Sejarah Islam Di Andalusia Spanyol



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dari banyaknya buku sejarah yang kita baca dan informasi-informasi yang kita telah dapatkan, para hebat sejarah telah mencatat banyak hal wacana perkembangan peradaban Islam khususnya pertengahan masa ke-8 M hingga permulaan masa ke-13 M. Sejarah peradaban islam telah dicatat dalam sejarah, bahwa pada masa tersebut Islam pernah mengalami masa kejayaan. Kejayaan Islam ini diperlihatkan dengan banyak sekali kemajuan-kemajuan dalam banyak bidang menyerupai bidang ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, teknologi dan masih banyak yang lainnya. Kemajuan-kemajuan itu terjadi baik dari Daulah Islam di Timur (Daulah Abbasiah) yang berpusat di Baghdad maupun Islam di Barat (Daulah Umayyah) yang berpusat di Cordoba.
Di masa khilafah Bani Umayyah yang berumur kurang lebih 90 tahun telah mencapai keberhasilan perluasan ke banyak sekali daerah, baik di Timur maupun di Barat dengan wilayah kekuasaan Islam yang benar-benar sangat luas. Pada zaman khalifah al-Walid Ibn al-Malik, salah satu khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, umat Islam mulai menaklukan semenanjung Iberia. Semenanjung Iberia yaitu nama renta untuk wilayah Spanyol dan Portugal. Sejak awal masa 5 Masehi (tahun 406 M), wilayah tersebut dikuasai oleh bangsa Vandals, maka dinamakan Vandalusia. Namun, semenjak tahun 711 M, semenanjung Iberia dan wilayah selatan Prancis jatuh ke dalam kekuasaan Islam, diperintah oleh pembesar-pembesar Arab dan Barbar. Sejak itulah, wilayah ini dikenal dengan Andalusia.
Spanyol merupakan tempat paling utama dan jembatan emas bagi Eropa dalam menyerap peradaban Islam dan hasil-hasil kebudayaan Islam, baik dalam bentuk relasi politik, social, perekonomian, maupun peradaban antarnegara. Orang-orang eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada dibawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangga Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains. Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga dikala ini banyak berhutang akal kepada khazanah ilmu pengetahan Islam yang berkembang di periode klasik.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses masuknya islam di Andalusia?
2.      Bagaimana perkembangan peradaban dan pemerintahan politik di Andalusia sebelum dan setelah masuknya islam?
3.      Bagaimana system pemerintahan masa-masa kekhalifaan di Andalusia?
4.      Apa faktor-faktor penyebab keruntuhan kekuasaan islam di Andalusia?




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Masuknya Islam di Spanyol
Semenanjung Iberia di Eropa, yang mencakup wilayah Spanyol dan wilayah Portugal kini ini, menjorok ke selatan ujungnya hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit dengan ujung benua Afrika. Bangsa Grit renta menyebut selat sempit itu dengan tiang-tiang Hercules dan di seberang selat sempit itu terletak di benua Eropa. Selat sempit itu sepanjang kenyataan memisahkan lautan tengah dengan lautan atlantik.
Semenanjung Iberia, sebelum ditaklukkan bangsa Visighots pada tahun 507 M, didiami oleh bangsa Vandals. Justru wilayah kediaman mereka itu disebut dengan Vandalusia. Dengan mengubah ejaanya dan cara membunyikannya, bangsa Arab pada masa belakangan menyebut semenanjung Iberia itu dengan Andalusia.
Spanyol diduduki oleh umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan bin Nu’man Al-Ghassani menjadi Gubernur di tempat itu. Pada masa khalifah Al-Walid, Hasan bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa bin Nushair. Di zaman Al-walid itu, Musa bin Nushair memperluas wilayah kekuasaanya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji akan menciptakan kekacauan-kekacauan menyerupai yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Dalam proses penaklukan Spanyol ada 3 hero Islam yang memimpin pasukan kesana yakni Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Namun, yang sebagai perintis dan penyelidik kedatangan Islam ke Andalusia yaitu Tariq ibn Ziyad. Ia yang telah memimpin pasukan tentera menyeberangi lautan Gibralta (Jabal Thariq) menuju ke semenanjung Iberia. Musa ibn Nushair pada tahun 711 M, mengirim pasukan Islam dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad yang hanya berjumlah 7000 orang dan tambahan pasukan 5000 personel yang memang tak sebanding dengan tentera pasukan Gothik yang berkekuatan 100.000 lengkap bersenjata. Namun, pada akhirnya, Thariq bin Ziyad mencapai kemenangan, dengan mengalahkan Raja Foderick di Bakkah dan menaklukan kota-kota penting menyerupai Cordova, Granada, Toledo dan hingga balasannya menguasai seluruh kota penting di Spanyol.

2.2 Perkembangan Politik
Pada waktu Bani Umayyah (661-750 M) yang berpusat di Damaskus jatuh pada tahun 132 H (750 M) dan digantikan oleh  Bani Abbasiyah yang berkedudukan di Baghdad. Pada dikala itu terjadi pembunuhan massal serta pengejaran terhadap sisa-sisa keluarga Umayyah, terdapat seorang amir yang sanggup meloloskan diri dan selamat dari pembantaian, ia berjulukan Amir Abdurrahman bin Muawiyyah bin Hisyam bin Abdil Malik. Ia memasuki Mesir, Barca (Libya), dan Afrika Utara. Selama berjuang selama tidak kurang dari enam tahun, Abdurrahman berhasil memasuki Andalusia. Pada awalnya, amir yang memegang kekuasaan terakhir di Andalusia menjelang tahun 138 H (756 M) yaitu seorang wali Yusuf ibnu Abdirrahman Al-Fihri dari suku Mudhari yang ditunjuk oleh Khalifah di Damaskus, dengan masa jabatan biasanya 3 tahun. Namun pada tahun 740an M, terjadi perang saudara yang mengakibatkan melemahnya kekuasaan Khalifah. Dan pada tahun 746 M, Yusuf Al-Fihri memenangkan perang saudara tersebut, menjadi seorang penguasa yang tidak terikat kepada pemerintahan di Damaskus. Namun pada tahun 756 M, Abdurrahman melengserkan Yusuf Al-Fihri, dan menjadi penguasa Kordoba sehingga ia dijuluki “Abdurrahman Addakhil” dengan gelar  Amir Kordoba (Abdurrahman I). Dapat dikatakan bahwa Abdurrahman I merupakan “founding father”Daulah Umayyah di Andalusia dan sekaligus sebagai peletak dasar kebangkitan kebudayaan Islam di Andalusia.

2.3. Periode Kekuasaan/ Islam di Spanyol
Sejak pertama kali Islam menginjakkan kaki di tempat Spanyol hingga masa jatuhnya, Islam mempunyai peranan yang sangat penting dan besar dalam perkembangan umat Islam. Islam di Spanyol berjaya dan berkuasa selama tujuh setengah masa dan itu merupakan waktu yang sangat usang untuk menyebarkan Islam. Menurut Dr. Badri Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol sanggup dibagi dalam beberapa periode.
1. Periode pertama (711-755M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum  tercapai sempurna, banyak sekali gangguan masih terjadi baik yang tiba dari luar maupun dari dalam.
2. Periode kedua (755-912 M)
Pada periode ini Spanyol di bawah pemerintahan Abbasiyah di Baghdad. Amir yang pertama yaitu Abdurrahman I yang memasuki Spanyol, tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Abdurrahman Ad-Dakhil. Abdurrahman Ad-Dakhil yaitu keturunan dari bani umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbasiyah ketika Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Spanyol.
3. Periode ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir” hingga munculnya raja-raja kelompok  (Muluk al-thawaif). Pada periode ini spanyol diperintah oleh penguasa dengan khalifah. Pada periode ini umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejaaan yang  menyaingi daulah Abbasiyah di baghdad. Abdurrahman An-Nashir mendirikan Universitas Cordoba. Perpustakaannya mempunyai ratusan ribu buku. Pada masa ini, masyarakat sanggup menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi.
            Abdurrahman III yaitu seorang raja yang teramat sangat usang memerintah 50 tahun lamanya. 50 tahun beliau membela kerajaan yang telah didirikan nenek moyangnya. Masa pemerintahan Abdurrahman III yaitu masa yang amat gemilang dalam sejarah Arab Spanyol. Segala pemberontakan di padamkan, perpecahan disatukan disatukan kembali, perselisihan di hapuskan. Pada dikala pemerintahan Abdurrahman III, islam telah sanggup mempertahankan kekuasaan arab di Spanyol. Ia juga meninggalkan jejak besar dalam sejarah tidak saja di semenanjung Iberia tetapi juga seluruh Eropa.
4. Periode keempat (1013-1086 M)
Pada masa ini Spanyol sudah terpecah-pecah menjadi beberapa negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Bahkan pada periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-mulukuth Thawaif yang berpusat di suatu kota menyerupai sevilla, Cordoba, Taledo dan sebagainya.
Pada periode ini umat islam di Spanyol kembali memasuki pertikaian intern. Ironisnya bila itu terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu meminta derma kepada raja-raja Kristen. Namun, walau pun demikian, kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapat proteksi dari istana ke istana yang lain.
5. Periode kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Islam di Spanyol meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang mayoritas yakni kekuasaan dinasti marurabithun (1086-1143 M) dan dinasti muwahhidin (1146-1235 M):
a.  Dinasti Murabitun
Dinasti murabitun pada mulanya yaitu sebuah gerakan agama yang kuat dan besar yang didirikan oleh Yusuf bin Tasyfim di Marocco, Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan kerajaan yang berpusat di marakesy. Dan akhirnya, islam sanggup memasuki Spanyol dan sanggup menguasainya. Dalam  perkembangannya selanjutnya, pada dinasti ini dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah sehingga menjadikan wilayah Saragossa sanggup dikuasai oleh kaum Katolik pada tahun 1118 M. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini digantikan oleh dinasti Muwahhidun.
b. Dinasti Muwahhidun
Dinasti ini berpusat di Afrika Utara yang didirikan  oleh Muhammad ibn Tumart. Pada masa ini telah berdiri dua kerajaan kecil-kecil yang kuat yaitu di Negeri Balansia (Valencia) dan Marsiah (Marcia). Dinasti ini tiba ke Spanyol dibawah pimpinan Abd-Al-Mun’im. Dinasti ini mengalami banyak kemajuan dimana kota-kota muslim penting yakni Cordova, Almeria, dan Granada jatuh dibawah kekuasaannya. Akan tetapi dinasti Muwahhidun mengalami kemunduran dimana pada tahun 1212 M, tentara Katolik berhasil memperoleh kemenangan di Las Navas de Tolesa. Dalam kondisi demikian umat muslim tidak bisa bertahan dari serangan-serangan kristen yang besar.  Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Katolik dan Seville jatuh pada tahun 1248 M. Hampir seluruh wilayah Spanyol islam lepas dari tangan penguasa islam.
6.  Periode keenam (1248-1492 M)
Pada peride ini hanya berkuasa di granada di bawah Dinasti Ahmar atau daulat Nasriyah (1232-1492 M). Dinasti ini  yang mendirikan istana Alhambara di kota Granada tu. Peradaban kembali mengalami kemajuan menyerupai di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik dinasti merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abbdullah Muhammad merasa tidak bahagia kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Ia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh muhammad bin sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta derma kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa ini Katolik ini sanggup mengalahkan penguasa yang sah, dan Abu Abdullah naik tahta.
            Dengan jatuhnya kerajaan Bani Ahmar, berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492 M hingga tinggal sisa-sisanya yang kemudian dipaksa oleh paus-paus di Roma untuk memeluk agama Nasrani. Maka, ada yang memeluk nasrani dengan terpaksa, ada yang dibunuh dan ada yang masih tetap memeluk agama nenek moyangnya dengan diam-diam. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat islam di wilayah ini. Walau pun islam telah berjaya dan sanggup berkuasa di sana selama hampir tujuh setengah masa lamanya.
2.4 Perkembangan Peradaban Islam di Andalusia
1. Perkembangan Pembangunan
Kemajuan Bani Umayyah di Andalusia diraih pada masa pengganti Abd al-Rahman al-Dakhil. Kemajuan Kordova ditandai dengan pembangunan yang megah diantaranya:
1.       al-Qashr al-Kabir , kota satelit yang didalamnya terdapat gedung-gedung istana megah.
2.      Rushafat, istana yang dikelilingi oleh taman yang di sebelah barat maritim Cordova.
3.      Masjid jami’ Cordova, dibangun tahun 170 H/786 M yang hingga kini masih tegak.
4.      Al-Zahra, kota satelit di bukit pegunungan Sierra Monera pada tahun 325 H/936 M. Kota ini dilengkapi dengan masjid tanpa atap (kecuali mihrabnya) dan air mengalir ditengah masjid, danau kecil yang berisi ikan-ikan yang indah, taman binatang (margasatwa), pabrik senjata, dan pabrik perhiasan.
2.  Perkembangan Ekonomi
Perkembangan gres spanyol juga didukung oleh kemakmuran ekonomi pada masa ke-9 dan masa ke-10. Perkenalan dengan pertanian irigasi yang didasarkan pada pola-pola negeri Timur mengantarkan pada pembudidayaan sejumlah flora pertanian yang sanggup diperjual-belikan , mencakup buah ceri, apel, buah delima, pohon ara, buah kurma, tebu, pisang, kapas, rami dan sutera. Pada dikala yang sama, Spanyol memasuki fase perdagangan yang cerah karena hancurnya penguasaan armada Bizantium terhadap wilayah barat maritim Tengah. Beberapa kota menyerupai seville dan Cordova mengalami kemakmuran karena melimpahnya produksi pertanian dan perdagangan internasional.
3.  Perkembangan Intelektual
Dalam masa lebih dari tujuh masa kekuasan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak sekali donasi bagi kebangunan budaya Barat. Kebangkitan intelektual dan kebangunan kultural Barat terjadi setelah sarjana-sarjana Eropa mempelajari, mendalami dan menimba begitu banyak ilmu-ilmu Islam dengan cara menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan Islam ke dalam bahasa Eropa. Mereka dengan tekun mempelajari bahasa Arab untuk sanggup menerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan Islam. Dalam sejarah Andalusia, kota Toledo pernah menjadi sentra penerjemahan. Banyak sarjana-sarjana Eropa yang berdatangan ke kota Toledo untuk berguru dan mendalami buku-buku ilmu pengetahuan Islam. Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Sains dan Teknologi.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat beragam yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk tempat antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Katolik Mujareb yang berbudaya Arab, dan Katolik yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memperlihatkan sumbangan intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan llmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol. Disamping dari faktor kemajemukan masyarakatnya, negeri yang subur juga mendorong negeri Spanyol dalam mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Berikut dibawah ini uraian mengenai perkembangan intelektual di masing-masing bidang:
a.  Astronomi
Di bidang astronomi, sarjana Islam al-Khawarizmi banyak sekali memperlihatkan sumbangannya dengan karya-karyanya dan mempunyai imbas terbesar terhadap donasi ilmu niscaya diantara semua penulis di masa pertengahan. Ia menulis buku al Jabr wa al-Muqabalah, yang memuat daftar astronomi yang tertua dan al-Khwarizmi merupakan orang pertama yang menyusun buku ilmu berhitung dan aljabar. Namun disamping itu, tokoh yang paling populer dalam ilmu astronomi yaitu Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash. Ia sanggup memilih waktu terjadinya gerhana matahari dan memilih berapa lamanya. Ia juga berhasil menciptakan teropong modern yang sanggup memilih jarak antara tata surya dan bintang. Ada pula Al-majiriyah dari Cordova, al-Zarqali dari Toledo dan Ibn Aflah dari Seville, merupakan para pakar ilmu perbintangan yang sangat populer dikala itu.                                       .
b. Matematika
Ilmu eksakta yakni matematika mulai berkembang karena didorong dengan adanya perkembangan filsafat. Ilmu niscaya dikembangkan orang Arab berasal dari buku India yaitu Sinbad, yang diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-fazari (154 H/ 771 M).[9]Dengan mediator buku ini, kemudian Nasawi seorang pakar matematika memperkenalkan angka-angka India menyerupai 0,1, 2, hingga 9), sehingga angka-angka India di Eropa lebih dikenal dengan angka Arab.
c. Filsafat
Sumbangan Islam dalam filsafat tak kurang pula terhadap dunia Barat. Minat filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada masa ke-9 M di masa Khilafah Bani Umayyah, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M).[10]Karya-karya ilmiah dan filosofis dalam jumlah besar diimpor dari Timur, sehingga Cordova menjadi perpustakaan dan universitas besar yang sanggup menyaingi Baghdad sebagai sentra utama ilmu pengetahuan didunia Islam. Dalam keadaan ini, maka Spanyol banyak melahirkan filosof-filosof besar.
Tokoh pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol yaitu Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh (Ibn Bajjah). Ia lahir di Saragosa, kemudian pindah ke Sevilla dan Granada. Ia bersifat etis dan eskatologi dalam dilema yang dikemukakannya menyerupai al-Farabi dan Ibn Sina. Magnum opusnya yaitu tadbir al-Mutawahhid.Tokoh kedua yaitu Abu Bakr ibn Thufail, penduduk orisinil Wadi Asy (sebuah dusun kecil disebelah timur Granada. Karya filsafatnya yang sangat populer yaitu Hay ibn Yaqzhan. Abad 12 hingga masa 16, fatwa Ibn Rusyd (1126-1198 M) mendominasi lapangan filsafat di Iberia dan Eropa. Ibn Rusyd dari Cordova ini, dikenal sebagai komentator pikiran-pikiran Aristoteles sehingga dijuluki Aristoteles II. Ia juga mempunyai ciri kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah wacana keserasian filsafat dan agama. Sedang al-Kindi populer dengan menggabungkan dalil-dalil Plato dan Aristoteles dengan cara Neo-Platonis.
d. Kedokteran
Ada banyak sumbangan Islam yang sangat menonjol dan telah menjadi dasar kemajuan Barat dalam ilmu kedokteran. Dokter Islam, al-Kindi (809-873 M), telah menulis buku Ilmu Mata yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi Optics. Selain itu, populer pula ar-Razi (865-925 M) yang oleh orang Barat-Latin disebut Rhazez. Ia mengarang sebuah buku kedokteran berjudul al-Hawi. Buku tersebut telah diterjemahkan oleh Faraj bin Salim (seorang tabib Yahudi dari Sicilia) ke dalam bahasa Latin dengan judul Continens atas perintah Raja Farel dari Anyou. Ia memuat dan merangkum ilmu ketabiban dari Persi, Yunani dan Hindu, dan hasil-hasil penyelidikan. Ahli kedokteran yang populer pada dikala itu antara lain yaitu Abu al-Qasim al-Zahrawi. Di Eropa ia dikenal dengan nama Abulcassis. Beliau yaitu spesialis bedah populer dan menjadi dokter istana. Ia wafat pada tahun 1013 M. Di antara karyanya yang populer yaitu al-tasrif terdiri dari 30 jilid. Selain al-Qasim, terdapat seorang filosuf besar berjulukan Ibn Rusyd yang juga hebat dalam bidang kedokteran. Di antara karya besarnya yaitu Kulliyat al-Thib.
Dokter islam lain yang populer yaitu Ibnu Sina (Avecinna). Ia menulis buku yang berjudul al-Qonun fit-Thib, diterjemahkan dalam bahasa Latin dengan judul Qonun of Medicine dan menjadi buku pegangan diperguruan-perguruan tinggi selama 30 tahun terakhir dari masa 15. Buku kedoteran lain Ibn Sina berjudul Materia Medica memuat kira-kira 760 macam ilmu digunakan pedoman terutama di Barat. Dikatakan oleh William Osler, bahwa diantara kitab-kitab yang lain, kitab Ibnu Sina lah yang tetap merupakan dasar ilmu ketabiban untuk masa yang paling lama.
e. Sastra
Lahirnya karya-karya sastra di dorong oleh kemajuan bahasa pada waktu itu. Bahasa Arab telah menjadi bahasa manajemen dalam pemerintahan Islam di Spanyol baik oleh orang-orang Islam maupun non-islam. Bahkan, penduduk orisinil Spanyol menomorduakan bahasa orisinil mereka. Mereka juga banyak yang hebat dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Karya-karya sastra yang banyak bermunculan, menyerupai al-‘Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, kitab al-Qalaid karya al-Fath Ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.[14]
f.   Sejarah
Dalam bidang ilmu sejarah ternyata karya-karya ilmu sejarah ternyata juga memperlihatkan sumbangan dan imbas dalam pemikiran-pemikiran sarjana Barat. Ibnu Khaldun, melalui karya Muqaddimah-nya, dialah yang pertama kali mengemukakan teori perkembangan sejarah, baik menurut penyelidikan faktor jasmani dan iklim, maupun kekuatan moral dan ruhani. Sebagai orang yang mencari dan merumuskan aturan kemajuan dan keruntuhan bangsa, maka Ibnu Khaldun sanggup dianggap sebagai pencipta ilmu baru, karena tak ada penulis Arab maupun Eropa yang mempunyai pandangan sejarah yang sejelas itu dan mengulasnya secara filsafat. Buku Muqaddimah Ibnu Khaldun menjadi referensi studi para hebat Barat dan ahli-ahli lainnya, dan kebebasan Ibnu Khaldun diakui oleh sejarawan Toynbee.

2.5 Keruntuhan Kekuasaan Islam di Andalusia
          Dalam masa kekuasaan Islam di Spanyol yang begitu usang tentu memperlihatkan catatan besar dalam menyebarkan dan memperlihatkan sumbangan yang sangat berharga bagi peradaban dunia. Namun, sejarah panjang yang telah diukir kaum muslim menuai kemunduran dan kehancuran. Kemunduran dan kehancuran disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1.   Konflik Islam dengan Kristen
Keadaan ini berawal dari kurang maksimalnya para penguasa muslim di Andalusia dalam melaksanakan proses Islamisasi. Hal ini mulai terlihat ketika masa kekuasaan setelah al-Hakam II yang dinilai tidak secakap dari khalifah sebelumnya. Bagi para penguasa, dengan ketundukan kerajaan-kerajaan kristen dibawah kekuasaan kristen hanya dengan membayar upeti saja, sudah cukup puas bagi mereka. Mereka membiarkan umat Katolik menganut agamanya dan menjalankan aturan adat dan tradisi kristen, termasuk hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan senjata.
2.  Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Hal ini terjadi hingga masa ke-10 atas perlakuan para penguasa muslim sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah terhadap para mu’allaf yang berasal dari umat setempat. Mereka diperlakukan tidak sama menyerupai tempat-tempat tempat taklukan Islam lainnya. Kenyataan ini ditandai dengan masih diberlakukannya istilah ibad danmuwalladun, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan.
Akhirnya kelompok-kelompok etnis non-Arab terutama etnis Salvia dan Barbar, sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal ini menimbulkan dampak besar bagi perkembangan sosio-ekonomi di Andalusia. Hal ini memperlihatkan bahwa tidak ada ieologi pemersatu yang mengikat kebangsaan mereka. Bahkan banyak diantara mereka yang berusaha menghidupkan kembali fanatisme kesukuan guna mengalahkan Bani Umayyah.
3.   Kesulitan Ekonomi
Dalam catatan sejarah, pada paruh kedua masa Islam di Andalusia, para penguasa begitu aktif menyebarkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga mengabaikan pengembangan perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang memberatkan dan besar lengan berkuasa bagi perkembangan politik dan militer. Kenyataan ini diperparah lagi dengan datangnya ekspresi dominan paceklik dan menciptakan para petani tidak bisa membayar pajak. Selain itu, penggunaan keuangan negara tidak terkendali oleh para penguasa muslim.
4.      Tidak jelasnya Sistem Peralihan kekuasaan
Kekuasaan merupakan hal yang menjadi perebutan diantara hebat waris. Karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Maka, Granada yang awalnya menjadi sentra kekuasaan Islam terakhir di Spanyol balasannya jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella.
5.      Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan negeri terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat derma kecuali dari Afrika Utara. Oleh karena itu, tidak ada kekuatan alternatif yang bisa membendung kebangkitan Katolik disana.[16]







BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Andalusia, sebuah negeri yang meninggalkan jejak begitu besar di sepanjang sejarah umat Islam pada awal perkembangan Islam di dunia Eropa. Tentu hal ini menyita banyak perhatian besar dari banyak sekali khalayak umat Islam. Dikatakan demikian, karena penguasaan Islam terhadap semenanjung Iberia lebih khusus Andalusia, telah memperlihatkan bahwa Islam telah tersebar ke negara Eropa.
Mulai dari tahapan awal proses masuknya Islam, dimana wilayah Spanyol diduduki oleh khalifah-khalifah dalam setiap dinasti-dinasti yang didirikan dalam setiap periodenya. Tentu, hal ini banyak mempunyai peranan yang sangat penting dan besar dalam perkembangan umat Islam. Dimana  pada balasannya Islam pernah berjaya di Spanyol dan berkuasa selama tujuh setengah abad. Suatu masa kekuasaan dalam waktu yang sangat usang untuk menyebarkan Islam.
Namun, di balik perjuangan keras umat Islam mempertahankan kejayaan pada masa sekian masa itu, umat Islam menghadapi kesulitan yang amat berat. Dimana pada suatu ketika, umat Islam diterpa serangan-serangan penguasa Katolik yang sampai-sampai umat Islam tidak kuasa menahan serangan-serangan penguasa Katolik yang semakin kuat itu. Sehingga pada balasannya Islam menyerahkan kekuasaannya dan semenjak itu berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol.
Demikianlah Islam di Andalusia, walaupun pada balasannya berakhir dengan kekalahan, namun islam muncul sebagai suatu kekuatan budaya dan sekaligus menghasilkan cabang-cabang kebudayaan dalam segala ragam dan jenisnya. Banyak sekali donasi Islam bagi kebangunan peradaban dan kebudayaan gres Barat. Sumbangan Islam itu  telah menjadi dasar kemajuan Barat terutama dalam bidang-bidang politik, ekonomi, sains dan teknologi, astronomi, filsafat, kedokteran, sastra, sejarah dan hukum.





DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
Amin, Samsul Munir,, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2009.
Ismail, Faisal, Paradigma Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Titian Ilahi Press,     1996.
Mubarok, Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.
Lapidus, Ira. M.. Sejarah Sosial Ummat Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,      1999.
Hamka, Sejarah Umat Islam, Singapore: Pustaka Nasional PTE LTD, 2005.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel