Ruang Lingkup Pendidikan Islam

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang Masalah
Ilmu pendidikan agama islam merupakan upaya sadar dan terjadwal dalam menyiapkan akseptor didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga, mengimani anutan agama islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Pada era globalisasi ini pendidikan sangat penting bagi akseptor didik.karena era globalisasi sanggup membawa kita untuk semakin gampang memperoleh informasi dari luar yang sanggup membantu kita menemukan alternatif-alernatif gres dalam perjuangan memecahkan problem yang kita hadapi terutama dalam bidang pendidikan islam,misalnya melalui internet sekarang kita sanggup mencari informasi dari seluruh dunia tanpa harus mengeluarkan banyak dana.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi  yang pesat dan semakin hebat tidak akan memberika kemaslahatan bagi umat kalau jika tidak di imbangi dengan watak yang mulia dari para pelakunya. Salah satu cara untuk menumbuhkembangkan watak yang mulia tersebut yaitu melalui ilmu pendidikan agama khususnya ilmu pendidikan agama islam. Melalui pendidikan agama Islam diharapkan akan lahir intelektual- intelektual (Islam) yang mau memikirkan dan mencoba untuk membawa negeri tercinta ini keluar dari jurang krisis dan berusaha untuk membuat masyarakat madani sepeti yang dicita-citakan semua umat.
B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian Ilmu Pendidikan Islam ?
2.      Bagaimana Objek Ilmu Pendidikan Islam ?
3.      Bagaimana Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam ?
4.      Bagaimana Metode Dalam Pendidikan Islam?
5.      Bagaimana Pendekatan Dalam Pendidikan Islam ?
6.      Bagaimana Tujuan Pendidikan Islam?
7.      Bagaimana Kegunaan Ilmu Pendidikan Islam?
8.      Bagaimana Urgensi Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Agama Islam
Bagi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan?
9.      Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui Pengertian Ilmu Pendidikan Islam
2.      Mengetahui Objek Ilmu Pendidikan Islam
3.      Mengetahui Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam
4.      Mengetahui Metode Dalam Pendidikan Islam
5.      Mengetahui Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
6.      Mengetahui Tujuan Pendidikan Islam
7.      Mengetahui Kegunaan Ilmu Pendidikan Islam
8.      Mengetahui Urgensi Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Agama Islam
 Bagi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
10.  Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas pengertian ilmu pendidikan islam, ruang lingkup bahasan ilmu pendidikan islam,  dan urgensi ilmu pendidikan islam bagi mhasiswa fakultas tarbiyah.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM
1.      Pengertian Pendidikan Islam Secara Etimologi (Lughatan)
Dalam konteks Islam, pendidikan secara bahasa (lughatan) ada tiga kata yang digunakan.[1] Ketiga kata tersebut, yaitu : 1) At-tarbiyah, 2) Al-ta’lim, dan 3) Al-ta’dib. Ketiga kata tersebut mempunyai makna yang saling berkaitan saling cocok untuk pemaknaan pendidikan dalam Islam. Ketiga makna itu mengandung makna yang amat dalam, menyangkut insan dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan berkaitan dengan satu sama lain.
At-tarbiyah (التربية) berakar dari tiga kata, yakni pertama, berasal dari kata rabba yarbu (يربو – ربا) yang artinya bertambah dan bertumbuh. Kedua, berasal dari kata rabiya yarbi (يربى – ربي) yang artinya tumbuh dan berkembang. Ketiga, berasal dari kata rabba  yarubbu (يربو – رب) yang artinya memperbaiki, membimbing, menguasai, memimpin, menjaga dan memelihara. Al-ta’lim (التعليم) secara ligahwy  berasala dari kata fi’il tsulasi mazid biharfin wahid, yaitu ‘allama yu ‘allimu (يعلم – علم). Kaprikornus ‘alama (علم) artinya mengajar. Al-ta’adib (التأديب) berasal dari kata tsulasi maszid bihaijmn wahid, yaitu ‘addaba yu ‘addibu (يأدب – أدب). Kaprikornus ‘addaba (أدب) artinya memberi adab.
2.      Pengertian Pendidikan Menurut Istilah
Dalam memperlihatkan arti atau pengertian dalam ilmu pendidikan islam, bergabai pendapat bermunculan dari kalangan besar pemikir dan intelek-intelek islam. Ada yang merumuskan bahwa pendidikan islam yaitu bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan aturan hukum agama islam mengenai terbentuknya kepribadian utama berdasarkan ukuran-ukuran agama islam.[2]
Merurut definisi diatas setidaknya harus ada 3 unsur yang mendukung tegaknya pendidikan islam. Pertama harus ada perjuangan usaha yang berupa bimbingan bagi pengembangan potensi jasmani dan rohani secara berimbangan. Kedua, perjuangan tersebut berdasarkan pada anutan ajaran islam. Ketiga, perjuangan tersebut bertujuan biar akseptor didik pada hasilnya mempunyai kebribadian yang utama dan sesuai  dengan ukuran islam (kepribadian muslim).
Menurut Miqdad Yelyin (seorang guru besar islam ilmu sosial di universitas Muhammad bin su’ud riyadl Saudi arabia) menyerupai yang dikutip oleh Munarji,  pendidikan islam yaitu usama menumbuhkan dan membentuk insan muslim yang tepat dari segala aspek yang bermacam macam seperi aspak kesehatan, akal, keyakinan, jiwa, kemauan, daya cipta dalam semua tingkat pertumbuhan yang disinari oleh cahaya yang dibawa oleh islam dengan versi dan metode-metode pendidikan yang ada diantaranya.[3]
Menurut Muhammad Al-Jumaly, pendidikan islam yaitu proses yang mangarahkan insan kepada kehidupan yang lebuh baik dan menyangkut  derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar atau fitrah dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar).[4]
Menurut I.L. Parasibu dan Simanjuntak pendidikan islam yaitu perjuangan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk mendorong, membantu, dan membimbing seseorang untuk menyebarkan segala potensinya serta mengubah diri sendiri, dari kwalitas satu ke kwalitas yang lebih tinggi.[5]
Kemudian berdasarkan Omar Muhammad At Taurny Al Syaibani, pendidikan islam yaitu perjuangan mengubah tingkah laris individu dalam kehidupan pribadiannya atau kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan alam sekitarnya  melalui proses pendidikan.[6]
Dengan demikian inti pokok pendidikan islam yaitu perjuangan pendewasaan insan seutuhnya (lahir dan batin) dalam arti tuntunan yang menuntut akseptor didik untuk mempunyai kemerdekaan berfikir, merasa, bertindak, dan berbicara serta percaya pada diri sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan sikap kehidupan sehari hari dengan berlandaskan ukuran-ukuran tertentu yang telah ditentukan dalam agama islam.
B.     OBJEK ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan islam mengidentifikasi target pada tiga pengembangan fungsi insan yang mana semua itu berjalan dengan misi agama islam yang bertujuan memperlihatkan rahmat bagi sekalian makhluk di alam ini.[7]
1.    Menyadarkan insan sebagai makhluk individu, yaitu makhluk yang hidup di tengah-tengah makhluk lain, insan harus memerankan fungsi dan tanggung jawabnya, insan akan bisa berperan sebagai makhluk Allah yang paling utama diantara makhluk lainnya dan memfungsikan sebagai kholifah di muka bumi ini.
2.    Menyadarkan insan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial insan harus mengadakan interaksi dengan sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Itulah sebabnya islam mengajarkan persamaan, persaudaraan, gotong royong, dan bermusyawarah dengan upaya membentuk masyarakat menjadi komplotan hidup yang utuh.
3.    Menyadarkan insan sebagai hamba Allah SWT. Manusia sebagai makhluk berketuhanan, sikap dan watak religiusitasnya perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga bisa  menjiwai dan mewarnai kehidupannya. Dalam fitrah insan telah diberikan kemampuan beragama. Dengan kesadaran demikian, insan sebagai kholifah dimuka bumi dan yang terbaik diantara makhluk lainnya akan mendorong untuk melaksanakan pengelolaan serta mendayagunakan ciptaan Allah untuk kesejahteraan hidup bersama dengan yang lainnya.
C.    RUANG LINGKUP ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Bahwasanya ada beberapa ruang lingkup pendidikan Islam antara lain :[8]
1.    Tujuan Pendidikan Ilmu
Secara umum, pendidikan Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman akseptor didik ihwal agama Islam, sehingga menjadi insan muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (GBPP PAI, 1994). Tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakekat pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya, contohnya ihwal :  
a.       Memperhatikan sifat-sifat dasar insan yaitu konsep ihwal insan sebagai makhluk unik yang mempunyai potensi bawaan menyerupai fitrah, talenta minat, dan huruf yang berkecenderungan pada Al-Hanif (rindu akan kebenaran dari Tuhan) berupa agama Islam sebatas kapasitas dan ukuran yang ada. Allah SWT. Bersabda :
وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ إِنَّآ أَعۡتَدۡنَا
 لِلظَّٰلِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمۡ سُرَادِقُهَاۚ وَإِن يَسۡتَغِيثُواْ يُغَاثُواْ بِمَآءٖ كَٱلۡمُهۡلِ يَشۡوِي
 ٱلۡوُجُوهَۚ بِئۡسَ ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتۡ مُرۡتَفَقًا ٢٩
Artinya : “Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan kalau mereka meminta minum, pasti mereka akan diberi minum dengan air menyerupai besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan kawasan istirahat yang paling jelek”. ( QS. Al Kahfi : 29).[9]
b.   Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam mengandung nilai yang sanggup meningkatkan kesejahteraan hidup insan di dunia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan di akherat.
2.    Pendidik
Saat ini pendidik diposisikan sebagai fasilitator/mediator yang bertugas menfasilitasi atau membantu siswa selama proses penbelajaran berlangsung. Pendidik tidak lagi dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi, alasannya yaitu informasi juga bisa diperoleh dari akseptor didik. Penciptaan suasana menyenangkan dan adanya kesadaran emosional yang tidak dalam keadaan tertekan akan mengaktifkan potensi otak dan mengakibatkan daya berpikir yang intuitif dan holistik.
3.    Peserta Didik
Siswa sebagai objek utama dalam pendidikan memegang peranan yang sangat strategis. Artinya bahwa siswa sanggup dijadikan sebagai salah satu indikator terwujudnya sekolah berkualitas. Siswa sebagai salah satu input di sekolah, sangat menghipnotis pembentukan sekolah yang berkualitas. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor, contohnya latar belakang akseptor didik, kemampuan akseptor didik, prinsip hidup, dan sebagainya.
4.    Model Pendidikan Islam
Model-model pembelajaran :
1.    Model pemprosesan informasi guru menjelaskan bagaimana siswa selaku individu memberi respon yang tiba dari lingkungannya.
2.    Model pribadi diorientasikan kepada perkembangan diri siswa selaku individu.
3.    Model interaksi sosial menekankan hubungan siswa dengan lingkungannya di sekolah, terutama di dalam kelas.
4.    Model sikap siswa diarahkan kepada suatu pola berguru yang lebih terfokus pada hal-hal yang spesifik.
5.    Materi Pendidikan Islam
Materi pendidikan Islam yang harus dipahami oleh akseptor didik yaitu Al-Qur’an. Baik ketrampilan membaca, menghafal, menganalisa, dan sekaligus mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dimaksudkan biar anutan yang terkandung di dalam Al-Qur’an tertanam dalam jiwa anak didik semenjak dini.
6.    Alat Pendidikan Islam
Merupakan alat-alat yang sanggup dipakai selama melaksanakan pendidikan Islam, biar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil.
7.    Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran pada khususnya, dan sistem pendidikan pada umumnya. Artinya penilaian merupakan suatu kegiatan yang mustahil dielakkan dalam setiap proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi, baik penilaian hasil berguru maupun penilaian pembelajaran, merupakan kepingan integral yang tidak terpisahkan dari kegiatan pendidikan.
D.    METODE DALAM PENDIDIKAN ISLAM[10]
Metode dalam pendidikan islam (Umum dan Agama Islam) mempunyai peranan penting dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang diciptakan bersama. Karena itu metode menjadi sebuah sarana yang bermakna dalam menyajikan pelajaran, sehingga sanggup membantu siswa memahami bahan-bahan pelajaran untuk mereka. Arifin Muzayin mengingatkan, bahwa tanpa metode suatu materi pelajaran tidak akan sanggup memproses secara efisien dan efektik dalam pendidikan.
Ada tiga pendekatan dalam kajian pendidikan yaitu pendekatan historis, filosofis, dan sosiologis. Pendekatan historis yaitu pendekatan keilmuan dengan sejarah. Pendidikan ini di komparasikan dengan fakta yang terjadi dan berkembang dalam waktu dan tempat-tempat tertentu un tuk mengetahui persamaan dan perbedaan dalam suatu permasalahan pendekatan filosofis yaitu pendekatan yang berafiliasi dengan kehidupan sosial. ketiga pendekatan ini sangat berkhasiat untuk mempelajari data yang relevan dengan permasalahan pendidikan.
Ada beberapa metode dalam melaksanakan pendidikan islam, setidaknya ada 15 metode, yaitu : ceramah, tanya, kunjungan ilmiah, korespondensi, hafalan, memberi pemahaman, memperlihatkan jawab, mengambil pelajaran, mengkongkritkan masalah, penugasan, peragaan, diskusi, mmemberi perumpamaan pengalaman, mempermudah, dan mengembirakan. Arifin Muzain, membagi metode-metode pendidikan Islam menjadi 16 macam, yaitu : berfikir, induktif deduktif, praktik, jihad, situasional, kelompok, intruksional, cerita, bimbingan, dan penyuluhan, pinjaman pola dan teladan, diskusi, soal-jawab, imstal, khitbah, targhib dan tarhieb, dan acquistion selaf education, serta taubat dan ampunan.
Dari dua teori diatas sepertinya metode-metode pendidikan islam cukup banyak, namun dalam keragaman metode tersebut antara yang satu dengan yang lainnya mempunyai kesamaan. Jika dikombinasikan berdasarkan dua teori diatas, maka metode-metode pendidikan Islam dan dibagi kedalam 11 macam, sesuai dengan metode-metode tersebut yaitu :
1.      Metode ceramah yaitu cara penyampaian materi pendidikan melalui komunikasi satu arah yaitu dari pendidik kepada akseptor didik (one way traffic comunication). Metode ini agak identik dengan tausiyah (memberi nasihat), dan khutbah.
2.      Metode soal jawab yaitu dengan cara, satu pihak memperlihatkan pertanyaan sementara piahak lainnya memperlihatkan jawaban. Dalam pengajaran, guru dan atau akseptor didik sanggup memperlihatkan pertanyaan ataupun jawaban.
3.      Metode I’tibar yaitu pendidikan yang dilakukan dengan cara mengambil pelajaran, hikmah, dan pengartian dari sebuah insiden dan atau kisah yang terjadi. Biasanya metode ini terkait dengan penyampaian metode Cerita atau Ceramah.
4.      Metode Resitasi yaitu metode pendidikan dengan pinjaman tugas. Biasanya metode ini terdiri dari kiprah individu dan kerja kelompok. Metode ini dimaksudkan biar proses mengetahui dan memahami ilmu pengetahuan lebih efektif.
5.      Metode diskusi yaitu pendidikan yang dilakukan dengan cara bertukar pikiran, pendapat dengan memutuskan pengertian dan sikap terhadap suatu masalah. Dengan metode ini akseptor didik akan mencapai titik kebenaran.
6.      Metode tamsiliyah yaitu cara memperlihatkan perumpamaan kepada yang lebih faktual. Pendidikan dengan metode ini sanggup memperlihatkan pelajaran-pelajaran berharga dari perumpamaan-perumpamaan kepada akseptor didik.
7.      Metode mukatabah yaitu pendidikan dengan cara korespondensi atau membuat surat-menyurat dalam banyak sekali tema (bahan pelajaran). Dengan metode ini hasil pengajaran yang disampaikan oleh pendidik akan lebih berkesan dan terkumpul dalam tulisan.
8.      Metode tafhim yaitu pendidikan dengan cara memahami apa-apa yang telah diperoleh dari berguru sendiri atau dengan  guru pendidik. Dengan metode ini akseptor didik dituntut untuk lebih aktif mendapat makna secara mendalam terhadap materi yang diterimanya.
9.      Metode dongeng yaitu pendidikan dengan membacakan sebuah dongeng yang mengandung pelajaran baik. Dengan metode ini akseptor didik sanggup menyimak kisah-kisah yang diceritakan oleh guru, kemudian mengambil pelajaran dari dongeng tersebut.
10.  Metode pemberitahuan pola dan tauladan yaitu pendidikan yang dilakukan dengan cara memperlihatkan contoh-contoh yang baik (uswahtun al-hasanah) berupa prilaku nyata, khususnya ibadah dan akhlak. Contoh tauladan ini merupakan pendidikan yang mengandung nilai paradadogis tinggi bagi akseptor didik.
11.  Metode aquistion atau self education yaitu metode pendidikan diri sendiri. Pendidikan dengan metode Self Education dilakukan dengan memperlihatkan dorongan biar akseptor didik sanggup berguru dan membina diri mereka sendiri, sehabis itu barulah sanggup membina orang lainnya.
Berdasarkan dari klarifikasi diatas jelaslah bahwa pentingnya metode dalam pendidikan. Karena dalam melaksanakan kegiatan berguru mengajar seorang guru menjalankan metode pembelajaran yang beraneka ragam akan membuat sarana kelas menjadi baik dan kelangsungan pembelajaran menjadi nyaman. Khususnya dalam pendidikan Islam.
E.     PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM[11]
Pendekatan berarti proses, perbuatan, dan cara mendekati. Dari pengertian ini pendekatan pendidikan' sanggup diartikan sebagai suatu proses, perbuatan, dan cara mendekati dan mempermudah pelaksanaan pendidikan. Jika dalam kegiatan pendidikan, metode berfungsi sebagai cara mendidik, maka pendekatatan berfungsi sebagai alat bantu biar penggunaan metode tersebut mengalami kemudahan dan keberhasilan. Selain metode-metode mempunyai peranan penting dalam kegiatan pendidikan Islam, pendekatan-pendekatan juga menempati posisi yang berarti pula untuk memantapkan penggunaan metode-metode tersebut dalam proses pendidikan, terutama proses berguru mengajar.
Pendekatan pendidikan Islam yang seharusnya dipahami dan dikembangkan oleh para pendidik yaitu meliputi:
1.      Pendekatan Psikologis. Yang tekanannya diutamakan pada dorongan-dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif, yaitu suatu dorongan yang mampu menggerakan daya kognitif (mencipta hal-hal baru), konatif (daya untuk berkemauan keras), dan afektif (kemampuan yang menggerakkan daya emosional). Ketiga daya psikis tersebut dikembangkan dalam ruang lingkup penghayatan dan pengamalan anutan agama di mana faktor-faktor pembentukan kepribadian yang berproses melalui individualisasi dan sosialisasi bagi hidup dan kehidupannya menjadi titik sentral perkembangannya.
2.      Pendekatan sosial-kultural: yang ditekankan pada perjuangan pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat, yang berorientasi kepada kebutuhan hidup yang semakin maju dalam berbudaya dan berperadaban. Hal ini banyak menyentuh permasalahan-permasalahan inovasi ke arah sikap hidup yang alloplastis (bersifat membentuk lingkungan sesuai dengan ilham kebudayaan modern yang dimilikinya), bukannya bersifat auto plastis (hanya sekedar mengikuti keadaan dengan lingkungan yang ada)
3.      Pendekatan Religik. Yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan (aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik yang cenderung ke arah komprehensif intensif dan ekstensif (mendalam dan meluas). Pandangan yang demikian, terpancar dari sikap bahwa segala, ilmu pengetahuan itu pada hakikatnya yaitu mengandung nilai-nilai ke-Tuhanan. Sikap yang demikian harus di internalisasikan (dibentuk dalam pribadi) dan di eksternalisasikan (dibentuk dalam kehidupan di luar diri pribadinya.
4.      Pendekatan historis, yang ditekankan pada perjuangan pengembangan pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses kesejarahan. Dalam hubungan ini penyajian serta faktor waktu secara kronologis menjadi titik tolak yang dipertimbangkan dan demikian pula faktor keteladanan merupakan proses identifikasi dalam rangka mendorong penghayatan dan pengamalan agama.
5.     Pendekatan komparatif. Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan membandingkan suatu tanda-tanda sosial keagamaan dengan aturan agama yang ditetapkan selaras dengan siatuasi dan zamannya. Pendekatan komparatif ini sering diwujudkan dalam bentuk komparatif  studi, baik di bidang hukum agama maupun j uga antara aturan agama itu sendiri dengan aturan lain yang berjalan, menyerupai aturan adat, aturan pidana/perdata, dan lain-lain.
6.      Pendekatan filosofis. Yaitu pendekatan yang berdasarkan tinjauan atau pandangan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada perjuangan mencapai kebenaran dengan menggunakan logika atau rasio. Pendekatan filosofis sering dipergunakan sekaligus dengan pola berpikir yang rasional dan membandingkan dengan pendapat-pendapat para hebat filsafat dari banyak sekali kurun zaman tertentu beserta aliran filsafatnya.
Pendekatan dalam pendidikan Islam merupakan suatu cara untuk mempermudah dalam kelangsungan berguru mengajar. Sehingga tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan dan lebih bisa memperlihatkan keberhasilan pendidikan anak didik yang berdasarkan Skill yang dimilikinya.
F.     TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Islam menghendaki biar insan dididik supaya ia bisa merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu berdasarkan Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat adz Dzariyat ayat 56 :
Dan Aku membuat Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu”.
a.    Dr. Ali Ashraf; ‘tujuan tamat pendidikan Islam yaitu insan yang menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah pada tingkat individu, masyarakat dan kemanusiaan pada umunya”.
b.    Muhammad Athiyah al-Abrasy. “the fist and highest goal of Islamic is moral refinment and spiritual, training” (tujuan pertama dan tertinggi dari pendidikan Islam yaitu kehalusan budi pekerti dan pendidikan jiwa)”
c.    Syahminan Zaini; “Tujuan Pendidikan Islam yaitu membentuk insan yang berjasmani berpengaruh dan sehat dan trampil, berotak cerdas dan berilmua banyak, berhati tunduk kepada Allah serta mempunyai semangat kerja yang hebat, disiplin yang tinggi dan berpendirian teguh”.
d.   Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya insan sebagai hamba Allah. Kaprikornus berdasarkan Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh insan yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Tujuan pendidikan Islam yaitu untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, logika pikiran, diri insan yang rasional, perasaan dan indra, lantaran itu, pendidikan hendaknya meliputi pengembangan seluruh aspek fitrah akseptor didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang tepat kepada Allah SWT, baik secara pribadi kontinuitas, maupun seluruh umat manusia.
Dalam  hal ini akseptor didik biar mereka bisa menjadi insan atau mengembalikan insan kepada fitrahnya yaitu kepada Rubbubiyah Allah sehingga mewujudkan insan yang :
1.      Berjiwa Tauhid
Tujuan pendidikan Islam yang pertama ini harus ditanamkan pada akseptor didik,sesuai dengan firman Allah yang artinya:
"Dan ingatlah saat Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memperlihatkan pelajaran kepadanya,Hai Anakku janganlah kau mempersekutukan ALLAH,sesungguhnya mempersekutukan Allah itu yaitu benar-benar kezhaliman yang besar. (QS.Luqman :13)
Manusia yang mengenyam pedidikan menyerupai ini sangat yakin bahwa ilmu yang ia miliki yaitu bersumber dari Allah, dengan demikian ia tetap rendah hati dan semakin yakin akan bebesaran Allah.
2.      Takwa Kepada Allah SWT
Mewujudkan insan yang bertaqwa kepada Allah merupakan tujuan pendidikan Islam, alasannya yaitu walaupun ia genius dan gelar akademiknya sangat banyak, tapi kalau tidak bertaqwa kepada Allah maka ia dianggap belum/tidak berhasil. Hanya dengan ketaqwaan kepada Allah saja akan terpenuhi keseimbangan dan kesempurnaan dalam hidup ini. Allah berfirman yang artinya :
"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kau di sisi Allah yaitu orang paling Taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi  Maha Mengenal" (QS.Al-Hujurat : 13)
3.      Rajin Beribadah dan Beramal Saleh
Tujuan pendidikan islam juga yaitu biar pesdik lebih rajin dalam beribadah dan berinfak saleh, apapun acara dalam hidup ini haruslah didasarkan untuk beribadah kepada Allah, lantaran itulah tujuan Allah membuat insan di muka bumi ini. Firman Allah yang artinya :
"Dan saya tidak membuat Jin dan insan melainkan supaya beribadah kepadaKU” (QS.Adz-Dzariyaat : 56)
Termasuk dalam pengertian beribadah tersebut yaitu berinfak shalih(berbuat baik)kepada sesama insan dan semua mahkluk yang ada dialam ini,karena dengan demikian akan terwujud keharmonisan dan kesempurnaan hidup.
4.      Ulil Albab
Tujuan pendidikan Islam berikutnya yaitu mewujudkan Ulil albab yaitu orang-orang yang sanggup memikirkan dan meneliti keagungan Allah melalui ayat-ayat qauliyah yang terdapat di dalam kitab suci Al-Qur'an dan Ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kekuasaan Allah) yang terdapat di alam semesta, mereka ilmuan dan intelektual, tetapi mereka juga rajin berzikir dan beribadah kepada Allah SWT. Firman Allah yang artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan ihwal penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau membuat ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS.Ali Imran :190-191)
5.      Berakhlakul Karimah
Pendidikan dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mencetak insan yang mempunyai kecerdasan saja, tapi juga berusaha mencetak insan yang berahklak mulia. Ia tidak akan menepuk dada atau bersifat arogan (congkak) dengan ilmu yang dimilikinya, alasannya yaitu ia sangat menyadari bahwa ia tidak pantas bagi dirinya untuk sombong bila dibandingkan ilmu yang dimiliki Allah, malah ilmu yang ia miliki pun serta yang membuat ia hingga pintar yaitu berasal dari Allah. Apabila Allah berkehendak Dia bisa mengambil ilmu dan kecerdasan yang dimiliki mahkluknya (termasuk Manusia) dalam waktu seketika. Allah mengajarkan insan untuk bersifat rendah hati dan berakhlak mulia. Allah berfirman yang artinya :
“Dan janganlah kau memalingkan mukamu dari insan (karena sombong) dan janganlah kau berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QS.Luqman :18)
G.     KEGUNAAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Kegunaan sanggup diartikan dengan manfaat atau sumbangan positif yang diberikan kepada insan dan lingkungan pendidikannya. Kalau berpatokan pada pandangan pragmatisme, setiap kebenaran hanya ada apabila memperlihatkan kegunaan dan manfaat. Dengan demkian, apabila pendidikan Islam tidak memperlihatkan kegunaan dan manfaat, lebih baik ditinggalkan atau jangan dipraktikan. Untuk mengetahui bahwa ilmu pendidikan Islam itu patut dan layak dikembangkan, harus diketahui kegunaannya.
Dilihat dari tujuan ilmu pendidikan Islam, yakin membuat insan yang beriman dan bertakwa, kegunaan pendidikan Islam yaitu sebagai berikut.[12]
  1. Menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan keberadaan Allah dan seluruh ciptaan-Nya kepada anak didik.
  2. Menguatkan doktrin dan memperkaya pandangan anak didik ihwal ajaran-ajaran Islam yang menjadi sumber kehidupan insan dan sumber ilmu pengetahuan.
  3. Menjadi jihad dijalan Allah lantaran menyebarkan ilmu pendidikan Islam merupakan ibadah.
  4. Memperluas penafsiran dan memperdalam pemaknaan ayat-ayat Al-Quran dan as-Sunah ihwal banyak sekali hal yang menyangkut hal yang universal
  5. Meyakinkan anak didik bahwa al-Quran tidak melewatkan satu problem yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
  6. Menunjukan kepada dunia barat bahwa anutan islam merupakan sumber anutan beragama dan ide-ide dasar dari seluruh pengetahuan yang perkembangannya tidak mengenal waktu.
  7. Secara praktis, ilmu pendidikan islam berkhasiat untuk memperlihatkan keterampilan hidup yang islami.
  8. Mencerdaskan anak didik.
  9. Membentuk anak didik.
  10. Membentuk watak yang mulia.
  11. Membentuk insan yang mempunyai kepedulian sosial, meneakan amar ma’ruf nahyi munkar.
  12. Mengembangkan forum pendidikan Islam biar bersaing dengan forum pendidikan umum atau sekuler.
  13. Mengkaji al-Quran dan as-Sunnah dan merumuskan teori-teori yang berkaitan dengan ilmu pendidikan islam.
  14. Mengembangkan teori dan menguji teori dengan paradigma pendidikan Ilsam.
  15. Mengkaji banyak sekali teori pendidikn barat dengan pendekatan ilmu pendidikan Islam.
  16. Menciptakan forum pendidikan islam yang bonafide.
  17. Membangun gambaran forum pendidikan Islam yang karismatik dan digandringi oleh umat Islam.
  18. Menyiapkan kader ulama yang mempuni dalam pendidikan Islam.
  19. Membuktikan banyak sekali ilham dasar ilmu pengetahuan yang terapat dalam al-Quran dan as-Sunnah kedalam realitas kehidupan dunia.  
         Semua kegunaan ilmu pendidikan islam di atas merupakan cambuk bagi umat Islam, terutama bagi para pendidik dan para pengurus forum prndidikan islam biar terus meningkatkan kualitas materi pendidikan Islam, sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk kemajuan pendidikan Islam.
        Manfaat dan kegunaan pendidikan Islam merupan kenikmatan atau sesuatu yag akan mengantarkan pada kenikmatan. Dengan bahasa lain merupakan tahshil al-ibqa. Maksudnya yaitu penghimpunan kenikmatan secara eksklusif dan penjagaan terhadap kenikmatan tersebut dengan cara menjaganya dari kemudaratan dan sebab-sebabnya. Kemaslahatan dn kegunaan pendidikan Islam merupakan dampak yang positif yang diterima oleh pihak pelaku dan pihak lain yang memilki huruf yang sama, sebagaimana pelakunya seorang diri, tetapi keuntungannya atau dampaknya sanggup menyeluruh.
H.    URGENSI MATA KULIAH ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI MAHASISWA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
    Sebenarnya agama Islam mengajarkan bahwa setiap umat islam wajib mendakwahkan dan mendidikkan anutan agama islam kepada yang lain. Sebagaimana di pahami dari firman allah berikut ini :
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ
هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ١٢٥
Artinya :
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan pesan tersirat dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui ihwal siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”  ( QS. An-Nahl :125)[13]
قَالَ كَلَّاۖ فَٱذۡهَبَا بِ‍َٔايَٰتِنَآۖ إِنَّا مَعَكُم مُّسۡتَمِعُونَ ١٥
Artinya :
Allah berfirman: "Jangan takut (mereka tidak akan sanggup membunuhmu), maka pergilah kau berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat-mukjizat); sebetulnya Kami bersamamu mendengarkan (apa-apa yang mereka katakan)” (QS. Asy-syuura :15)[14]
وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِٱ
لۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٠٤
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kau segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imron :104).[15]
وَٱلۡعَصۡرِ ١  إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢  إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣
Artinya : “Demi masa. Sesungguhnya insan itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-Ashr :1-3)[16]
Di dalam hadis Nabi SAW juga disebutkan “sampaikanlah anutan dariku walaupun sekedar satu ayat”(H.R.Bukhori),dan lain-lain.
Berdasarkan ayat-ayat dan hadis di atas tersebut sanggup dipahami bahwa siapapun sanggup menjadi pendidik agama islam, asalkan beliau mempunyai pengetahuan (kemampuan) lebih, bisa mengimplisitkan nilai relevan atau  (dalam pengetahuannya itu), yakni sebagai penganut yang patut di pola dalam agama serta nilainya kepada orang lain.
Namun demikian, pendidikan agama ternyata tidak hanya menyangkut problem transformasi anutan dan nilainya kepada pihak lain, tetapi hingga pada transinternsalisasi nilai anutan islam. Karena itu, lebih merupakan problem yang kompleks, dalam pengertian setiap kegiatan pembelajaran pendidikan agama akan berhadapan dengan permasalahan yang kompleks, contohnya problem keyakinan, keilmuan, penghayatan dan pengamalan anutan agama dari guru itu sendiri untuk dan ditransformasikan  dan disinternalisasikan kepada akseptor didik dengan banyak sekali karakteristiknya, dengan banyak sekali kondisi dan situasi ,berbagai hambatan yang perlu diperhitungkan, sarana yang diharapkan untuk mencapai keberhasilan pendidikan agama, cara atau pendekatan apa yang dipakai dalam pembelajarannya, bagaimana mengorganisasikan dan mengelola isi pembelajaran agama itu,hasil yang diharapkan dari kegiatan pendidikan agama itu, dan seberapa jauh tingkat efektivitas, efisiensinya, serta usaha-usaha apa yang dilakukan untuk mengakibatkan daya tarik bagi akseptor didik, demikian seterusnya.[17]
Karena itulah, setiap calon guru termasuk guru agama, perlu dipersiapkan dengan banyak sekali kemampuan tersebut di LPTK, dan untuk calon guru agama disiapkan di Fakultas/ jurusan Tarbiyah, sebagaimana tertuang dalam PP No.38 tahun 1992 bahwa calon tenaga pendidikan agama pada jenjang pendidikan dasar  dan menengah dididik sebagai calon guru mata pelajaran di forum pendidikan tenaga keguruan ( pasal 14 ayat 1). Sedangkan yang dimaksud dengan forum pendidikan tenaga keguruan dalam ayat tersebut yaitu Fakultas Tsrbiyysh.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam Undang-Undang Nomor 2/ 1989 Tentang Sistem Pendidikan nasional, pasal 39 ayat (2) dinyatakan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan antara lain wajib memuat pendidikan agama. Dan tenaga pengajar pendidikan agama harus beragama sesuai dengan agama yang diajarkan dan agama akseptor didik yang bersangkutan (baca UUSPN No. 2/1989 pasal 28 ayat 2). Bahkan didalam Tap MPR  Nomor II/MPR?1993 ihwal GBHN ditegaskan bahwa agama dijadikan penuntun dan pedoman bagi pengembangan dan penerapan IPTEK. Mengapa demikian ? lantaran kemajuan IPTEK  akan menjadi boomerang bagi umat insan tanpa diimbangi dengan nilai- nilai etik dan moral keagamaan.
Kenyataan tersebut memperlihatkan bahwa pendidikan agama mempunyai kedudukan penting dan strategis dalam pembangunan negara dan masyarakat Indonesia. Demikian strategisnya posisi pendidikan agama tersebut, sehingga Fakultas Tarbiyah masih sangat diharapkan eksistensinya untuk menyiapkan calon guru agama yang professional.
Hanya saja problem menantang kita yaitu mampukah Fakultas/Jurusan Tarbiyah menyiapkan lulusan yang siap pakai dan/atau yang bisa menjalankan tugas-tugas kependidikan dengan baik dan optimal.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Inti pokok pendidikan islam yaitu perjuangan pendewasaan insan seutuhnya (lahir dan batin) dalam arti tuntunan yang menuntut akseptor didik untuk mempunyai kemerdekaan berfikir, merasa, bertindak, dan berbicara serta percaya pada diri sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan sikap kehidupan sehari hari dengan berlandaskan ukuran-ukuran tertentu yang telah ditentukan dalam agama islam.
2.      Objek Ilmu Pendidikan Islam
a.       Menyadarkan insan sebagai makhluk individu
b.      Menyadarkan insan sebagai makhluk sosial
c.       Menyadarkan insan sebagai hamba Allah SWT
3.      Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam
a.       Tujuan Pendidikan Ilmu
b.      Pendidik
c.       Peserta Didik
d.      Model Pendidikan Islam
e.        Materi Pendidikan Islam
f.       Alat Pendidikan Islam
g.      Evaluasi
4.      Metode-metode pendidikan Islam ada 16 macam, yaitu : berfikir, induktif deduktif, praktik, jihad, situasional, kelompok, intruksional, cerita, bimbingan, dan penyuluhan, pinjaman pola dan teladan, diskusi, soal-jawab, imstal, khitbah, targhib dan tarhieb, dan acquistion selaf education, serta taubat dan ampunan
5.      Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
a.       Pendekatan Psikologis
b.      Pendekatan sosial-kultural
c.       Pendekatan Religik
d.      Pendekatan historis
e.       Pendekatan komparatif
f.       Pendekatan filosofis
6.      Tujuan Pendidikan Islam yaitu mengembalikan insan kepada fitrahnya yaitu kepada Rubbubiyah Allah sehingga mewujudkan insan yang :
a.       Berjiwa Tauhid
b.      Takwa Kepada Allah SWT
c.       Rajin Beribadah dan Beramal Saleh
d.      Ulil Albab
e.       Berakhlakul Karimah
7.      Kegunaan Ilmu Pendidikan Islam :
a.       Menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan keberadaan Allah dan seluruh ciptaan-Nya kepada anak didik.
b.      Menguatkan doktrin dan memperkaya pandangan anak didik ihwal ajaran-ajaran Islam yang menjadi sumber kehidupan insan dan sumber ilmu pengetahuan.
c.       Menjadi jihad dijalan Allah lantaran menyebarkan ilmu pendidikan Islam merupakan ibadah.
8.      Telah diketahui bahwa urgensi pembelajaran ilmu pendidikan islam sangatlah fundamental dan kompleks di setiap segi kehidupan, oleh lantaran itu mahasiswa fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan diwajibkan mengikuti mata kuliah ini dengan dasar untuk bekal dalam penyebaran islam dan sebagai materi berguru menghadapi masa depan sebagai profil guru dan panutan yang bernafaskan islam.
B.     SARAN
1.      Hendaknya makalah ini sanggup dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran bagi pembaca. Dan makalah ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak, utamanya bagi penyusun dan pembaca

DAFTAR PUSTAKA
H. Ramayulis, 2002, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : kalam mulia,
Ahmad d. marimba, 1974, pengantar filsafat pendidikan islam, bandung , PT.Al-maarif,
Munardji, 2004, ilmu pendidikan islam, Jakarta, PT. Bina ilmu, hal 7
Muhammad fadhil al-jumaly, 1996, tarbiyah al-insan al jaded, Tunisia, ma’tabad al ijtihad,
I.L. Parasibu dan Simanjuntak, 1978, pendidikan nasional, Bandung, Tarsito,
Omar Muhammad At Taurny Al Syaiban, 1979, Filsafat Pendidikan Islam, (Terjemah Hasan Lunggulung), Jakarta, Bulan Bintang,
 Arifin H.M., 2008Ilmu Pendidikan Islam tinjauan Teoritis dan Mudah berdasarkan pendekatan indisipliner,  Jakarta, PT. Bumi Aksara,
Al Muyasar, 2007, Al Alquran Dan Terjemahannya, Bandung, Sinar Baru Algesindo,
Al Muyasar, 2007, Al Alquran Dan Terjemahannya, Bandung, Sinar Baru Algesindo,
Beni Ahmad Saebani & Hendra akhdhiyat, 2012, Ilmu Pendidikan Islam Jiid 1. Bandung,  Pustaka Setia,
Muhaimin, 2012, paradigm pendidikan islam, Bandung, Remaja Rosdakarya,


[1] H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : kalam mulia, 2002, hal 33
[2] Ahmad d. marimba, pengantar filsafat pendidikan islam, bandung , PT.Al-maaririf, 1974, hal 26
[3] Munardji, ilmu pendidikan islam, Jakarta, PT. Bina ilmu, 2004, hal 7
[4] Muhammad fadhil al-jumaly, tarbiyah al-insan al jaded, Tunisia, ma’tabad al ijtihad, 1996, hal. 2
[5] I.L. Parasibu dan Simanjuntak, pendidikan nasional, Bandung, Tarsito, 1978, Hal 16
[6] Omar Muhammad At Taurny Al Syaiban, Filsafat Pendidikan Islam, (Terjemah Hasan Lunggulung), Jakarta, Bulan Bintang, 1979, Hal. 339
[7]  Arifin H.M., Ilmu Pendidikan Islam tinjauan Teoritis dan Mudah berdasarkan pendekatan indisipliner,  Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2008
Al Muyasar, 2007, Al Alquran Dan Terjemahannya, Bandung, Sinar Baru Algesindo,
Al Muyasar, 2007, Al Alquran Dan Terjemahannya, Bandung, Sinar Baru Algesindo,
M. Ridwan,
[11] Ibid.,
[12] Beni Ahmad Saebani & Hendra akhdhiyat, Ilmu Pendidikan Islam Jiid 1. Bandung,  Pustaka Setia, 2012
[13]Al Muyasar, Al Alquran Dan Terjemahannya, Bandung, Sinar Baru Algesindo, 2007, Hal. 553
[14] Ibid., Hal. 747
[15] Ibid., Hal 121
[16] Ibid., Hal 1360
[17] Muhaimin,paradigm pendidikan islam, Bandung, Remaja Rosdakarya,2012, Hal, 125

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel