Pengaruh Obat-Obatan Terhadap Sistem Saraf
Obat diberikan oleh dokter kepada pasien dengan tujuan mengobati penyakit. Namun, obat justru sering disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak sakit. Tahukah Anda bahwa mengonsumsi obat-obatan psikotropika (narkoba) sanggup berakibat fatal? Misalnya pemakaian heroin, obat ini berfungsi untuk mengurangi rasa sakit. Dokter memakai heroin untuk membius pasien sehingga proses anestesi berjalan lancar tanpa rasa sakit pasien. Penyalah gunaan pemakaian heroin justru sanggup merusak acara fisiologis dan psikologis.
Selain itu pemakai heroin akan mengalami kecanduan (adiksi), sehingga tidak mau menghentikan pemakaian heroin tersebut. Bila tidak boleh secara tiba-tiba, jaringan saraf badan akan mengalami perubahan atau reaksi fisik yang sanggup berakibat fatal.
Oleh lantaran itu, seorang pecandu yang ingin berhenti kecanduan harus ditangani oleh dokter andal biar kerusakan yang terjadi pada jaringan sanggup berkurang secara tepat.
Contoh Obat-obatan yang Mempengaruhi Kerja Saraf
Berikut beberapa pola jenis obat yang sanggup mempengaruhi sistem kerja saraf.
1. Desinfektans, merupakan obat luar pembunuh kuman, contohnya alkohol, iodium, dan pengompres luka.
2. Depresan, merupakan obat penghambat fungsi neuron dalam sistem saraf pusat. Yang termasuk obat ini yaitu:
a. Etil, alkohol dalam minuman keras;
b. Obat tidur dan penenang (hipnotika dan sedativa), contohnya barbiturat (seconal, nembutal, luminal, dan amytol), nonbarbiturat (doriden, placidyl, noludar, dan methaqualone), serta turunan diazepam/valium (nitrazepam dan flunitrazepam);
c. Minortranqualizers.
3. Stimulan, termasuk jenis obat yang sanggup menstimulasi sistem saraf simpatetik, contohnya metamfetamin, amfetamin, kafein, deksedrin, ritaline, metil fenidate, dan phenmetracine.
4. Halusinogen, termasuk jenis obat untuk menambah iman diri yang bersifat sementara, contohnya lysergic acid diethylamide (LSD), atropin, scopelamin, tetrahidrokanabinol, dan fensiklidin.
5. Narkotika, termasuk jenis obat yang sanggup menurunkan transmisi saraf pada lintasan sensorik dari sumsum tulang belakang dan otak yang memberi kode rasa nyeri dan menghambat neuron dalam sumsum lanjutan (medula oblongata) contohnya morphin, codeine, heroin, metadon, dan nalline.
Selain itu pemakai heroin akan mengalami kecanduan (adiksi), sehingga tidak mau menghentikan pemakaian heroin tersebut. Bila tidak boleh secara tiba-tiba, jaringan saraf badan akan mengalami perubahan atau reaksi fisik yang sanggup berakibat fatal.
Oleh lantaran itu, seorang pecandu yang ingin berhenti kecanduan harus ditangani oleh dokter andal biar kerusakan yang terjadi pada jaringan sanggup berkurang secara tepat.
Contoh Obat-obatan yang Mempengaruhi Kerja Saraf
Berikut beberapa pola jenis obat yang sanggup mempengaruhi sistem kerja saraf.
1. Desinfektans, merupakan obat luar pembunuh kuman, contohnya alkohol, iodium, dan pengompres luka.
2. Depresan, merupakan obat penghambat fungsi neuron dalam sistem saraf pusat. Yang termasuk obat ini yaitu:
a. Etil, alkohol dalam minuman keras;
b. Obat tidur dan penenang (hipnotika dan sedativa), contohnya barbiturat (seconal, nembutal, luminal, dan amytol), nonbarbiturat (doriden, placidyl, noludar, dan methaqualone), serta turunan diazepam/valium (nitrazepam dan flunitrazepam);
c. Minortranqualizers.
3. Stimulan, termasuk jenis obat yang sanggup menstimulasi sistem saraf simpatetik, contohnya metamfetamin, amfetamin, kafein, deksedrin, ritaline, metil fenidate, dan phenmetracine.
4. Halusinogen, termasuk jenis obat untuk menambah iman diri yang bersifat sementara, contohnya lysergic acid diethylamide (LSD), atropin, scopelamin, tetrahidrokanabinol, dan fensiklidin.
5. Narkotika, termasuk jenis obat yang sanggup menurunkan transmisi saraf pada lintasan sensorik dari sumsum tulang belakang dan otak yang memberi kode rasa nyeri dan menghambat neuron dalam sumsum lanjutan (medula oblongata) contohnya morphin, codeine, heroin, metadon, dan nalline.