Kalimat Deklaratif

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam berbahasa, baik secara mulut maupun tulis, kita bahwasanya tidak mengunakan kata-kata secara lepas. Akan tetapi, kata-kata itu terangkai mengikuti hukum atau kaidah yang berlaku sehingga terbentuklah rangkaian kata yang sanggup mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan. Rangkaian kata yang sanggup mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan itu dinamakan kalimat. Memberi definisi suatu kata sanggup bertujuan untuk memperjelas maksud suatu kata tertentu. Memberikan definisi pada suatu kata sering ditulis atau disajikan dalam suatu proposal, karya tulis, karya ilmiah, thesis, skripsi, ceramah, seminar, dan acara lainnya. Dengan adanya definisi yang jelas, suatu pembicaraan atau uraian kalimat akan lebih gampang diterima dan dicerna oleh pembaca atau pendengar. Selain itu definisi juga berfungsi untuk menawarkan batasan-batasan suatu teori atau permasalahan yang sedang diteliti atau diuraikan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mencari definisi suatu kata dengan menggunakan kamus yang berupa buku. Tentunya cara tersebut dirasa masih kurang mudah lantaran harus membuka lembar-demi lembar untuk mencari definisi atau arti dari kata yang sedang dicari. Jika anda sedang bekerja berhadapan dengan komputer, tentu akan lebih yummy mencari definisi kata menggunakan media online yang pribadi akan memberikannya kepada anda tanpa harus bersusah payah. Definisi yang disajikan sanggup berupa kata dalam bahasa Indonesia maupun kata dalam bahasa lain khususnya bahasa Inggris.
B.     Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini penulis menerima sebuah pokok pembahsan yang mengenai wacana kalimat, dari beberapa pokok pembahasan yang mengenai kalimat penulis mendapatkan pula beberapa wacana pembahasan yang akan di bahas dalam makalah ini yaitu :
1.      Kalimat Deklaratif
2.      Kalimat Introgatif
3.      DKalimat Inperatif
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kalimat
Kalimat yakni satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang sanggup berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat yakni satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara mulut maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan bunyi naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud goresan pena berhuruf latin, kalimat dimulai dengan karakter kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!). Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik mulut maupun tertulis, harus mempunyai sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak mempunyai kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat.
B.     Kalimat Deklaratif
Menurut Abdul Chaer (2009, 187) menyampaikan bahwa kalimat deklaratif yakni kalimat yang isinya memberikan pernyataan yang ditujukan keada orang lain.
Contoh:
KPKakan menyidik anggota dewan perwakilan rakyat itu yang diduga berpengaruh mendapatkan aliran BLBI.
Merupakan Tindak Tutur yang dilakukan P dengan maksud untuk membuat hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru, contohnya memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, dan memberi maaf.
Kalimat pernyataan yakni kalimat yang dibuat untuk menyiarkan informasi tanpa mengharapkan response tertentu (Cook dalam Tarigan, 1994: 8-9). Kalimat Deklaratif sanggup berupa bentuk apa saja, asalkan isinya merupakan pemberitahuan atau pernyataan. Dalam bentuk goresan pena kalimat deklaratif diakhiri dengan tanda titik, sedangkan dalam bentuk mulut final kalimat ini diucapkan dengan nada turun.
Kalimat Deklaratif yaitu kalimat yang mengandung informasi wacana suatu hal untuk disampaikan kepada orang kedua biar yang bersangkutan memakluminya.
1.      Besok paman pergi ke Medan.
2.      Menyerah kepada takdir bukan berarti mengalah untuk kalah lantaran sesungguhnya manusia ditakdirkan untuk menang.
3.      Kecemburuan pribumi terhadap nonpribumi, terutama golongan Cina, saya piker hanya lantaran perbedaan status sosia
C.    Kalimat Introgatif
Kalimat interogatif yakni kalimat yang mengharapkan adanya balasan secara verbal. Jawaban ini sanggup berupa pengakuan, keterangan, alasan atau pendapat dari pihak pendengar atau pembaca (Chaer, 2009:189)
Tipe dasar dari sebuah kalimat interogatif yang paling luas distribusinya yakni pertanyaan ya-ntidak, yang telah di observasi oleh beberapa peneliti, kalimat tanya tersebut mempunyai ciri intonasi final yang meninggi. Pola intonasi ini terdapat dalam beberapa masalah menjadi sebuah fitur gramatikal penanda interogasi. Seperti pendapat (Jacaltec, dalam Craig 1977) yang menyatakan bahwa intonasi final yang meninggi yakni salah satu indikasi yang frekuensi kemunculannya sangat sering ditemukan sebagai hukum interogasi dan satu-satunya fitur yang membedakan kalimat interogatif dari kalimat deklaratif.
Kalimat tanya y/t ibarat dengan pertanyaan yang berat sebelah pada beberapa tingkatan, yang menunjukkan impian pembicara pada suatu keadaan yakni benar ibarat apa yang diharapkan, dimana pembicara tersebut lebih mengharapkan balasan ya atau betul.
Tipe kalimat tanya yang kedua yaitu  pertanyaan yang mengharapkan informasi. Jumlah dari kata tanya sangat bervariasi. Kebanyakan bahasa mempunyai interogatif pronomina , ada juga yang mempunyai interogatif adverbial (when, where, how dalam bahasa Inggris).Sementara mereka menginterogasi bab suatu keadaan, pertanyaan informasi selalu menunjukkan letak suatu keadaan sebagai informasi pra anggapan. Informasi gres yakni permintaan identitas dari suatu bab kalimat yang di tanyakanBagian kalimat yang dipertanyakan sanggup disebut juga dengan ‘fokus’ suatu kalimat, tapi juga merupakan menyangkut hal apakah suatu kalimat tersebut. Maka istilah ‘topik’ diperlukan.
Bentuk interogatif biasanya ditemukan dalam posisi dari fokus dan topik , dimana kebanyakan bahasa disebut posisi awal kalimat. Secara semantik, pertanyaan informasi sama ibarat pertanyaan alternatif dalam menspesifikasikan suatu batasan atau jangkauan dimana jawabannya harus ditemukan. Kata interogatif mengindikasikan semuanya sendiri., atau dengan proteksi fitur sintaktik suatu pertanyaan daerah letaknya, ketertarikan seorang penanya pada bab keadaan tertentu yang ingin diketahui. Namun kata interogatif juga mempunyai tipikal untuk membatasi lahan seorang penanya dari suatu bab hal yang belum diketahui tersebut. Dengan demikian, kata tanya siapa mengindikasikan bahwa seorang penanya menginginkan yang tertuju tersebut untuk menunjuk pada seseorang, kapan menunjuk pada waktu, dimana menunjuk pada tempat, dan sebagainya.
Berikut yakni jenis dan pemakaian kalimat tanya :
Kalimat interogatif yang meminta pengukuhan balasan ”ya” atau “tidak”, kalimat tersebut sanggup dibuat dengan cara memberi intonasi tanya pada sebuah klausa (kalimat). Bisa dilihat dari kalimat-kalimat berikut :
-          Jadi rakyat kita suruh bikin pabrik tepung ketela?
-          Mereka bekerja sama dengan penduduk?
Kalimat balasan dari kalimat-kalimat tersebut sanggup dibuat dalam bentuk singkat, tetapi sanggup juga dalam bentuk lengkap, ibarat ya dan ya, rakyat kita suruh bikin pabrik tepung ketela… atau tidak dan tdak, mereka tidak bekerja sama denga penduduk. 
Kalimat interogatif juga sanggup dibuat dengan cara memberi apakah di muka sebuah klausa (kalimat), sanggup dilihat dari teladan berikut :
Serta memberi partikel tanya –kah pada bab kalimat yang ingin ditanyakan. Dalam hal ini bab kalimat yang diberi partikel –kah tersebut lazim ditempatkan pada awal kalimat
-          Ditahan KPKkah pejabat itu?
-          Guru SMPkah suaminya?
-          Apakah kau cukup sehat?
Kalimat interogatif yang meminta balasan mengenai salah satu unsur kalimat dibuat dengan proteksi kata tanya (apa, siapa, mana, berapa, dan kapan) sesuai dengan bab mana dari kalimat yang ingin ditanyakan
(a)    Penggunaan apa, yaitu untuk menanyakan benda, teladan :
- Apa isi peti itu?
- Apa yang kau sumbangkan kepada mereka?
- Apa bedanya sih dengan teknologi?
(b)   Penggunaan kata tanya siapa, yaitu untuk menanyakan orang
- Siapa nama gadis itu?
- Selama bapak di rumah sakit, siapa saja yang mengunjunginya?
- Oleh siapa beliau dimarahi?
(c)    Penggunaan kata tanya mana, untuk menanyakan keberadaan benda (termasuk orang)
- Mana Pak Lurah?
- Istrimu yang mana?
- Mana buku itu?
(d)   Penggunaan kata tanya berapa, yaitu untuk menanyakan jumlah atau banyaknya sesuatu digunakan
-          Berapa harga yang kau pinta?
-          Berapa yang kudengar?
-          Berapa order?
(e)    Penggunaan kata tanya kapan, untuk menanyakan waktu
a.       Kapan kau akan menikah?
b.      Kapan kau kembali?
Kalimat interogatif yang meminta balasan berupa alasan yang dibuat dengan proteksi kata tanya mengapa atau kenapa
v  Mengapa kau sering terlambat?
v  Kenapa anggota dewan perwakilan rakyat itu ditangkap?
v  Mengapa anjing dan kucing sering berkelahi?
Kalimat interogatif yang meminta balasan berupa pendapat (mengenai hal yang ditanyakan) dibuat dengan proteksi kata tanya bagaimana
v  Bagaimana kalian menyelamatkan diri?
v  Bagaimana dengan rumah ini, kalau kita sanggup rumah dinas?
Kalimat interogatif yang mengharapkan balasan untuk menguatkan yang ditanyakan. Oleh lantaran itu, balasan yang diharapkan yakni “ya” atau “betul”, meskipun secara eksplisit kata “ya” atau “betul” itu tidak diucapkan
o   Anda berasal dari Papua, bukan?
o   Kamu sudah punya anak, bukan?
o   Tetapi ia pernah ditangkap petani timun, bukan?
Fungsi banyak sekali kata tanya ditentukan berdasarkan kemungkinan kalimat jawabnya. Kata tanya apa berbeda dengan kata tanya siapa. Misalnya, ibarat data kalimat di atas Apa isi peti itu?menghendaki balasan Isi peti itu buku-buku bekas, koran, dan sebagainya, sedangkan kalimat Siapa nama gadis itu? menghendaki balasan Nama gadis itu Nina. Jelaslah bahwa kata apa menanyakan benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, sedangkan kata tanya siapa menanyakan orang.
Kata tanya mengapa dan kenapa menghendaki balasan yang diawali dengan kata lantaran atau dengan kata lain, kata tanya mengapa berfungsi menanyakan alasannya dan alasan. Misalnya, Mengapa kau sering terlambat? pertanyaan tersebut menghendaki balasan lantaran saya terlambat bangun, dan kalimat Kenapa anggota dewan perwakilan rakyat itu ditangkap? Menghendaki balasan lantaran beliau telah melaksanakan tindak korupsi, melanggar peratutan, dan sebagainya.
Kata tanya bagaimana dalam kalimat Bagaimana dengan rumah ini, kalau kita sanggup rumah dinas? menghendaki balasan Rumah ini aka dijual. Maka sanggup dikatakan bahwa kata tanya bagaimana dalam kalimat tersebut menanyakan keadaan, berbeda dengan kata tanya bagaimana dalam kalimat Bagaimana kalian menyelamatkan diri? Yang menghendaki balasan yang diawali dengan kata dengan sevagai penanda cara, contohnya dengan cara berteriak meminta tolong, dengan cara kabur, dan sebagainya. Maka sanggup dikatakan bahwa kata tanya bagaimana tersebut menanyakan cara.
Kata tanya mana menanyakan tempat, contohnya Mana pak lurah? Dan Mana buku itu? yang mana pertanyaan tersebut mungkin dijawab Di rumah dan di dalam laci. Maka dari itu, kata tanya mana tersebut sanggup dijelaskan sebagai kata tanya yang menanyakan tempat.
Sedangkan kata tanya mana dalam kalimat Istrimu yang mana? Menghendaki balasan yang membedakan seorang istri yang ditanyakan dengan istri-istri lain yang dimiliki oleh orang yang ditujukan pertanyaan. Maka dari itu, kata tanya mana tersebut dijelaskan sebagai kata tanya yang menanyakan sesuatu atau seseorang dalam suatu kelompok.
D.    Kalimat Inperatif
Rahardi (2005:79) mengungkapkan kalimat imperatif yakni kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta biar kawan tutur melaksanakan sebagaimana diinginkan si penutur. Kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia sanggup berkisar antara suruhan yang sangat keras atau bergairah hingga dengan permohonan yang sangat halus atau santun. Predikat (P) biasanya verba yang menyatakan perbuatan dan verbanya umumnya tidak menerima awalan me-N.
Perlu dicatat bahwa istilah kalimat “perintah” dan “kalimat suruh” tidak dipakai dalam buku ini dan sebagai gantinya dipakai kalimat istilah “imperatif”. Alasan dipakai istilah “imperatif” dalam goresan pena ini yakni lantaran sosok ini mempunyai cakupan makna yang jauh lebih luas manakala dibandingkan dengan istilah lainnya.
Dalam konteks situasi tutur tertentu, dalam konteks indeksial yang sifatnya tertentu, seorang penutur sanggup memilih apakah dalam bertutur itu, ia harus menggunakan tuturan yang tegas, sopan, atau hanya menyindir. Kenyataan yang demikian ini sanggup menujukkan, bahwa ternyata, analisis terhadap satuan lingual imperatif yang dilakukan secara struktural saja, belumlah cukup untuk memerikan segala lekuk-liku imperatif dalam bahasa Indonesia.
Ciri lain kalimat imperatif sanggup diawali kata ibarat tolong, coba, mari, silahkan, dan biar (Mulyani, 2004:2). Dengan demikian, sanggup dikatakan bahwa kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia itu kompleks dan banyak variasinya. Kalimat imperatif dibedakan berdasarkan nilai komunikatif dalam bahasa Indonesia menjadi lima macam, yakni :
(1)      Kalimat imperatif biasa
Kalimat imperatif biasa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. Kalimat (1) menggunakan intonasi keras, (2) didukung dengan kata kerja dasar, dan (3) berpartikel pengeras -lah. Kalimat imperatif ini berkisar antara imperatif yang sangat halus hingga dengan imperatif yang sangat bergairah (Rahardi, 2005: 79).
(2)      Kalimat imperatif permintaan,
Kalimat imperatif permintaan yakni kalimat imperatif dengan kadar suruhan sangat halus. Kalimat imperatif permintaan ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan tolong, coba, harap, mohon, sudilah kirannya, dapatkah seandainya, diminta dengan hormat, dan dimohon dengan sangat (Rahardi, 2005: 80).
(3)      Kalimat imperatif pemberian izin,
Kalimat imperatif izin yakni kalimat yang dimaksudkan untuk menawarkan izin. Kalimat ini ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan silakan, biarlah, diperkenankan, dipersilakan, dan diizinkan (Rahardi, 2005: 81).
(4)      Kalimat imperatif ajakan,
Kalimat imperatif usul biasanya dipakai dengan penanda kesantunan ayo (yo), biar, coba, mari, harap, hendaknya, dan hendaklah (Rahardi, 2005: 82).
(5)      Kalimat imperatif suruhan (Rahardi, 2005:79-83).
Kalimat imperatif suruhan dipakai dengan penanda kesantunan ayo, biar, coba, harap, hendaklah, hendaknya, mohon, silakan, dan tolong.
a.       Wujud Formal dan Wujud Pragmatik Iperatif
            Wujud imperatif meliputi dua macam hal yakni wujud imperatif formal atau struktur, yakni realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia berdasarkan ciri struktural atau ciri formalnya. Sedangkan, wujud pragmatik imperatif yakni realisasi maksud imperatif berdasarkan makna pragmatiknya. Dengan demikian wujud pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia itu sanggup berupa tuturan yang majemuk sejauh di dalamnya terkandung makna pragmatik imperatif.
1.      Wujud Formal Imperatif
Wujud formal imperatif yakni realisasi maksud imperatif itu apabila dikaitkan dengan ciri formal atau ciri strukturnya. Secara formal sanggup dibagi menjadi dua macam perwujudan yakni imperatif aktif dan imperatif pasif. Imperatif aktif dibedakan menjadi dua yakni imperatif aktif tidak transitif dan imperatih aktif transitif.
2.      Wujud Pragmatif Imperatif
Adapun yang dimaksud dengan wujud pragmatik yakni realisasi wujud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya. Makna pragmatik imperatif tuturan yang demikian itu sangat ditentukan oleh konteksnya.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kalimat yakni satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang sanggup berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat yakni satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara mulut maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan bunyi naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Menurut Abdul Chaer (2009, 187) menyampaikan bahwa kalimat deklaratif yakni kalimat yang isinya memberikan pernyataan yang ditujukan keada orang lain.
Kalimat interogatif yakni kalimat yang mengharapkan adanya balasan secara verbal. Jawaban ini sanggup berupa pengakuan, keterangan, alasan atau pendapat dari pihak pendengar atau pembaca (Chaer, 2009:189)
Rahardi (2005:79) mengungkapkan kalimat imperatif yakni kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta biar kawan tutur melaksanakan sebagaimana diinginkan si penutur. Kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia sanggup berkisar antara suruhan yang sangat keras atau bergairah hingga dengan permohonan yang sangat halus atau santun. Predikat (P) biasanya verba yang menyatakan perbuatan dan verbanya umumnya tidak menerima awalan me-N.


DAFTAR PUSTAKA
Eriyanto. 2006. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. (Cetakan V). Yagyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran          Bahasa.Bandung: PT Remaja Rosdakarya dan Sekolah        Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Moeliono, Anton M. (Penyunting Penyelia). 1988. Tata Bahasa Baku        Bahasa Indonesia. Jakarta: Perum Balai Pustaka.
Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa       Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel