Teori Asal Permintaan Kehidupan

Banyak teori atau paham-paham yang dikemukakan oleh ilmuwan mengenai asal undangan kehidupan (The Begining of Life), tetapi hingga ketika ini belum sanggup memperlihatkan balasan yang pasti. Sebenarnya sudah semenjak zaman Yunani Kuno insan berusaha memperlihatkan balasan terhadap problem asal undangan kehidupan tersebut. Namun, balasan itu umumnya hanya berupa cerita atau mitos saja. Berikut ini yaitu beberapa teori wacana asal undangan mahluk hidup.


1. Teori Abiogenesis

Menurut teori ini, makhluk hidup berasal dari benda tidak hidup atau dengan kata lain makhluk hidup ada dengan sendirinya. Oleh alasannya makhluk itu ada dengan sendirinya maka teori ini dikenal juga dengan teori Generatio Spontanea. Aristoteles merupakan salah satu penggagas teori ini, dengan percobaan yang dilakukannya pada tanah yang direndam air akan muncul cacing.

Pendukung lain teori Abiogenesis yaitu Nedham, seorang ilmuwan dari Inggris. Nedham melaksanakan penelitian dengan  merebus kaldu dalam wadah selama beberapa menit kemudian ditutup dengan gabus. Setelah beberapa hari, terdapat kuman dalam kaldu tersebut. Nedham beropini bahwa kuman berasal dari kaldu.

Setelah ditemukan mikroskop, Antonie van Leeuwenhoek melihat adanya mikroorganisme (animalculus) di dalam air rendaman jerami. Temuan ini seakan-akan menguatkan teori Abiogenesis. Para pendukung teori Abiogenesis menyatakan bahwa mikroorganisme itu berasal dari jerami yang membusuk. Akan tetapi, Leeuwenhoek menolak pernyataan itu dengan mengemukakan bahwa mikroorganisme itu berasal dari udara.

Para penganut abiogenesis tersebut di atas dalam menarik kesimpulan bekerjsama terdapat kelemahan, yaitu belum bisa melihat benda yang sangat kecil (bakteri, kista, ataupun telur cacing) yang terbawa dalam materi percobaan yang digunakan. Hal ini alasannya pada zaman Aristoteles belum ditemukan mikroskop. Walaupun ada kelemahan pada percobaan, tetapi cara berpikir dalam mencari balasan mengenai asal undangan kehidupan di bumi ini sudah mengacu pada contoh metode ilmiah.

2. Teori Biogenesis

Teori Biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup. Tokoh pendukung teori ini antara lain Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louis Pasteur. Francesco Redi merupakan orang pertama yang melaksanakan penelitian untuk membantah teori Abiogenesis.

a. Percobaan Francesco Redi

Francesco Redi melaksanakan penelitian memakai 8 tabung yang dibagi menjadi 2 bagian. Empat tabung masing-masing diisi dengan daging ular, ikan, roti dicampur susu, dan daging. Keempat tabung dibiarkan terbuka. Empat tabung yang lain diperlakukan sama dengan 4 tabung pertama, tetapi tabung ditutup rapat. Setelah beberapa hari pada tabung yang terbuka terdapat larva yang akan menjadi lalat.

Berdasarkan hasil percobaannya, Redi menyimpulkan bahwa ulat bukan berasal dari daging, tetapi berasal dari telur lalat yang terdapat dalam daging dan menetas menjadi larva. Penelitian ini ditentang oleh penganut teori Abiogenesis alasannya pada tabung yang tertutup rapat, udara dan zat hidup tidak sanggup masuk sehingga tidak memungkinkan untuk adanya suatu kehidupan. Bantahan itu menerima tanggapan dari Redi. Redi melaksanakan percobaan yang sama, namun tutup diganti dengan kain kasa sehingga udara sanggup masuk dan ternyata dalam daging tidak terdapat larva.

b. Percobaan Lazzaro Spallanzani

Lazzaro Spallanzani pada tahun 1765 melaksanakan percobaan untuk menyanggah kesimpulan yang dikemukakan oleh Nedham. Lazzaro Spallanzani melaksanakan percobaan dengan memanaskan 2 tabung kaldu sehingga semua organisme yang ada di dalam kaldu terbunuh. Setelah didinginkan kaldu tersebut dibagi menjadi 2, satu tabung dibiarkan terbuka dan satu tabung yang lain ditutup. Ternyata pada tabung yang terbuka terdapat organisme, sedangkan pada tabung yang tertutup tidak terdapat organisme.

c. Percobaan Louis Pasteur

Louis Pasteur melaksanakan percobaan memakai labu leher angsa. Pertama-tama kaldu direbus hingga mendidih, kemudian didiamkan. Setelah beberapa hari, air kaldu tetap  jernih dan tidak mengandung mikroorganisme. Adanya leher belibis memungkinkan udara sanggup masuk ke dalam tabung, tetapi mikroorganisme udara akan terhambat masuk alasannya adanya uap air pada pipa leher. Namun, apabila tabung dimiringkan hingga air kaldu hingga ke permukaan pipa, air kaldu tersebut akan terkotori oleh mikroorganisme udara. Akibatnya sesudah beberapa waktu, air kaldu akan keruh alasannya terdapat mikroorganisme.

Berdasarkan hasil percobaan para ilmuwan tersebut maka muncullah teori gres yaitu teori Biogenesis yang menyatakan bahwa:

a. setiap makhluk hidup berasal dari telur = omne vivum ex ovo,
b. setiap telur berasal dari makhluk hidup = omne ovum ex vivo,
c. setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya = omne vivum ex vivo.

3. Teori Cosmozoic

Teori Cosmozoic atau teori Kosmozoan menyatakan bahwa asal mula makhluk hidup bumi berasal dari ”spora kehidupan” yang berasal dari luar angkasa. Keadaan planet di luar angkasa diliputi kondisi kekeringan, suhu yang sangat hambar serta adanya radiasi yang mematikan sehingga tidak memungkinkan kehidupan sanggup bertahan. Pada hasilnya spora kehidupan itu hingga ke bumi. Teori ini tidak sanggup diterima oleh banyak ilmuwan.

4. Teori Penciptaan (Special Creation)

Teori ini berpandangan bahwa makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan ibarat apa adanya. Teori yang lebih dikenal dengan paham ini, awalnya hanya membicarakan perkembangan materi hingga terbentuknya organisme tanpa menyinggung asal undangan materi kehidupan. Penciptaan setiap jenis makhluk hidup terjadi secara terpisah. Teori ini tidak berdasarkan suatu eksperimen. Hingga pada era ke 21 barulah banyak ilmuwan-ilmuwan yang sanggup menghadirkan teori-teori dan fakta-fakta pendukung yang logis.


5. Teori Evolusi Biokimia

Teori ini mencoba menggali isu asal undangan makhluk hidup dari sisi biokimia. Menurut Oparin dalam bukunya yang berjudul The Origin of Life (1936) menyatakan bahwa asal mula kehidupan terjadi bersamaan dengan evolusi terbentuknya bumi beserta atmosfernya. Alexander Oparin yaitu mahir evolusi molekular berkebangsaan Rusia.

Lebih lanjut, Oparin menjelaskan bahwa pada mulanya atmosfer bumi purba terdiri atas metana (CH4), amonia (NH3), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Oleh alasannya adanya pemanasan dan energi alam, berupa sinar kosmis dan halilintar, gas-gas tersebut mengalami perubahan menjadi molekul organik sederhana, sejenis substansi asam amino.

Selama berjuta-juta tahun, senyawa organik itu terakumulasi di cekungan perairan membentuk primordial soup, ibarat semacam adonan materi-materi di lautan panas. Tahap selanjutnya, primordial soup ini membentuk monomer. Monomer bergabung membentuk polimer. Polimer membentuk agregasi berupa protobion. Protobion yaitu bentuk awal sel hidup yang belum bisa bereproduksi, tetapi bisa memelihara lingkungan kimia dalam tubuhnya.

Di samping itu, protobion juga telah memperlihatkan sifat yang berafiliasi dengan makhluk hidup, ibarat sanggup melaksanakan metabolisme, kemampuan mendapatkan rangsang, dan bereplikasi sendiri. Terbentuknya polimer dari monomer-monomer telah dibuktikan oleh Sydney W. Fox. Dalam percobaannya, Fox memanaskan 18–20 macam asam amino pada titik leburnya dan didapatkan protein.

Pendapat Alexander Oparin menerima derma dari mahir kimia Amerika Serikat, berjulukan Harold Urey. Urey menyatakan bahwa atmosfer bumi purba terdiri atas gas-gas metana (CH4), amonia (NH3), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Dengan adanya energi alam (berupa halilintar dan sinar kosmis), adonan gas-gas tersebut membentuk asam amino.

Pada tahun 1953, seorang mahasiswa Harold Urey, yaitu Stanley Miller (USA) mencoba melaksanakan eksperimen untuk menandakan kebenaran teori yang dikemukakan Urey. Percobaannya itu juga dikenal dengan eksperimen Miller-Urey.

Keberhasilan percobaan Miller ini memunculkan hipotesis lanjutan wacana asal undangan kehidupan. Para evolusionis menyatakan bahwa asam-asam amino kemudian bergabung dalam urutan yang sempurna secara kebetulan untuk membentuk protein. Sebagian protein-protein yang terbentuk secara kebetulan ini menempatkan diri mereka pada struktur ibarat membran sel yang diikuti pembentukan sel primitif. Sel-sel ini kemudian bergabung membentuk organisme hidup. Mereka menyebutnya sebagai evolusi biologi.

6. Evolusi Biologi

Oparin dan Haldane serta teori Urey menyebutkan bahwa zat organik (asam amino) yang merupakan materi dasar penyusun makhluk hidup, pada mulanya terakumulasi di lautan. Kenyataan ketika ini memperlihatkan bahwa dalam sel-sel badan makhluk hidup mengandung garam (NaCl). Hal ini mendasari kesimpulan bahwa makhluk hidup berasal dari laut.

Evolusi biologi dimulai pada ketika pembentukan sel. Asam amino yang terbentuk dari evolusi kimia akan bergabung membentuk makromolekul. Hal ini dibuktikan pada penelitian Sidney W. Fox. Larutan yang mengandung monomer-monomer organik diteteskan ke pasir, batu, atau tanah yang panas sehingga mengalami polimerisasi.

Hasil polimerisasi ini dinamakan proteinoid. Apabila proteinoid dicampur dengan air hambar terbentuklah kumpulan proteinoid yang menyusun tetesan kecil yang disebut mikrosfer. Mikrosfer mempunyai beberapa sifat hidup yang mempunyai membran selektif permeabel namun belum sanggup dikatakan hidup.

Oparin memakai istilah koaservat untuk mikrosfer. Koaservat merupakan tetesan koloid yang terbentuk ketika larutan protein, asam nukleat, dan polisakarida dikocok. Substansi dalam koaservat sanggup membentuk enzim yang berperan dalam pengambilan materi dari lingkungan sebagai materi pembentuk tubuh. Adanya formasi molekul-molekul lipid dan protein yang membatasi koaservat dengan lingkungan luar sekitarnya, telah dianggap sebagai selaput sel primitif.

Selaput sel primitif ini menjadikan stabilitas koaservat akan tetap terjaga. Selaput sel primitif ini diperkirakan berperan dalam pengaturan pertukaran substansi antara koaservat dan lingkungan sekitarnya. Koaservat dengan selaput lipid protein mungkin merupakan tipe sel primitif yang disebut protosel. Protosel kemudian akan membentuk sel awal yang merupakan permulaan dari organisme uniselular. Oleh alasannya keadaan atmosfer ketika itu tidak mengandung O2, organisme awal tersebut diperkirakan bersifat prokariotik, anaerob, dan heterotrof.

Perkembangan protosel menjadi organisme uniselular maupun multiselular tidak terlepas dari sistem genetik pada protosel itu sendiri. Sehubungan dengan hal itu, spesialis biokimia dari Havard yaitu Walter Gilbert pada tahun 1986 mengajukan hipotesis dunia RNA. Menurut hipotesis itu, miliaran tahun yang kemudian sebuah molekul RNA yang sanggup mereplikasi terbentuk secara kebetulan.

Melalui pengaktifan oleh lingkungan, RNA ini sanggup memproduksi protein. Selanjutnya, diharapkan molekul kedua untuk menyimpan isu tersebut, maka dengan suatu cara tertentu terbentuklah DNA. Segera sesudah protosel memperoleh gen yang bisa mereplikasi menjadikan protosel bisa bereproduksi, dan dimulailah proses evolusi biologi. Sejarah kehidupan pun telah dimulai. Selanjutnya organisme-organisme mengalami proses evolusi berdasarkan jalur kehidupan yang berbeda-beda.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel