Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Sosial
Proses terjadinya mobilitas sosial disebabkan adanya perubahan sosial. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan sosial ialah tingkat reproduksi, perbedaan tingkat migrasi, perubahan teknologi, perubahan kemampuan, dan perubahan sikap.
1. Tingkat Reproduksi
Hal yang mendorong tumbuhnya mobilitas lantaran adanyasuatu lapisan yang tidak sanggup memproduksi sesuai kebutuhannya. Contohnya, tenaga mahir dalam suatu tempat terbatas sehingga tidak sanggup menangani semua pekerjaan. Akibatnya, orang-orang yang tidak mahir akan berpindah pekerjaan ke lapisan pekerja mahir tersebut.
2. Perbedaan Tingkat Migrasi
Seirama dengan perkembangan sosial serta ekonomi masyarakat, kondisi politik, keamanan, dan mobilitas penduduk di Indonesia semakin rumit (kompleks). Ragamnya mencakup mobilitas internasional, desa-desa termasuk mobilitasmusiman, antarwilayah (antarprovinsi) termasuk transmigrasi, dan akhir-akhir ini pengungsi, seiring dengan bergejolaknya situasi politik dan terganggunya kondisi keamanan pada banyak sekali tempat di tanah air.
Mobilitas ialah suatu hal yang masuk akal sebagai reaksi pada perkembangan sosial, ekonomi, politik, dan keamanan, serta mustahil dicegah. Yang perlu dicermati ialah dampaknya baik yang nyata maupun negatif, baik bagi tempat yang ditinggalkan maupun didatangi, dan untuk para migran sendiri, keluarganya, serta keseimbangan dalam contoh dan laju gerak masyarakat.
a. Mobilitas Internasional
Mobilitas penduduk dari Indonesia ke luar negeri sebetulnya sudah berlangsung berabad-abad lamanya, namun mulai mencuat semenjak pertengahan dasawarsa 1970-an. Karena besarannya yang semakin meningkat, baik yang resmi maupun tidak resmi (ilegal), termasuk migran wanita. Negara-negara tujuan utama pada remaja ini ialah Malaysia dan Timur Tengah seiring dengan terbukanya kesempatan lapangan kerja di negara-negara tersebut. Perlu dicatat pula sekalipun dalam era globalisasi, pergerakan modal barang maupun gosip antarnegara lebih
bebas, namun pergerakan insan masih terhambat oleh aturan-aturan migrasi yang sangat ketat dan kaku di negaranegara penerima.
b. Mobilitas Internal
Data hasil sensus serta survei penduduk antarsensus (SUPAS) menunjukkan bahwa mobilitas penduduk antarpropinsi dan mobilitas desa-kota menunjukkan contoh yang sangat sentris ke Pulau Jawa. Pada hasilnya akan mengakibatkan masalah-masalah di perkotaan. Seperti: perumahan kumuh, lapangan kerja yang tidak mencukupi, serta semakin menurunnya tingkat pelayanan prasarana perkotaan. Pola ini mencerminkan suatu disparitas wilayah, yang merupakan perwujudan budi pembangunan dengan orientasi yang sarat pada pertumbuhan ekonomi, khususnya industri dan jasa yang kebanyakan berlokasi di kota-kota besar dan di Pulau Jawa. Dengan kondisi ibarat itu fatwa penduduk ke kota-kota besar tidak akan sanggup dihambat, sekalipun dengan tindakan menjadikan ‘Kota Tertutup’ bagi para pendatang.
3. Perubahan Teknologi
Kemajuan transportasi di bidang perhubungan telah mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini mengatakan adanya perubahan teknologi. Dahulu transportasi memakai delman dan becak, sekarang telah berubah dengan taksi/angkutan. Begitu juga dulu seorang kusir sekarang menjelma sopir. Di beberapa tempat juga terjadi alih pekerjaan. Masyarakat yang dulu bekerja sebagai penggarap sawah setelahdibangunnya pabrik-pabrik berubah sebagai buruh pabrik. Akan tetapi, dengan adanya sistem ekonomi masyarakat,kemajuan teknologi tidak berarti secara drastis meningkatkan status sosial seseorang dalam masyarakat.
4. Perubahan Kemampuan
Pendidikan dan keterampilan akan memengaruhi perubahan kemampuan seseorang. Secara otomatis akan besar lengan berkuasa terhadap mobilitas sosial. Misalnya, seorang tukang ojek sesudah mengikuti kursus stir kendaraan beroda empat maka dia mampumenjadi sopir. Selain itu, seseorang yang mulanya hanya bisa berbahasa lokal sesudah mengikuti kursus bahasa abnormal akan bisa menguasai bahasa yang dikehendaki. Dengan begitu dia akan bisa berkomunikasi memakai bahasa asing.
5. Perubahan Sikap
Perubahan perilaku sanggup mendukung dan menghambat terjadinya mobilitas sosial. Contoh perilaku yang mendukung mobilitas ialah impian untuk maju maupun beradaptasi dengan lingkungannya. Sementara itu, perilaku yang menghambat mobilitas antara lain bersikap masa bodoh, tidak peduli dengan lingkungannya, dan pasrah dengan keadaan tanpa mau berusaha.
Dalam proses mobilitas dibutuhkan perjuangan untuk berjalan lebih cepat sehingga tujuan dari mobilitas sosial cepat terwujud. Sebenarnya sarana yang paling sempurna dipakai ialah di bidang pendidikan. Akan tetapi, masih ada bidang-bidang yang lain yang besar lengan berkuasa terhadap proses mobilitas. Bidang-bidang tersebut, antara lain: bidang ekonomi, sosial, dan hukum.
a. Bidang Ekonomi
Bidang ekonomi sanggup dilaksanakan dengan peningkatan sarana-sarana ekonomi, ibarat pembangunan pasar, perhubungan, dan pembangunan gedung-gedung sekolah yang memadai. Selain itu, peningkatan mutu dan kualitas siswa maupun mutu dan kualitas sekolah juga dibutuhkan sehingga akan terjadi pemerataan. Peningkatan anggaran pendidikan juga akan memengaruhi kemajuan di bidang pendidikan yang secara tidak eksklusif besar lengan berkuasa pada bidang ekonomi.
b. Bidang Sosial
Bidang sosial sanggup dilaksanakan dengan pengentasan kemiskinan dan melakukan aktivitas anak angkat/anak asuh. Perbaikan sarana sosial juga besar lengan berkuasa terhadap kemajuan bidang sosial.
c. Bidang Hukum
Bidang aturan sanggup dilaksanakan dengan penanggulangan KKN. Dengan adanya undang-undang yang ada maka diharapkan KKN bisa hilang dari bumi Indonesia.
1. Tingkat Reproduksi
Hal yang mendorong tumbuhnya mobilitas lantaran adanyasuatu lapisan yang tidak sanggup memproduksi sesuai kebutuhannya. Contohnya, tenaga mahir dalam suatu tempat terbatas sehingga tidak sanggup menangani semua pekerjaan. Akibatnya, orang-orang yang tidak mahir akan berpindah pekerjaan ke lapisan pekerja mahir tersebut.
2. Perbedaan Tingkat Migrasi
Seirama dengan perkembangan sosial serta ekonomi masyarakat, kondisi politik, keamanan, dan mobilitas penduduk di Indonesia semakin rumit (kompleks). Ragamnya mencakup mobilitas internasional, desa-desa termasuk mobilitasmusiman, antarwilayah (antarprovinsi) termasuk transmigrasi, dan akhir-akhir ini pengungsi, seiring dengan bergejolaknya situasi politik dan terganggunya kondisi keamanan pada banyak sekali tempat di tanah air.
Mobilitas ialah suatu hal yang masuk akal sebagai reaksi pada perkembangan sosial, ekonomi, politik, dan keamanan, serta mustahil dicegah. Yang perlu dicermati ialah dampaknya baik yang nyata maupun negatif, baik bagi tempat yang ditinggalkan maupun didatangi, dan untuk para migran sendiri, keluarganya, serta keseimbangan dalam contoh dan laju gerak masyarakat.
a. Mobilitas Internasional
Mobilitas penduduk dari Indonesia ke luar negeri sebetulnya sudah berlangsung berabad-abad lamanya, namun mulai mencuat semenjak pertengahan dasawarsa 1970-an. Karena besarannya yang semakin meningkat, baik yang resmi maupun tidak resmi (ilegal), termasuk migran wanita. Negara-negara tujuan utama pada remaja ini ialah Malaysia dan Timur Tengah seiring dengan terbukanya kesempatan lapangan kerja di negara-negara tersebut. Perlu dicatat pula sekalipun dalam era globalisasi, pergerakan modal barang maupun gosip antarnegara lebih
bebas, namun pergerakan insan masih terhambat oleh aturan-aturan migrasi yang sangat ketat dan kaku di negaranegara penerima.
b. Mobilitas Internal
Data hasil sensus serta survei penduduk antarsensus (SUPAS) menunjukkan bahwa mobilitas penduduk antarpropinsi dan mobilitas desa-kota menunjukkan contoh yang sangat sentris ke Pulau Jawa. Pada hasilnya akan mengakibatkan masalah-masalah di perkotaan. Seperti: perumahan kumuh, lapangan kerja yang tidak mencukupi, serta semakin menurunnya tingkat pelayanan prasarana perkotaan. Pola ini mencerminkan suatu disparitas wilayah, yang merupakan perwujudan budi pembangunan dengan orientasi yang sarat pada pertumbuhan ekonomi, khususnya industri dan jasa yang kebanyakan berlokasi di kota-kota besar dan di Pulau Jawa. Dengan kondisi ibarat itu fatwa penduduk ke kota-kota besar tidak akan sanggup dihambat, sekalipun dengan tindakan menjadikan ‘Kota Tertutup’ bagi para pendatang.
3. Perubahan Teknologi
Kemajuan transportasi di bidang perhubungan telah mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini mengatakan adanya perubahan teknologi. Dahulu transportasi memakai delman dan becak, sekarang telah berubah dengan taksi/angkutan. Begitu juga dulu seorang kusir sekarang menjelma sopir. Di beberapa tempat juga terjadi alih pekerjaan. Masyarakat yang dulu bekerja sebagai penggarap sawah setelahdibangunnya pabrik-pabrik berubah sebagai buruh pabrik. Akan tetapi, dengan adanya sistem ekonomi masyarakat,kemajuan teknologi tidak berarti secara drastis meningkatkan status sosial seseorang dalam masyarakat.
4. Perubahan Kemampuan
Pendidikan dan keterampilan akan memengaruhi perubahan kemampuan seseorang. Secara otomatis akan besar lengan berkuasa terhadap mobilitas sosial. Misalnya, seorang tukang ojek sesudah mengikuti kursus stir kendaraan beroda empat maka dia mampumenjadi sopir. Selain itu, seseorang yang mulanya hanya bisa berbahasa lokal sesudah mengikuti kursus bahasa abnormal akan bisa menguasai bahasa yang dikehendaki. Dengan begitu dia akan bisa berkomunikasi memakai bahasa asing.
5. Perubahan Sikap
Perubahan perilaku sanggup mendukung dan menghambat terjadinya mobilitas sosial. Contoh perilaku yang mendukung mobilitas ialah impian untuk maju maupun beradaptasi dengan lingkungannya. Sementara itu, perilaku yang menghambat mobilitas antara lain bersikap masa bodoh, tidak peduli dengan lingkungannya, dan pasrah dengan keadaan tanpa mau berusaha.
Dalam proses mobilitas dibutuhkan perjuangan untuk berjalan lebih cepat sehingga tujuan dari mobilitas sosial cepat terwujud. Sebenarnya sarana yang paling sempurna dipakai ialah di bidang pendidikan. Akan tetapi, masih ada bidang-bidang yang lain yang besar lengan berkuasa terhadap proses mobilitas. Bidang-bidang tersebut, antara lain: bidang ekonomi, sosial, dan hukum.
a. Bidang Ekonomi
Bidang ekonomi sanggup dilaksanakan dengan peningkatan sarana-sarana ekonomi, ibarat pembangunan pasar, perhubungan, dan pembangunan gedung-gedung sekolah yang memadai. Selain itu, peningkatan mutu dan kualitas siswa maupun mutu dan kualitas sekolah juga dibutuhkan sehingga akan terjadi pemerataan. Peningkatan anggaran pendidikan juga akan memengaruhi kemajuan di bidang pendidikan yang secara tidak eksklusif besar lengan berkuasa pada bidang ekonomi.
b. Bidang Sosial
Bidang sosial sanggup dilaksanakan dengan pengentasan kemiskinan dan melakukan aktivitas anak angkat/anak asuh. Perbaikan sarana sosial juga besar lengan berkuasa terhadap kemajuan bidang sosial.
c. Bidang Hukum
Bidang aturan sanggup dilaksanakan dengan penanggulangan KKN. Dengan adanya undang-undang yang ada maka diharapkan KKN bisa hilang dari bumi Indonesia.