Alam Pikir Manusia



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia mempunyai ciri-ciri yang khusus yang tidak dimiliki oleh makhluk lain(makhluk binatang dan tumbuhan).Ciri-ciri tersebut ialah insan mempunyai akal, budi, rasa ingin tahu, kemauan yang lebih baik dan lain-lain. Bila dibandingkan dengan makhluk lain, badan insan lebih lemah, tetapi rohaninya (akal, budi dan kemauan) jauh lebih berpengaruh dan lebih maju di banding makhluk lain. Hal ini terbukti,saat inimanusia telah bisa menguasai dunia dan hewan. Itu semua sanggup terjadi lantaran hanya insan yang mempunyai budi sehat dan kemauan keras. Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu terhadap benda dan semua insiden yang terjadi disekitarnya, bahkan juga ingin tahu terhadap dirinya sendiri. Pada hakikatnya, perkembangan pikiran insan didasari dari dorongan rasa ingin tahu dan ingin memahami serta memecahkan kasus yang dihadapi. Rasa ingin tahu pada insan tidak sama, selalu berkembang seakan  tiada batas yang mengakibatkan berkembangnya ilmu pengetahuan.



BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pola Pikir
Pola pikir —juga dikenal dengan istilah mindset — ialah cara otak dan budi menerima, memproses, menganalisis, mempersepsi, dan menciptakan kesimpulan terhadap isu yang masuk melalui indra kita. Pola pikir itu bekerja bagaikan ramalan bintang di kepala kita. Sewaktu kita hanyut dalam samudra isu maka pikiran mencari arah dengan berpegangan pada rujukan pikir yang sudah terbentuk sebelumnya. Pola pikir itu untuk menjaga pikiran biar tetap berada pada jalur yang sudah menjadi keyakinan kita dan mendukung pencapaian tujuan yang menjadi pilihan kita.
Pola pikir yang sudah dimiliki masih sanggup diubah apabila dirasa sudah tidak bisa membawa diri kita hingga ke daerah tujuan dengan sukses. Untuk mengganti rujukan pikir usang dengan rujukan pikir gres yang lebih baik diharapkan tekad dan keberanian untuk berubah. Pola pikir gres yang dianut harus bisa mendorong imajinasi dan kreativitas untuk berkembang. Pola pikir yang dipakai selayaknya tidak terlalu jauh meloncat ke depan biar orang-orang di sekitar kita tetap sanggup mengikuti serta mengetahui bagaimana dan di mana pikiran kita berada.
Pola Pikir ialah cara otak dan budi menerima, memproses, menganalisi, mempersepsi, dan menciptakan kesimpulan terhadap isu yang masuk melalui indra.
Pola pikir seseorang akan gampang terlihat ketika menghadapi suatu permasalahan yang harus diselesaikan. Pola pikir itu sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman, dan nilai-nilai yang dianut di lingkungannya. Meskipun demikian, setiap orang bebas menentukan dan menentukan rujukan pikir menyerupai apa yang akan dijadikan pegangan bagi dirinya. Pola pikir yang sudah teruji dan diyakini kebenarannya sanggup menjadi prinsip hidup. Perlu dipahami bahwa rujukan pikir itu ada yang positif dan ada pula yang negatif. Pola pikir positif akan membawa dampak positif bagi penganutnya, sebaliknya rujukan pikir negatif akan membawa dampak negatif.
Pola pikir itu ada yang bersifat umum, dan ada pula yang bersifat spesifik sesuai dengan tuntutan bidang tertentu. Beberapa ungkapan rujukan pikir yang bersifat umum, contohnya “Jadilah kita sebagai penyebab bukan sebagai akibat, lantaran ,kita yang harus menentukan nasib bukan nasib yang menentukan kita”. Setiap pikiran menjadi penyebab, dan setiap kondisi yang terjadi merupakan suatu akibat. Karena itu, kita perlu mengelola rujukan pikir biar kondisi yang muncul hanyalah kondisi yang kita inginkan.
Salah satu ungkapan rujukan pikir Einstein bahwa “imajinasi jauh lebih baik dari pengetahuan”. Pengetahuan yang orisinal bersumber dari imajinasi. Oleh lantaran itu, dunia kita tidak akan lebih luas dari imajinasi kita. Pola pikir yang pernah diucapkan oleh Jonathan Swift, “Kita dibatasi bukan oleh kemampuan kita, tetapi oleh visi kita.” Warren Bennis mempunyai rujukan pikir menyerupai yang ia ucapkan, “Kepemimpinan ialah kemampuan mengubah visi menjadi realitas. Pemimpin ialah orang yang melaksanakan hal yang benar dan manajer ialah orang yang melaksanakan dengan cara yang benar.” Stephen R. Covey menyampaikan bahwa ada empat tugas utama sebagai pemimpin, yaitu: 1) menjadi panutan; 2) menjadi perintis; 3) menjadi penyelaras; dan 4) menjadi pemberdaya.

B. Mengenali Pola Pikir Manisa
Lazimnya orang hidup (yang normal) akan selalu berhadapan dengan apa yang dinamakan masalah. Sejak bangun dari tidur bekerjsama kita sudah berhadapan dengan masalah, baik kasus intern maupun kasus sosial yang melibatkan orang lain atau saling berinteraksi maka kasus yang dihadapi semakin bertambah rumit, kompleks dan memerlukan suatu pemikiran untuk memecahkannya. Berbagai cara telah dilakukan oleh insan untuk menuntaskan kasus yang dihadapi dalam kehidupannya. Dan setiap orang maupun kelompok berusaha sanggup memecahkan melalui rujukan berpikir yang dianggapnya cocok atau sesuai. Kita mestinya berterimakasih kepada-Nya telah dikaruniai budi atau otak biar berfungsi dan dioptimalkan ketika menghadapi kasus yang selalu ada dalam kehidupan ini. Semuanya akan selalu berkembang seirama dengan peradaban serta lingkungan yang banyak mempengaruhinya. Sejak mengenyam dingklik sekolahan bekerjsama kita telah diajarkan oleh sang guru untuk mengahadapi kasus yang diwujudkan dalam mata pelajaran yaitu bagaimana cara kita membahas suatu kasus guna memperoleh kesimpulan yang sanggup diterima kebenarannya. Tentu saja hal ini merupakan bekal yang tinggi nilainya, tak bisa ditebus dengan harta benda apa pun bentuknya. Ditambah lagi dengan bekal pengalaman proses pengembangan diri dalam menuntut ilmu pengetahuan pada level lebih lanjut maka telah menjadikan seseorang semakin cukup umur dalam berpikir untuk mengatasi masalah. Walaupun dalam realitasnya, tidak semua orang yang pernah mengenyam sekolah itu konsisten dengan ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh. Bisa dan boleh saja menentukan cara atau mungkin langkah yang menurutnya lebih baik sehingga menjadikan rujukan berpikir untuk memecahkan kasus yang dihadapi semakin bervariasi. Berpikir untuk memecahkan kasus merupakan penggalan dari hak otonom setiap insan sehingga menurutku hal demikian sanggup menambah referensi dan keanekaragaman rujukan berpikir insan dalam kehidupan di dunia yang fana ini. Tentu saja semua itu cukup menarik untuk diamati sekalian dicermati sejauhmana seseorang melaksanakan segala aktivitasnya dalam menuntaskan atau memecahkan kasus yang dihadapi.
Ditemui pula rujukan pikir insan yang terbiasa "coba-coba tapi tidak ada kepastian" menyerupai yang telah digambarkan di atas. Alhasil, apa yang dilakukan dalam memecahkan kasus - cenderung berspekulasi (gambling), sering keliru atau pun kalau masalahnya sanggup selesai lantaran faktor kebetulan saja. Blessing in disguise, kira-kiranya begitu. Pola Pikir Ilmiah Proses berpikir insan didasarkan pada cara yang rasional dalam mencari kebenaran atau pemecahan masalah. Penyelesaian kasus bersifat ilmiah. Pada proses berpikir ini biasa dilakukan pengamatan terhadap tanda-tanda insiden terlebih dahulu. Kemudian dirumuskan kasus yang akan dibahas. Berpikir ilmiah merupakan proses berpikir insan untuk memperoleh kesimpulan, keputusan, atau kebenaran selalu memakai logika dan dilakukan secara sistematis, metodologis, bisa diuji dan dibuktikan kebenarannya oleh orang lain (universal). Sedangkan pelakunya disebut ilmuwan (scientist). Ilmuwan biasanya bersikap independen, selalu terbuka, demokratis, semua pendapat dihargai. Apabila keputusan atau kesimpulan yang telah dilakukan ternyata salah - maka seorang ilmuwan mengakuinya. Kemudian tertantang untuk mencari cara pemecahan kasus melalui metode yang tepat/sesuai - sehingga diperoleh kesimpulan atau kebenaran (scientific truth). Pada prinsipnya, dalam rujukan pikir ilmiah dimulai perumusan masalah, pengajuan hipotesis atau asumsi, pengumpulan data, melaksanakan analisis data, kemudian menarik kesimpulan/konklusi guna mendapatkan kebenaran berupa hasil pemecahan masalah. Perlu ditambahkan bahwa proses berpikir ilmiah membutuhkan waktu relatif usang dan cermat, akan tetapi tingkat kebenarannya sanggup dipertanggung jawabkan. Demikian selintas goresan pena mengenali rujukan pikir insan dalam memecahkan kasus yang dihadapi. Penulis tak hendak menyebutkan rujukan pikir mana yang lebih tinggi dalam menilai banyak sekali rujukan pikir di atas. Setidaknya, itulah citra rujukan pikir insan yang sanggup dikemukakan. Tidak menutup kemungkinan goresan pena ini sanggup dikembangkan melalui diskusi lebih lanjut. Semoga sanggup menambah pengayaan pengetahuan kita bersama.


C. Proses Perkembnagan Pola Pikir
Sejak lahirnya di muka bumi ini, insan bersentuhan dengan alam. Persentuhan dengan alam menjadikan pengalaman. Alam memperlihatkan rangsangan kepada insan melalui pancaindera. Jadi, pancaindera merupakan alat komunikasi antara alam dengan insan yang membuahkan pengalaman. Pengalaman itu ketika demi ketika bertambah, lantaran insan ingin mendapatkan tanggapan atas pertanyaan yang hakiki; apa, bagaimana, dan mengapa, baik atas kehadirannya di dunia ini, maupun atas segala benda yang telah mengadakan kontak dengan dirinya.
Perkembangan rujukan pikir insan ini dari zaman ke zaman terus berubah bahkan bertambah, lantaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya : 1) Rasa  Ingin Tahu; Ilmu pengetahuan alam bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu perihal benda-benda di alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari, bahkan ingin tahu perihal dirinya sendiri (antroposentris).
Manusia sebagai mahluk, mempunyai ciri-ciri : a) Memiliki organ badan yang kompleks dan sangat khusus terutama otaknya. b) Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar. c) Memberikan tanggapan terhadap  rangsangan dari dalam dan dari luar. c) Memiliki potensi berkembang biak. d)Tumbuh dan bergerak. e) Berinteraksi dengan lingkungannya,  Mati. Sesuai dengan ciri insan pada poin (1), yakni insan mempunyai otak, maka insan mulai tumbuh rasa ingin tahunya, rasa ingin tahu ini tidak dimiliki oleh mahluk lain, menyerupai batu, tanah, sungai dan angin. Sedangkan air dan udara bergerak dari satu daerah ke daerah lain, namun gerakannya itu bukanlah atas kehendaknya sendiri, tetapi akhir dari dampak ilmiah yang bersifat kekal.

D. Perkembangan Pola Pikir Manusia Di Dunia Islam
Pemikiran Islam ialah pemikiran yang khas, lain daripada yang lain. Ini wajar, lantaran pemikiran Islam berasal dari wahyu atau bersandarkan pada klarifikasi wahyu, sedangkan pemikiran-pemikiran yang lain yang berkembang di antara manusia, baik itu berupa agama-agama non samawi, ideologi-ideologi politik dan ekonomi, maupun teori-teori sosial sekedar muncul dari kejeniusan berfikir insan yang melahirkannya.
Namun perlu disadari, bahwa sekalipun pemikiran Islam berasal dari wahyu yang turun dari langit, pemikiran islam ialah diturunkan ke bumi untuk menjadi petunjuk bagi insan di bumi. Allah SWT berfirman:
 “Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu Al Kitab (al-Qur’an) untuk insan dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk, maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka bekerjsama beliau semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri dan kau sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.” (Qs. az-Zumar [39]: 41).
 “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi insan dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (Qs. al-Baqarah [2]: 185).
Oleh lantaran itu, biar bisa memahami keberadaan pemikiran islam sebagai petunjuk amal perbuatan manusia, maka perlu dipahami karakteristik pemikiran Islam.
Pemikiran Islam mempunyai beberapa ciri khas, antara lain bersifat : komperehensif (syumuliyah), luas, mudah (amaliy), dan manusiawi.

a. Bersifat Komperehensif
Pemikiran Islam mengatur semua aspek kehidupan manusia, menyerupai politik, sosial kemasyarakatan, perekonomian, kebudayaan dan akhlak. Islam hadir dengan membawa aturan yang berkaitan dengan kekerabatan insan dengan tuhannya, dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain. Aturan yang mengatur kekerabatan insan dengan Tuhannya tercakup dalam kasus kepercayaan dan ibadah. Sedangkan aturan yang mengatur kekerabatan antara insan dengan dirinya sendiri tercakup dalam hukum-hukum perihal makanan, pakaian, dan akhlak. Selebihnya ialah aturan yang mengatur kekerabatan insan dengan insan lain, menyerupai kasus muamalah ekonomi dan sosial, sanksi-sanksi aturan bagi para pelanggar aturan (uqubat), politik ketatanegaraan, pertahanan dan keamanan, politik luar negeri dengan dakwah dan jihad fi sabilillah. Allah SWT berfirman:
 “(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kau (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar bangga bagi orang-orang yang berserah diri.” (Qs.an-Nahl[16]:89).
 “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatangbuas, kecuali yang sempat kau menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) ialah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah frustasi untuk (mengalahkan) agamamu, lantaran itu janganlah kau takut kepada mereka dan takutlahkepada-Ku. Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kau agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepada munikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa lantaran kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, bekerjsama Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Qs. al-Mâ’idah [5]: 3)
Setelah memahami kedua ayat di atas seorang muslim dilarang menyatakan bahwa, ada sebagian perbuatan insan yang tidak ada status hukumnya dalam Islam. Semua kasus dari semenjak Islam turun ke bumi 15 era yang kemudian hingga hari kiamat, semua kasus pasti tercakup dalam kasus yang dipecahkan oleh Islam. Kalau sekilas saja kita membaca buku-buku fiqih, kita akan mendapatkan bahwa kasus yang dipecahkan oleh syariah itu tidak hanya kasus ritual belaka, tapi seluruh kasus kehidupan.
b. Bersifat Luas
Keluasan pemikiran Islam memungkinkan Para Ulama untuk melaksanakan istinbath (menggali) hukum-hukum syari’iy dari nash-nash syariat-syariat perihal kasus gres apapun jenisnya, baik perbuatan ataupun benda. Dalil-dalil syariat hadir dalam bentuk gaya bahasa yang bisa meliputi kasus apa saja hingga hari kiamat. Apabila ditanyakan kepada seorang muslim hingga ketika ini, apa dalil syariat perihal kebolehan mengendarai roket, pesawat atau kapal selam, kemudian ia meneliti dalil-dalil syariat untuk mengetahui hukumnya, pasti beliau akan menemukannya dalam firman Allah SWT :
 “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagairahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikianitu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaanAllah) bagi kaum yang berpikir. (Qs. al-Jâtsiyah[45]:13).
 “Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar)bagi mereka ialah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam perahu yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai menyerupai perahu itu.”(Qs. Yâsîn [36]: 41 – 42)
Jika ada yang menanyakan, apakah umat Islam boleh mempunyai bom atom, maka beliau akan menjumpai aturan syara perihal itu, dalam firman Allah SWT :
 “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka, kekuatan apa saja yang kau sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang denganpersiapan itu) kau menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kau tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kau nafkahkan pada jalan Allah pasti akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kau tidak akan dianiaya (dirugikan).”(Qs. al-Anfâl [8]: 60)
Sebab, arah dari perintah Allah SWT dalam Qs. al-Anfâl [8]: 60 tersebut ialah untuk menakut-nakuti musuh (irhabul aduww). Kalau di masa lalu, adanya pasukan berkuda (al khail) ialah efektif untuk menakut-nakuti musuh, lantaran pasukan kavaleri yang ada pada waktu itu ialah pasukan berkuda. Di masa sekarang, pasukan kavaleri bisa berkendaraan panser atau yang lain. Dan untuk menakut-nakuti musuh di masa sekarang, bisa dilakukan dengan parade kapal induk, pesawat tempur supersonik yang dilengkapi dengan rudal berkepala nuklir, dan persenjataan canggih lainnya.
c. Bersifat Praktis
Hukum-hukum Islam hadir untuk diterapkan dan dilaksanakan ditengah-tengah kehidupan. Manusia tidak akan dibebani melebihi yang beliau sanggupi. Allah berfirman:
 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau aturan kami kalau kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".(Qs. al-Baqarah [2]: 286).
Pada sebagian besar ayat-ayat al-Quran, Allah swt telah mengaitkan amal dengan keyakinan menyerupai firman Allah SWT :
 “Demi masa. Sesungguhnya insan itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan pesan yang tersirat menasihati supaya menaati kebenaran dan pesan yang tersirat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Qs. al-Ashr [103]: 1 – 3)
 “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kau dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa,dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sehabis mereka berada dalam ketakutan menjadi kondusif sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiadamempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sehabis (janji) itu,maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”(Qs. an-Nûr [24]: 55).

d. Bersifat Manusiawi
Islam menyeru kepada insan dalam kapasitasnya sebagai manusia, tanpa melihat lagi ras atau warna kulitnya. Firman Allah SWT:
 “Hai insan beribadahlah kepada Tuhan kalian….” (Qs. al-Baqarah [2]: 21).
 “Katakanlah: ‘Hai manusia, bekerjsama saya (Muhammad) ialah utusan Allah untuk kalian semua’.” (Qs. al-A’râf [7]: 158).
 “Katakanlah: ‘Hai insan bekerjsama kami telah menjadikan kalian terdiri dari pria dan wanita dan kami telah menjadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kau saling kenal-mengenal’.” (Qs. al-Hujurât [49]: 13).
Rasulullah bersabda:
“Aku diutus untuk orang-orang yang berkulit merah maupun berkulit hitam.”
Orang-orang selain orang Arab pun telah beriman pada agama ini, menyerupai Persia, Romawi, Asia Tengah, India, Indonesia dan sebagainya. Demikianlah, Islam telah mengeluarkan mereka dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya hidayah, dari keterpurukan menuju kebangkitan.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu. Hewan juga mempunyai “rasa ingin tahu” akan tetapi tidak berkembang atau disebut “idle curiousity” atau “instinct.” Segala aktivitasnya didorong oleh instink itu dengan tujuan untuk melestarikan hidupnya. Untuk itulah mereka mencari makan, melindungi diri dan berkembang biak. Manusia mempunyai rasa ingin tahu yang berkembang. Akumulasi dari segala yang mereka sanggup dari usahanya mendapatkan tanggapan dari keingintahuannya itu merupakan “pengetahuan”-nya. Pengetahuan insan selalu berkembang. Ia selalu tidak puas dengan fakta tetapi ingin tahu juga perihal “apa,” “bagaimana” dan “mengapa” demikian.
Berlandaskan pada pengetahuan perihal beberapa diam-diam alam yang diperolehnya, insan kemudian berusaha untuk menguasai dan memanfaatkan pengetahuannya untuk memperbaiki kualitas dan pemenuhan kebutuhan hidupnya.



DAFTAR PUSTAKA

Djaliel, Maman Abdul. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Dewiki,Santi.2008.Alam Pemikiran Manusia dan Perkembangannya.(online)
Diunduh pada tanggal 24 – 02 – 2012, http://massofa.wordpress.com).
Jasin, Drs.Maskori.2010.Ilmu Alamiah Dasar.Jakarta : PT. Grafindo Persada.
Kurniawan.2008.Ayat – ayat penciptaan manusia.(online)
Diunduh pada tanggal 25 – 02 – 2012, http://www.kurniawan.blogspot.com).
Tim Dosen IAD.2004. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : Universitas Negeri Makassar.
Wulaningsih, Dewi Ratna.2010 Pengantar Ilmu Kealaman Dasar. (online)


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel