Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial Berdasarkan Proses Terbentuknya
Stratifikasi sosial selalu ada dalam kehidupan masyarakat di mana pun dan di zaman apa pun. Hal ini terjadi lantaran adanya sesuatu yang dihargai dalam masyarakat. Dengan adanya stratifikasi maka masyarakat dengan sendirinya terbagi ke dalam kelas-kelas sosial tinggi dan rendah. Stratifikasi sosial pada masyarakat sederhana akan berbeda dengan stratifikasi sosial pada masyarakat modern. Stratifikasi pada masyarakat sederhana, pelapisan yang terbentuk masih sedikit dan terbatas perbedaannya. Sedangkan pada masyarakat modern, stratifikasi sosial yang terbentuk makin kompleks dan makin banyak.
Secara sederhana, perbedaan stratifikasi sosial dapat dilihat dari perbedaan besarnya penghasilan rata-rata seseorang setiap hari. Menurut Paul. B. Horton dan Chester L. Hunt bahwa terbentuknya stratifikasi sosial tidak hanya berkaitan dengan uang. Stratifikasi sosial yakni suatu pelapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam rangkaian kesatuan status sosial. Stratifikasi sosial dalam masyarakat berdasarkan terbentuknya dibagi menjadi sebagai berikut.
1.Stratifikasi Sosial yang Terjadi dengan Sendirinya dalam Proses Pertumbuhan Masyarakat
2. Stratifikasi Sosial yang Sengaja Disusun untuk Mengejar Suatu Tujuan Bersama
Stratifikasi Sosial yang Terjadi dengan Sendirinya
Landasan terbentuknya stratifikasi yang terjadi dengan sendirinya, antara lain:
1) Kepandaian.
2) Tingkat umur (yang senior).
3) Sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat.
4) Harta dalam batas-batas tertentu.
Namun demikian, setiap masyarakat mempunyai landasan tersendiri dalam terbentuknya stratifikasi sosial. Landasan terbentuknya stratifikasi sosial pada masyarakat berburu tentu akan berbeda dengan stratifikasi sosial pada masyarakat bercocok tanam. Landasan terbentuknya stratifikasi sosial pada masyarakat yakni sebagai berikut.
Pada masyarakat berburu, yang menjadi landasan stratifikasi yakni kepandaian berburu. Jadi, seseorang yang mempunyai kepandaian berburu di atas orang lain dipandang berada pada stratifikasi sosial tinggi.
Pada masyarakat menetap dan bercocok tanam yang menjadi landasan stratifikasi yakni aktivitas awal membuka tanah di kawasan tersebut. Pembuka tanah dankerabatnya dianggap mempunyai stratifikasi sosial yang tinggi.
Stratifikasi Sosial yang Sengaja Disusun
Stratifikasi sosial yang sengaja disusun untuk mencapai tujuan tertentu biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi formal. Misalnya, pemerintahan, tubuh usaha, partai politik, dan angkatan bersenjata. Pada stratifikasi sosial jenis ini kekuasaan dan wewenang merupakan unsur khusus dalam stratifikasi sosial.
Menurut Soerjono Soekanto, ada beberapa pokok yang mendasari terjadinya stratifikasi sosial dalam masyarakat.
1) Sistem stratifikasi berpokok pada sistem kontradiksi dalam masyarakat.
2) Sistem stratifikasi sosial dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur sebagai beriku:
a. Sistem pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat (prestise dan penghargaan).
b. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif, menyerupai penghasilan, kekayaan, dan keselamatan.
c. Criteria system pertentangan, yaitu disebabkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang, atau kekuasaan.
d. Lambang-lambang kedudukan, menyerupai tingkah laris hidup, cara berpakaian, perumahan, dan keanggotaan dalam suatu organisasi.
e. Praktis tidaknya bertukar kedudukan.
f. Solidaritas di antara individu-individu atau kelompok yang menduduki kedudukan sama dalam sistem sosial masyarakat
Secara sederhana, perbedaan stratifikasi sosial dapat dilihat dari perbedaan besarnya penghasilan rata-rata seseorang setiap hari. Menurut Paul. B. Horton dan Chester L. Hunt bahwa terbentuknya stratifikasi sosial tidak hanya berkaitan dengan uang. Stratifikasi sosial yakni suatu pelapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam rangkaian kesatuan status sosial. Stratifikasi sosial dalam masyarakat berdasarkan terbentuknya dibagi menjadi sebagai berikut.
1.Stratifikasi Sosial yang Terjadi dengan Sendirinya dalam Proses Pertumbuhan Masyarakat
2. Stratifikasi Sosial yang Sengaja Disusun untuk Mengejar Suatu Tujuan Bersama
Stratifikasi Sosial yang Terjadi dengan Sendirinya
Landasan terbentuknya stratifikasi yang terjadi dengan sendirinya, antara lain:
1) Kepandaian.
2) Tingkat umur (yang senior).
3) Sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat.
4) Harta dalam batas-batas tertentu.
Namun demikian, setiap masyarakat mempunyai landasan tersendiri dalam terbentuknya stratifikasi sosial. Landasan terbentuknya stratifikasi sosial pada masyarakat berburu tentu akan berbeda dengan stratifikasi sosial pada masyarakat bercocok tanam. Landasan terbentuknya stratifikasi sosial pada masyarakat yakni sebagai berikut.
Pada masyarakat berburu, yang menjadi landasan stratifikasi yakni kepandaian berburu. Jadi, seseorang yang mempunyai kepandaian berburu di atas orang lain dipandang berada pada stratifikasi sosial tinggi.
Pada masyarakat menetap dan bercocok tanam yang menjadi landasan stratifikasi yakni aktivitas awal membuka tanah di kawasan tersebut. Pembuka tanah dankerabatnya dianggap mempunyai stratifikasi sosial yang tinggi.
Stratifikasi Sosial yang Sengaja Disusun
Stratifikasi sosial yang sengaja disusun untuk mencapai tujuan tertentu biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi formal. Misalnya, pemerintahan, tubuh usaha, partai politik, dan angkatan bersenjata. Pada stratifikasi sosial jenis ini kekuasaan dan wewenang merupakan unsur khusus dalam stratifikasi sosial.
Menurut Soerjono Soekanto, ada beberapa pokok yang mendasari terjadinya stratifikasi sosial dalam masyarakat.
1) Sistem stratifikasi berpokok pada sistem kontradiksi dalam masyarakat.
2) Sistem stratifikasi sosial dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur sebagai beriku:
a. Sistem pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat (prestise dan penghargaan).
b. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif, menyerupai penghasilan, kekayaan, dan keselamatan.
c. Criteria system pertentangan, yaitu disebabkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang, atau kekuasaan.
d. Lambang-lambang kedudukan, menyerupai tingkah laris hidup, cara berpakaian, perumahan, dan keanggotaan dalam suatu organisasi.
e. Praktis tidaknya bertukar kedudukan.
f. Solidaritas di antara individu-individu atau kelompok yang menduduki kedudukan sama dalam sistem sosial masyarakat