Penyakit Hepatitis Dan Kanker Hati



Virus Hepatitis E Paling Bandel
Selain hepatitis A, B dan C, dunia medis juga mengenal istilah hepatitis D, E, F maupun G. Meskipun masyarakat masih awam, namun keempat jenis virus hepatitis ini tetap harus diwaspadai lantaran sama bahayanya.

HEPATITIS D
Ahli penyakit dalam RS Adi Husada Undaan Wetan, dr Sugiarto Widjaja SpPD, mengatakan, penyakit hepatitis D disebabkan oleh virus hepatitis D. Uniknya penyakit ini hanya sanggup terjadi bila badan seseorang juga kehadiran virus lain, yaitu virus hepatitis B.
“Dapat disimpulkan bahwa seorang penderita sanggup terjangkit hepatitis D bila sebelumnya pernah menderita hepatitis B,” kata Sugiarto.
Lebih lanjut diungkapkan, munculnya virus hepatitis D berawal dari virus hepatitis B. Virus ini hidup menumpang (parasit) di virus hepatitis B. Pengobatan penyakit ini sanggup dilakukan ibarat kita mencegah hepatitis B. “Penularan virus ini juga sama dengan virus hepatitis B, yaitu melalui cairan tubuh,” ujarnya.
Hepatitis D menular di antaranya melalui darah yang terinfeksi. Orang-orang yang berisiko terkena hepatitis D yakni pengguna narkoba yang sering menggunakan jarum suntik bersama-sama.
Penderita hepatitis B juga berisiko tertular jikalau berafiliasi seks dengan orang yang terinfeksi hepatitis D, atau jikalau mereka tinggal dengan orang yang terinfeksi. Untuk mencegahnya, tentu saja, yakni dengan menghindari serangan virus hepatitis B, yaitu dengan cara imunisasi. Selain itu dengan menghindari terkena darah yang terinfeksi, jarum yang terkontaminasi, atau barang-barang eksklusif penderita; ibarat sikat gigi, pisau cukur, dan gunting kuku.

HEPATITIS E
Virus hepatitis E kali pertama ditemukan di New Delhi, India. Umumnya virus ini menyerang remaja sampai de wasa dengan rentang usia antara 15 40 tahun. Virus hepatitis E memiliki huruf ibarat hepatitis A, yaitu bandel.
“Saking bandelnya basuh tangan dengan sabun saja tidaklah cukup. Kita wajib basuh tangan dengan air mengalir, sehingga dipastikan semua virus di tangan sanggup hanyut terbawa air,” terperinci Sugiarto.
Diungkapkannya, transmisi virus ini umumnya terjadi melalui air dan makanan yang tidak terjaga kebersihannya. Sehingga seringkali epidemi hepatitis E terjadi sesudah ekspresi dominan hujan, di mana banyak air dan sampah menggenang. Virus hepatitis E juga lebih gampang menyebar pada tempat yang memiliki sanitasi buruk.”
 “Pencegahan maupun pengobatan hepatitis E sama dengan pencegahan dan pengobatan hepatitis A,” ungkapnya.
Tanda-tanda orang yang terkena hepatitis E ini lebih sering terlihat pada orang cukup umur ketimbang anak-anak. Gejala yang biasanya muncul secara tiba- datang contohnya demam, rasa letih, hilang nafsu makan, rasa mual, sakit perut, air seni berwarna tua, serta warna kekuningan pada mata dan kulit. Penyakit hepatitis E terjadi lebih parah pada perempuan hamil, terutama pada tiga bulan terakhir masa kehamilan. “Masa inkubasi hepatitis E rata-rata 40 hari dengan rentang antara 15-60 hari,” terperinci Sugiarto.

HEPATITIS F
Sugiarto menjelaskan, identifikasi virus penyakit hepatitis F sampai kini masih tidak jelas. Hepatitis F merupakan sebuah hipotesis, artinya apabila ada virus hepatitis yang belum teridentifikasi dengan terperinci untuk sementara akan digolongkan sebagai virus hepatitis F.
Dia bercerita, pada tahun 1994 pernah masuk laporan dari salah satu organisasi kesehatan bahwa telah ditemukan sesuatu ibarat virus dalam dalam darah pasien yang menjalani transfusi. Virus tersebut bukan masuk virus HAV, HBV, HCV maupun HEV. Tetapi
setelah disuntikkan pada seekor kera, ternyata hewan tersebut memiliki penyakit hepatitis yang kemudian untuk sementara disebut sebagai hepatitis F atau virus Toga.
“Tidak tertutup kemungkinan ketika itulah telah diketemukan virus hepatitis baru. Sampai kini semua itu masih terus diteliti,” terperinci Sugiarto.

HEPATITIS G
Virus hepatitis terakhir yang ditemukan sesudah hepatitis F dinamai hepatitis G atau GB Virus C (GBV-C). Namanya memang agak beda lantaran diduga virus ini masih ada hubungannya dengan virus hepatitis B maupun C.
Sugiarto menjelaskan, sebetulnya virus hepatitis G ini tidak terbukti menimbulkan penyakit pada insan walaupun diketahui telah sanggup menginfeksi manusia. Pada insan yang kondisi fisiknya normal (sehat), virus ini sanggup hilang dengan sendirinya sesudah satu tahun.
“Namun kadang kala pada beberapa orang sanggup beberapa tahun, tergantung daya tahan badan setiap orang yang terjangkit virus ini,” urainya.
Dari penelitian yang dilakukan, sambung Sugiarto, diketahui bahwa virus GBV-C sering didapati pada penderita HIV. Uniknya lagi, virus GBV-C ini ternyata sanggup memperlambat serangan HIV terhadap badan manusia. “Selama tidak menimbulkan penyakit, mereka yang terinfeksi virus hepatitis G tidak perlu khawatir. Banyak jenis virus yang menginfeksi badan kita, tetapi tidak semuanya mengganggu kesehatan,” ingatnya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel