Dampak Pencemaran Karbon Monoksida (Co) Di Udara Terhadap Kesehatan
Kemajuan industri dan teknologi bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Banyak dampak-dampak positif kemajuan industri dan teknologi terhadap kehidupan insan dan lingkungan disekitarnya. Namun pada sisi lain, ada dampak-dampak negatif yang ditakutkan oleh manusia. Salah satunya adalah pencemaran karbon monoksida yang ditimbulkan industri dan teknologi tersebut.
Dampak pencemaran karbon monoksida (CO) terhadap insan dan hewan ialah kalau terhisap ke dalam paru-paru , gas CO akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang diperlukan oleh tubuh. Hal ini sanggup terjadi alasannya ialah gas CO bersifat racun metabolis, yaitu racun yang ikut bereaksi secara metabolis dengan arah. Seperti oksigen, karbon monoksida gampang bereaksi dengan darah (hemoglobin).
Hemogblobin + O2 = O2Hb (Oksihemoglobin)
Hemoglobin + CO = COHb (Karboksihemoglobin)
Ternyata ikatan karbon monoksida dengan darah atau karboksihemoglobin jauh lebih stabil daripada ikatan oksigen dengan darah (oksihemoglobin). Kestabilan karboksihemoglobin kira-kira 140 kali kestabilan oksihemoglobin. Keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih gampang menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu.
Dalam keadaan normal hemoglobin berfungsi sebagai pembawa atau pengangkut oksigen dalam bentuk oksihemoglobin dari paru-paru untuk dibagikan ke sel-sel badan yang memerlukannya. Selain itu hemoglobin juga berfungsi mengambil gas CO2 hasil pembakaran di dalam badan (dari sel-sel) dalam bentuk karbodioksi hemoglobin untuk dibuang keluar melalui paru-paru.
Pengaruh karbon monoksida terhadap badan insan yang satu dengan insan lainnya berbeda. Daya tahan badan insan ikut memilih toleransi badan terhadap efek adanya karbon monoksida.
Keracunan gas CO sanggup ditandai dari keadaan ringan menyerupai pusing, sakit kepala, dan mual. Keadaan yang lebih berat sanggup berupa menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sitem kardiovaskuler, serangan jantung, bahkan kematian.
Pertolongan bagi orang yang keracunan gas karbon monoksida pada tingkat yang relatif masih ringan sanggup dilakukan dengan membawa korban ke kawasan yang terbuka dan berudara segar, serta memperlihatkan kesempatan kepada korban untuk bernafas dalam-dalam.
Konsentrasi gas karbon monoksida (CO) di udara secara pribadi akan memengaruhi konsentrasi karboksihemoglobin (COHb). Bila konsentrasi gas CO di udara tetap maka konsentrasi COHb di dalam darah akan mencapai keseimbangan tertentu dan akan tetap bertahan selama tidak ada perubahan pada konsentrasi CO di udara.
Dalam keadaan normal sesungguhnya darah sudah mengandung COHb sebanyak 0,5% yang berasal dari proses metabolisme di dalam tubuh, ditambah lagi dari konsentrasi CO yang terdapat di udara dalam konsentrasi rendah.
Dampak pencemaran karbon monoksida (CO) terhadap insan dan hewan ialah kalau terhisap ke dalam paru-paru , gas CO akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang diperlukan oleh tubuh. Hal ini sanggup terjadi alasannya ialah gas CO bersifat racun metabolis, yaitu racun yang ikut bereaksi secara metabolis dengan arah. Seperti oksigen, karbon monoksida gampang bereaksi dengan darah (hemoglobin).
Hemogblobin + O2 = O2Hb (Oksihemoglobin)
Hemoglobin + CO = COHb (Karboksihemoglobin)
Ternyata ikatan karbon monoksida dengan darah atau karboksihemoglobin jauh lebih stabil daripada ikatan oksigen dengan darah (oksihemoglobin). Kestabilan karboksihemoglobin kira-kira 140 kali kestabilan oksihemoglobin. Keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih gampang menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu.
Dalam keadaan normal hemoglobin berfungsi sebagai pembawa atau pengangkut oksigen dalam bentuk oksihemoglobin dari paru-paru untuk dibagikan ke sel-sel badan yang memerlukannya. Selain itu hemoglobin juga berfungsi mengambil gas CO2 hasil pembakaran di dalam badan (dari sel-sel) dalam bentuk karbodioksi hemoglobin untuk dibuang keluar melalui paru-paru.
Pengaruh karbon monoksida terhadap badan insan yang satu dengan insan lainnya berbeda. Daya tahan badan insan ikut memilih toleransi badan terhadap efek adanya karbon monoksida.
Keracunan gas CO sanggup ditandai dari keadaan ringan menyerupai pusing, sakit kepala, dan mual. Keadaan yang lebih berat sanggup berupa menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sitem kardiovaskuler, serangan jantung, bahkan kematian.
Pertolongan bagi orang yang keracunan gas karbon monoksida pada tingkat yang relatif masih ringan sanggup dilakukan dengan membawa korban ke kawasan yang terbuka dan berudara segar, serta memperlihatkan kesempatan kepada korban untuk bernafas dalam-dalam.
Konsentrasi gas karbon monoksida (CO) di udara secara pribadi akan memengaruhi konsentrasi karboksihemoglobin (COHb). Bila konsentrasi gas CO di udara tetap maka konsentrasi COHb di dalam darah akan mencapai keseimbangan tertentu dan akan tetap bertahan selama tidak ada perubahan pada konsentrasi CO di udara.
Dalam keadaan normal sesungguhnya darah sudah mengandung COHb sebanyak 0,5% yang berasal dari proses metabolisme di dalam tubuh, ditambah lagi dari konsentrasi CO yang terdapat di udara dalam konsentrasi rendah.