Mengubah Mindset Pendidikan Indonesia
Mengapa jumlah pengangguran di Indonesia semakin meningkat drastis? Banyak yang menilai hal ini dikarenakan ketidakmampuan pemerintah dalam mengatur perekonomian. Tetapi benarkah duduk perkara meningkatnya pengangguran ini semata-mata disebabkan kelambanan pemerintah? Dalam hal ini tidak banyak yang berpikir penyebabnya ialah mindset menjadi karyawan yang sudah didoktrinkan semenjak di kursi sekolah.
Menjadi seorang pengusaha memang membutuhkan waktu yang tidak singkat, bisa jadi bertahun-tahun. Berwirausaha membutuhkan modal, tenaga, pikiran, ketekunan dan mental tekad pantang menyerah. Hal inilah yang membuat sebagian besar orang pada hasilnya tidak berani mengambil resiko, untuk meraih kesuksesannya dengan berbisnis. Pola pikir masyarakat di Indonesia yang hingga ketika ini masih sangat membudaya ialah menjadi seorang karyawan di perusahaan bonafit, atau menjadi pegawai negeri sipil (PNS) yang bisa menyampaikan jaminan kecukupan di hari tua. Hal inilah yang menyebabkan jumlah pengangguran di Indonesia semakin meningkat.
Ketika seorang siswa/mahasiswa yang per tahun jumlahnya jutaan telah lulus. Kebanyakan dari mereka menginginkan untuk bekerja di perusahaan-perusahaan ataupun instansi-instansi. Hanya beberapa yang ingin membuat lapangan kerja. Untuk itulah mengubah mindset atau contoh pikir pendidikan sangat penting untuk mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
Lalu, bagaimana caranya mengubah mindset karyawan menjadi pengusaha? Tentu ini bukan pekerjaan mudah, lantaran contoh pikir masyarakat semenjak dulu sudah dibuat untuk menjadi seorang karyawan. Orang renta mana yang tidak gembira jika anak-anaknya bekerja di perusahaan bonafit, atau di instansi pemerintahan, sehingga secara otomatis contoh pikir kita mulai terbentuk untuk menjadi seorang pegawai. Belum lagi instansi pendidikan di negara kita yang masih minim menyampaikan ilmu perihal kewirausahaan, sehingga mindset entrepreneur kita masih sangat kurang.
Novianta Hutagalung, Manajer Umum International Development Program-ABFI Institute Perbanas, mengatakan, untuk menerapkan pendidikan kewirausahaan yang berjalan baik, hal itu harus dilakukan dengan beberapa pemahaman yang juga baik.
Menurutnya, pendidikan wirausaha di sekolah maupun perguruan tinggi sanggup dijalankan dengan mudah. Namun, pastinya dengan beberapa poin yang juga perlu diperhatikan. Novianta memaparkan poin-poinnya sebagai berikut:
Ubah contoh pikir pendidik
Dalam berbagi pendidikan kewirausahaan yang utuh, hal utama dan kali pertama diubah ialah mindset atau contoh pikir. Perubahan contoh pikir di sini lebih ditekankan untuk pengelolaan kegiatan pendidikan, yaitu pendidik.
Karena pada dasarnya, pendidiklah yang menjadi tombak dalam proses transformasi kegiatan dan siswa-siswanya. Ini biar siswa sanggup memiliki pedoman perihal arti penting entrepreneurship secara utuh, serta mengelolanya dengan baik pula.
Jalankan program
Ketika berbicara kewirausahaan atau entrepreneurship, berarti kita harus juga memulai pelaksanaan program-program kurikulum secara utuh. Namun, di sini kurikulum juga tidak sekadar menunjukkan daftar akademik, tetapi juga memproyeksikan kualitas lulusannya.
Karena nantinya siswa punya kesempatan secara real di sini untuk berbagi konsep-konsep yang didapat di kelas. Di situ nanti akan kita temukan jalan keluar ketika bermacam-macam kesulitan, hambatan, dan tantangan muncul.
Jangan pernah takut gagal
Saat ini, sering slogan "kegagalan ialah belahan sukses yang tertunda" dikumandangkan. Faktanya, masih banyak yang tidak ingin berusaha ketika mengalami kegagalan.
Harusnya hal ini disertai dengan terus mengeksplorasi segala kesempatan yang ada. Semakin terus mengasah diri menjadi pengusaha, peluang untuk sukses juga semakin besar.
Menjadi seorang pengusaha memang membutuhkan waktu yang tidak singkat, bisa jadi bertahun-tahun. Berwirausaha membutuhkan modal, tenaga, pikiran, ketekunan dan mental tekad pantang menyerah. Hal inilah yang membuat sebagian besar orang pada hasilnya tidak berani mengambil resiko, untuk meraih kesuksesannya dengan berbisnis. Pola pikir masyarakat di Indonesia yang hingga ketika ini masih sangat membudaya ialah menjadi seorang karyawan di perusahaan bonafit, atau menjadi pegawai negeri sipil (PNS) yang bisa menyampaikan jaminan kecukupan di hari tua. Hal inilah yang menyebabkan jumlah pengangguran di Indonesia semakin meningkat.
Ketika seorang siswa/mahasiswa yang per tahun jumlahnya jutaan telah lulus. Kebanyakan dari mereka menginginkan untuk bekerja di perusahaan-perusahaan ataupun instansi-instansi. Hanya beberapa yang ingin membuat lapangan kerja. Untuk itulah mengubah mindset atau contoh pikir pendidikan sangat penting untuk mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
Lalu, bagaimana caranya mengubah mindset karyawan menjadi pengusaha? Tentu ini bukan pekerjaan mudah, lantaran contoh pikir masyarakat semenjak dulu sudah dibuat untuk menjadi seorang karyawan. Orang renta mana yang tidak gembira jika anak-anaknya bekerja di perusahaan bonafit, atau di instansi pemerintahan, sehingga secara otomatis contoh pikir kita mulai terbentuk untuk menjadi seorang pegawai. Belum lagi instansi pendidikan di negara kita yang masih minim menyampaikan ilmu perihal kewirausahaan, sehingga mindset entrepreneur kita masih sangat kurang.
Novianta Hutagalung, Manajer Umum International Development Program-ABFI Institute Perbanas, mengatakan, untuk menerapkan pendidikan kewirausahaan yang berjalan baik, hal itu harus dilakukan dengan beberapa pemahaman yang juga baik.
Menurutnya, pendidikan wirausaha di sekolah maupun perguruan tinggi sanggup dijalankan dengan mudah. Namun, pastinya dengan beberapa poin yang juga perlu diperhatikan. Novianta memaparkan poin-poinnya sebagai berikut:
Ubah contoh pikir pendidik
Dalam berbagi pendidikan kewirausahaan yang utuh, hal utama dan kali pertama diubah ialah mindset atau contoh pikir. Perubahan contoh pikir di sini lebih ditekankan untuk pengelolaan kegiatan pendidikan, yaitu pendidik.
Karena pada dasarnya, pendidiklah yang menjadi tombak dalam proses transformasi kegiatan dan siswa-siswanya. Ini biar siswa sanggup memiliki pedoman perihal arti penting entrepreneurship secara utuh, serta mengelolanya dengan baik pula.
Jalankan program
Ketika berbicara kewirausahaan atau entrepreneurship, berarti kita harus juga memulai pelaksanaan program-program kurikulum secara utuh. Namun, di sini kurikulum juga tidak sekadar menunjukkan daftar akademik, tetapi juga memproyeksikan kualitas lulusannya.
Karena nantinya siswa punya kesempatan secara real di sini untuk berbagi konsep-konsep yang didapat di kelas. Di situ nanti akan kita temukan jalan keluar ketika bermacam-macam kesulitan, hambatan, dan tantangan muncul.
Jangan pernah takut gagal
Saat ini, sering slogan "kegagalan ialah belahan sukses yang tertunda" dikumandangkan. Faktanya, masih banyak yang tidak ingin berusaha ketika mengalami kegagalan.
Harusnya hal ini disertai dengan terus mengeksplorasi segala kesempatan yang ada. Semakin terus mengasah diri menjadi pengusaha, peluang untuk sukses juga semakin besar.