Keutamaan Perempuan Sholehah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wanita yakni salah satu makhluk ciptaan Allah Subhaanahu wata’ala yang mulia. Karakteristik perempuan berbeda dari pria dalam beberapa aturan contohnya aurat perempuan berbeda dari aurat laki-laki. Wanita mempunyai kedudukan yang sangat agung dalam islam. Islam sangat menjaga harkat, martabat seorang wanita. Wanita yang mulia dalam islam yakni perempuan muslimah yang sholihah.
Secara umum, perempuan shalihah yakni perempuan yang selalu menunaikan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Karena dengan taat kepada Allah, dengan sendirinya ia akan taat kepada Rasul-Nya. Sehingga ia akan mempunyai tanggung jawab moral dan tugas yang besar terhadap kehidupan bermasyarakat, ia mengetahui tanggung jawab hari ini dan hari setelah kematian, sehingga ia menyempatkan diri untuk melengkapi dirinya dengan dogma dan ilmu.
Wanita shalihah faham, bahwa dengan bekal dogma dan ilmu akan menyebabkan insan yang mempunyai kegunaan dalam kehidupan bermasyarakat dan akan diangkat derajatnya oleh Allah Ta’ala. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11 yang artinya :
Artinya :“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
BAB II
PEMBAHASAN
Rumah tangga nan senang & serasi merupakan idaman bagi setiap mukmin. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi teladan kepada kita, mengenai cara membina keharmonisan rumah tangga. Sungguh pada diri Rasulullah itu terdapat teladan nan paling baik. Dan seorang suami harus menyadari, bahwa dlm rumahnya itu ada pendekar di balik layar, pembawa ketenangan & kesejukan, yakni sang istri. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
الدُّنْيَا كُلُّهَا مَتَاعٌ, وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الزَّوْجَةُ الصَّالِحَةُ
“Dunia itu penuh dgn kenikmatan. Dan sebaik-baik kenikmatan dunia yaitu istri nan shalihah”
Pandai-Pandailah Merawat Istri
Oleh alasannya yakni itu, seorang suami harus bakir memelihara & menjaga istrinya secara lahir batin. Sehingga bisa menjadi istri nan ideal, ibu rumah tangga nan baik & bertanggung jawab. Suasana serasi sangat ditentukan dgn kolaborasi nan anggun antara suami istri dlm membuat suasana nan aman & hangat, tak membosankan, apalagi menjemukan.
Salah 1 teladan suasana serasi dlm rumah tangga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah Beliau memanggil ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha dgn panggilan kesayangan & mengabarkan kepadanya isu nan membuat jiwa ‘Asiyah menjadi sangat bahagia.
‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha bercerita sebagai berikut, pada suatu hari Rasulullah berkata kepadanya.
يَا عَائِشُ, هَذَا جِبْرِيْلُ يُقْرِئُكِ السَّلاَمَ
“Wahai ‘Aisy (panggilan kesayangan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha), Malaikat Jibril tadi memberikan salam buatmu”. [Muttafaqun ‘alaihi]
Itulah salah 1 teladan cara membuat suasana serasi dlm rumah tangga yaitu memanggil istri dgn panggilan kesayangan. kita ini masih sering melihat kaum suami nan memanggil istrinya seenaknya saja. Kadang kala memanggil istrinya dgn cacat & kekurangannya. Kalau begitu sikap suami, bagaimana mungkin keharmonisan sanggup tercipta? Bagaimana mungkin akan tumbuh rasa cinta istri kepada suami?
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam -selaku Nabi umat ini nan paling tepat akhlaknya & paling tinggi derajatnya- telah memperlihatkan sebuah teladan nan berharga dlm hal berlaku baik kepada sang istri & dlm hal kerendahan hati, serta dlm hal mengetahui impian & kecemburuan wanita. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menempatkan mereka pada kedudukan nan diidam-idamkan oleh seluruh kaum hawa. Yaitu menjadi seorang istri nan mempunyai kedudukan terhormat di samping suaminya.
‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha menuturkan:
كُنْتُ أَشْرَبُ وَأَنَا حَائِضٍ, فَأُنَاوِلُهُ النَّبِيَ فَيَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْضِعِ فِيّ وَ أَتَعَرَّقُ العَرَقَ فَيَتَنَاوَلُهُ وَ يَضَعُ فَاهُ فِي مَوْضِعِ فِيّ
“Suatu ketika saya minum, ketika itu saya sedang haidh, lantas saya memperlihatkan gelasku kepada Rasulullah & ia meminumnya dari verbal gelas daerah saya minum. Dalam kesempatan lain saya memakan sepotong daging, lantas ia mengambil potongan daging itu & memakannya tepat di daerah saya memakannya.”[HR Muslim]
Kalau Perlu Sepiring Berdua Begitulah kemesraan sanggup tercipta, yaitu membuat rasa saling memiliki, senasib & sepenanggungan. Sepiring berdua, segelas berdua, makan berjama’ah serta beberapa hal lain nan dianjurkan oleh Rasulullah semoga dilakukan bersama oleh sepasang suami istri Dengan demikian akan tercipta rasa saling memahami 1 sama lain. Sekarang ini jarang kita ini lihat suami nan peka terhadap perasaan istrinya. Si istri makan ala kadar di rumah sementara suami jajan sepuasnya di luar Wajar bila rasa saling curiga tumbuh sedikit demi sedikit. Bahkan tak sedikit pasangan suami istri nan cekcok gara-gara kasus sepele.
B. Sering Mencium Istri, Tabukah
Diriwayatkan oleh ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha bahwa ia berkata:
أَنَّ النَّبِيَ قَبَّلَ امْرَأَةً مِنْ نِسَائِهِ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ وَلَمْ يَتَوَضَّأْ
“Rasulullah pernah mencium salah seorang istri ia gres kemudian berangkat menunaikan shalat tanpa memperbaharuhi wudh”. [HR Abu Dawud & Tirmidzi]
Budaya mencium istri agaknya masih absurd di tengah masyarakat kita, khususnya masyarakat timur. Bahkan masih banyak nan menggapnya tabu, mereka mengklaimnya sebagai budaya barat. Namun anggapan itu terbantah dgn riwayat nan kita ini bawakan tadi. Tentu saja mencium istri nan kita ini maksud di sini bukanlah mencium istri di depan umum atau di hadapan orang banyak. Sebenarnya banyak sekali pesan yang tersirat sering-sering mencium istri. Sering kita ini lihat sepasang suami istri nan saling cuek. Kadang kala si suami pergi tanpa diketahui oleh istrinya kemana suaminya pergi. Buru-buru melepasnya dgn ciuman, menanyakan kemana perginya saja tak sempat. Sang suami keburu pergi menghilang, adakala tanpa pamit & tanpa salam? Coba lihat bagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bergaul dgn istri-istri beliau. Sampai-sampai Rasulullah menyempatkan mencium istri ia sebelum berangkat ke masjid.
C. Ungkapkanlah Rasa Cinta Kepada Istri
Dalam banyak sekali kesempatan Rasulullah selalu menjelaskan dgn gamblang tingginya kedudukan kaum perempuan di sisi beliau. Mereka –kaum hawa- mempunyai kedudukan nan agung & derajat nan tinggi. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah menjawab pertanyaan ‘Amr bin Al-‘Ash Radhiyallahu anhu seputar dilema ini, ia jelaskan kepadanya bahwa menyayangi istri bukanlah suatu hal nan tabu bagi seorang lelaki nan normal.
‘Amr bin Al-‘Ash Radhiyallahu anhu pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu لlaihi wa sallam: “Siapakah orang nan paling engkau cintai ?” ia menjawab: “’Aisyah ” [Muttafaqun ‘alaihi]
Bagi nan mengidamkan keharmonisan rumah tangga, hendaklah sering-sering membaca kisah-kisah ‘Aisyah Radhiallahu ‘asha bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Dan mempelajari bagaimana kiat-kiat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membahagiakan ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha.
Aisyah Radhiallahu ‘anha bercerita:
كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَ رَسُوْلُ اللهِ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ
Aku biasa mandi berdua bersama Rasulullah Shallallahu لlaihi wa Sallam dari 1 bejana. [HR Bukhari].
D. Manfaatkan Setiap Kesempatan
Rasulullah tak pernah melewatkan sediktpun kesempatan kecuali ia manfaatkan utk membahagiakan & menyenangkan istri melalui hal-hal nan dibolehkan.
Aisyah Radhiallahu ‘Anha mengisahkan: “Pada suatu ketika saya ikut bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dlm sebuah lawatan. Pada waktu itu saya masih seorang gadis nan ramping. Beliau memerintahkan rombongan semoga bergerak terlebih dahulu. Mereka pun berangkat mendahului kami. Kemudian ia berkata kepadaku: “Kemarilah kini kita ini berlomba lari. ” Aku pun meladeninya & kesannya saya sanggup mengungguli beliau. Beliau hanya membisu saja atas keunggulanku tadi. Hingga pada kesempatan lain, ketika saya sudah agak gemuk, saya ikut bersama ia dlm sebuah lawatan. Beliau memerintahkan rombongan semoga bergerak terlebih dahulu. Kemudian ia mengajakku berlomba kembali. Dan kesannya ia sanggup mengungguliku. Beliau tertawa seraya berkata: “Inilah penebus kekalahan nan kemudian ” [HR Ahmad]
Sungguh sebuah permainan nan sangat mengasyikkan & cukup menghibur. Beliau perintahkan rombongan utk berangkat terlebih dahulu semoga ia sanggup menghibur hati sang istri dgn mengajaknya berlomba lari. Kemudian ia memadukan permainan nan kemudian dgn nan baru, ia berkata: “Inilah penebus kekalahan nan kemudian “
Bagi mereka nan sering bepergian melanglang buana serta memperhatikan dongeng orang-orang top & terkemuka, pasti akan takjub melihat perbuatan Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam. Beliau yakni seorang nabi nan mulia, pemimpin nan selalu berjaya, berasal dari keturunan nan terhormat, yakni suku Quraisy & Bani Hasyim. Pada saat-saat mengecap kemenangan & kembali dari sebuah peperangan bersama rombongan pasukan, namun demikian ia tetap sebagai seorang suami nan penuh kasih sayang & rendah hati terhadap istri-istri beliau. Kedudukan ia sebagai pemimpin pasukan, perjalanan panjang nan ditempuh, serta kemenangan demi kemenangan nan diraih di medan pertempuran, tak membuat ia lupa bahwa ia di sisi ia telah setia menunggu para istri nan sangat membutuhkan sentuhan lembut & bisikan manja. Agar sanggup menghapus beban berat perjalanan nan sangat meletihkan.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali dari peperangan Khaibar, ia menikahi Shafiyyah binti Huyaiy Radhiallahu ‘anha. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salla mmengulurkan tirai di bersahabat unta nan akan ditunggangi utk melindungi Shafiyyah Radhiallahu ‘anha dari pandangan orang. Kemudian ia duduk bertumpu pada lutut di sisi unta tersebut, ia persilakan Shafiyyah Radhiallahu ‘anha utk naik ke atas unta dgn bertumpu pada lutut beliau.
Pemandangan ibarat ini memperlihatkan kesan begitu mendalam nan memperlihatkan ketawadhu’an beliau. Rasulullah -selaku pemimpin nan berjaya & seorang nabi nan diutus- memperlihatkan teladan kepada umatnya bahwa bersikap tawadhu’ kepada istri, mempersilakan lutut ia sebagai tumpuan, membantu pekerjaan rumah, membahagiakan istri, sama sekali tak mengurangi derajat & kedudukan beliau.
Kalau kita ini bandingkan dgn sikap & sikap para suami kini ini, adakala kesibukan mereka di luar rumah & kegiatan-kegiatan mereka lainnya disamping mencari nafkah kadang mengenyampingkan hak istri. Para istri tak lagi menerima kemanjaan & hiburan dari suaminya. Namun nan ditemui sang istri yakni wajah suaminya nan berkurut kolam jeruk purut alasannya yakni kelelahan atau alasannya yakni kesal di luar rumah atau alasannya yakni masalah-masalah di luar rumah nan menghimpitnya? Jangankan waktu bermain atau bercanda & bersenda gurau, adakala waktu mengobrol saja tak ada Jika demikian keadaannya bagaimana mungkin keharmonisan rumah tangga sanggup tercipta?
E. Poligami, Merusak Keharmonisan
Syariat Islam membenarkan para suami utk menikahi lebih dari 1 istri, mereka diizinkan menikahi 4 istri bila mempunyai kesanggupan utk itu. Dan para suami diperintahkan berlaku adil terhadap istri-istrinya, adil dlm dilema pembagian giliran & nafkah. Dan sebagaimana nan sudah dimaklumi bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi 9 perempuan nan kemudian dikenal dgn sebutan Ummahatul Mukminin Radhiallahu ‘anhum. Rasulullah merupakan teladan terbaik dlm hal berlaku adil kepada para istri, dlm hal pembagian giliran ataupun urusan lainnya. ‘Aisyah Radhiallahu anha pernah mengungkapkan:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ إِذَا أَرَادَ سَفَرًا أَقْرَعَ بَيْنَ نِسَائِهِ, فَأَيَّتُهُنَّ خَرَجَ سَهْمُهَا خَرَجَ بِهَا مَعَهُ, وَكَانَ يُقَسِّمُ لِكُلِّ امْرَأَةٍ مِنْهُنَّ يَوْمَهَا وَلَيْلَتَهَا
Setiap kali Rasulullah Shallallahu لlaihi wa sallam hendak melaksanakan lawatan, ia selalu mengundi para istri. Bagi nan terpilih akan menyertai ia dlm lawatan tersebut. Beliau membagi giliran bagi setiap istri masing-masing sehari semalam. [HR Muslim]
Riwayat Anas berikut ini memaparkan kepada kita ini salah 1 bentuk keadilan ia kepada para istri. Anas Radhiyallahu anhu menceritakan:
كَانَ لِلنَّبِيِّ تِسْعُ نِسْوَةٍ, فَكَانَ إِذَا قَسَّمَ بَيْنَهُنَّ لاَ يَنْتَمِي إِلَى المَرْأَةِ الأُوْلَى إِلاَّ فِي تِسْعٍ, فَكُنَّ يَجْتَمِعْنَ كُلَّ لَيْلَةٍ فِي بَيْتِ الَّتِي يَأْتِيْهَا, فَكَانَ فِي بَيْتِ عَائِشَةَ, فَجَاءَتْ زَيْنَبُ فَمَدَّ يَدَهُ إِلَيْهَا فَقَالَتْ عَائِشَةُ: هَذِهِ زَيْنَبُ فَكَفَّ النَّبِيُ يَدَهُ…”
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mempunyai 9 orang istri. Apabila ia telah membagi giliran bagi para istri, ia hanya bermalam di rumah istri nan datang masa gilirannya. Biasanya para Ummahaatul Mukminin berkumpul setiap malam di rumah daerah ia bermalam. Pada suatu malam, mereka berkumpul di rumah ‘Aiysah Radhiallahu ‘anha nan sedang datang masa gilirannya. Rasulullah mengulurkan tangannya kepada Zaenab Radhiallahu ‘anha nan hadir ketika itu. ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha berkata: “Itu Zaenab ” Beliau segera menarik tangannya kembali. [Muttafaqun ‘alaihi]
Begitulah keadilan nan dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu لlaihi wa sallam. Namun kini ini masih ada kita ini temui para suami nan melaksanakan sunnah ta’addud (poligami) nan mengabaikan hak salah 1 istrinya. Bahkan tragisnya berakhir pada penyia-nyiaan hak salah 1 istrinya, apakah itu istri nan pertama ataupun nan kedua. Karena dlm pandangan syariat tak ada bedanya kedudukan istri pertama dgn istri kedua, ketiga ataupun keempat.
Hendaklah para suami nan melaksanakan sunnah ta’addud hendaklah meneladani Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dlm bersikap adil terhadap para istri & dlm memenuhi hak istri-istrinya. Sehingga sunnah ta’addud ini tak menjadi momok dlm rumah tangga nan kerap kali diasumsikan bakal merampas keharmonisan rumah tangga. Asumsi ibarat itu telah dibantah oleh Rasulullah Shallallahu لlaihi wa sallam, ia menandakan bahwa banyak istri itu tidaklah mengurangi keharmonisan rumah tangga.
F. Ajak Istri Beribadah Bersama
Demikianlah suasana rumah tangga Rasulullah, suasana serasi ibarat itu hanya sanggup terwujud dgn bimbingan taufik & hidayah dari Allah. Salah 1 faktor terbinanya rumah tangga nan serasi bahkan merupakan pilar utamanya yakni beribadah bersama. Suami hendaklah mengajak istrinya utk beribadah bersama, ibarat shalat malam bersama, shaum sunnat bersama, & beberapa ibadah lain nan bisa dilakukan bersama-sama. Rasulullah Shallallahu لlaihi wa sallam telah mencontohkan hal itu. Beliau senantiasa menganjurkan istri-istri ia utk ulet beribadah serta membantu mereka dlm melaksanakan ibadah, sesuai dgn perintah Allah Subhanaahu wa Taala.
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat & bersabarlah kau dlm mengerjakannya. Kami tak meminta rizki kepadamu, Kamilah nan memberi rizki kepadamu. Dan akhir (yang baik) itu yakni bagi orang nan bertaqwa. [ Thaaha/20:132]
‘Aisyah Radhiallahu ‘anha menceritakan:
كَانَ النَّبِيُ يُصَلِّي وَأَنَا رَاقِدَةٌٌ مُعْتَرِضَةٌ عَلَى فِرَاشِهِ, فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يُوتِرَ أَيْقَظَنِي
Rasulullah Shallallahu لlaihi wa sallam biasa mengerjakan shalat malam sementara saya tidur melintang di hadapan beliau. Beliau akan membangunkanku bila hendak mengerjakan shalat witir. [Muttafaqun ‘alaihi].
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menghimbau umatnya utk mengerjakan shalat malam & menganjurkan semoga suami istri hendaknya saling membantu dlm mengerjakannya. Sampai-sampai sang istri boleh memakai cara terbaik utk itu, yaitu dgn memercikkan air ke wajah suaminya demikian pula sebaliknya. Abu Hurairah Radhiyallahu anhu meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah bahwa ia bersabda:
رَحِمَ اللهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا المَاءَ, رَحِمَ اللهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ المَاءَ
Semoga Allah Subhanaahu wa Ta’ala merahmati seorang suami nan bangkit pada malam hari utk mengerjakan shalat malam kemudian membangunkan istrinya utk shalat bersama. Bila si istri enggan, ia memercikkan air ke wajah istrinya (supaya bangun). “Semoga Allah Subhanaahu wa Ta’ala merahmati seorang istri nan bangkit pada malam hari utk mengerjakan shalat malam kemudian membangunkan suaminya utk shalat bersama. Bila si suami enggan, ia memercikkan air ke wajah suaminya (supaya bangun). [HR Ahmad].
G. Jagalah Penampilanmu
Diantara faktor pendukung terciptanya suasana serasi yakni selalu menjaga penampilan. Seorang suami ataupun istri hendaklah selalu menjaga penampilan masing-masing. Hindarilah penampilan nan berserakan & busuk nan tak sedap. Perhatian seorang muslim terhadap penampilan lahiriyah sebagai suplemen bagi kesucian batinnya termasuk salah 1 bentuk kesempurnaan pribadi. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yakni teladan nan paling baik. Beliau yakni seorang nan suci lahir maupun batin, ia menyenangi wangi-wangian & siwak & ia menganjurkan umatnya utk itu. Rasulullah Shallallahu لlaihi wa sallam bersabda:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ إِذَا قَامَ مِنَ النَّوْمِ يَشُوْصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ
Seandainya tak menyusahkan umatku, pasti akan kuperintahkan mereka utk bersiwak setiap kali hendak shalat. [HR Muslim]
Hudzaifah Radhiyallahu anhu berkata:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ إِذَا قَامَ مِنَ النَّوْمِ يَشُوْصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ.
Rasulullah Shallallahu لlaihi wa Sallam biasa menggosok giginya dgn siwak setiap kali bangkit dari tidur. [H. R Muslim].
Syuraih bin Hani’ berkata: “Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha: ‘Apa nan pertama sekali dilakukan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam setiap kali memasuki rumahnya ?” ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha menjawab: “Beliau memulainya dgn bersiwak. ” [HR Muslim].
Betapa besar perhatian ia terhadap kebersihan ia mempersiapkan diri sebaik mungkin utk bertemu dgn keluarga.
Beliau selalu membaca doa setiap kali memasuki rumah, sebagai berikut:
بِسْمِ اللهِ وَلَجْنَا, وَ بِسْمِ اللهِ خَرَجْنَا, وَعَلَى رَبِّنَا تَوَكَّلْنَا, ثُمَّ يُسَلِّمُ عَلَى أَهْلِهِ
Dengan menyebut nama Allah kami masuk (ke rumah), & dgn menyebut nama Allah kami keluar (darinya), & kepada Rabb kami, kami bertawakkal. Kemudian ia mengucapkan salam kepada keluarganya. [HR Abu Dawud]
Wahai saudaraku sekalian para pemimpin rumah tangga, bahagiakanlah keluargamu dgn penampilan nan higienis & ucapan salam ketika menemui mereka. Janganlah engkau ganti dgn cacian, makian & bentakan. Ciptakanlah suasana serasi dlm rumah tanggamu & jadikanlah rumahmu sebagai nirwana bagimu, bagi istri & anak-anakmu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wanita Shalihah ialah perempuan yang senantiasa bertaqwa kepada Allah Ta’ala, yakni perempuan yang senantiasa melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Adapun yang menjadi ciri perempuan sholihah ialah :
1. Selalu menjaga hubungan baik dengan Allah
a. Selau mengingat Allah Ta’la dengan dzikrullah
b. Takut kepada Allah
c. Ikhlas dalam beramal
d. Bertaqwa kepada Allah
e. Zuhud
f. Berjiwa qana’ah
g. Bersyukur kepada Allah
h. Khusyu’ dalam beribadah
i. Menunaikan amanat
j. Menunaikan shalat lima waktu
2. Selalu menjaga hubungan baik dengan sesama manusia
a. Taat kepada suami
b. Berbuat baik kepada kedua orang tua
c. Berbuat baik kepada guru
d. Berbuat baik kepada tetangga
e. Mendidik putera- puterinya
B. SARAN
Mengingat kemampuan penulis terbatas dalam penulisan makalah ini, maka penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh alasannya yakni itu, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan lebih lanjut. Akhirnya, semoga penulisan makalah ini bermanfaat bagi pendidikan khususnya dan bagi masyarakat umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Quthub, Ali, Muhammad. dkk. 1982. Wanita Teladan dunia dan Akhirat. Semarang : CV. Toha Putra.
Salim, Hadiyah.1991. Wanita Islam. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
Muhammad, Ahmad.1993. Wanita Bertanya, Islam Menjawab-3. Serang : H.I. Press. CV.
Muhammad, Ali. 1995. Dialog Tentang Wanita. Surabaya : Pustaka Progressif
Rifqi, Abu. 1999. Analisa Ciri-Cari Wanita Shalihah. Surabaya : Terbit Terang
Zainudin, Ahmad. 2000. Wanita muslimah. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Ali, Ahmad. 2001. Keutamaan Wanita Shalihah. Bogor : Al-Amin
Al-Jumaili, Sayyid. 2002. Pesan-Pesan Rasulullah kepada Muslimah. Cibinong : Akbar.
Maryam, Abu. 2002. Mutiara Hikmah Wanita Sholihah. Cibinong : Akbar.
Hery, Muhammad. 2003. Qadhayaal Mar’ah Al-Mu’aashirah. Serang : H.I. Press. CV