
b) Melaksanakan proses Tafahum
c) Melakukan At-Ta’aawun
d) Melaksanakan proses Takaful
PENUTUP
Demikianlah makalah sederhana ini kami buat. Namun demikian, kami sebagai penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kami mohon maaf apabila masih banyak ditemui kesalahan, itu datangnya dari kealpaan kami. Oleh lantaran itu, kritik dan saran sangat kami harapkan dari pembaca semua. Terutama dari Bapak Drs. H. A. Fauzan Afandi selaku pembimbing kami dan teman-teman pada umumnya.
Akhirnya, marilah kita kembalikan semua urusan kepada-Nya. Billahit taufiq wal hidayah war ridho wal inayah.
DAFTAR PUSTAKA
Depag. R.I., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag R.I. : Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 1978.
Shiahab, M. Quraisy, Wawasan Al-Qur’an, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007.
Novi Hardian dan Tim ILNA Learning Center, Panduan Keislaman untuk Remaja, Super Mentoring.