Tentang Haji Dan Umroh

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Agama Islam bertugas mendidik dhahir manusia, mensucikan jiwa manusia, dan membebaskan diri insan dari hawa nafsu. Dengan ibadah yang tulus tulus dan aqidah yang murni sesuai kehendak Allah, insya Allah kita akan menjadi orang yang beruntung.Ibadah dalam agama Islam banyak macamnya. Haji ialah salah satunya, yang merupakan rukun doktrin yang kelima. Ibadah haji ialah ibadah yang baik sebab tidak hanya menahan hawa nafsu dan menggunakan tenaga dalam mengerjakannya, namun juga semangat dan harta.
Dalam mengerjakan haji, kita menempuh jarak yang demikian jauh untuk mencapai Baitullah, dengan segala kesukaran dan kesulitan dalam perjalanan, berpisah dengan sanak keluarga dengan satu tujuan untuk mencapai kepuasan batin dan kenikmatan rohani.
Untuk memperdalam pengetahuan kita, penulis mencoba memberi klarifikasi secara singkat mengenai pengertisn haji dan umrah, tujuan yang ingin kita capai dalam haji dan umrah, dasar aturan perintah haji dan umrah, syarat, rukun dan wajib haji dan umrah serta hal-hal yang sanggup membatalkan haji dan umrah.
B.       Rumusan Masalah
1.            Apa definisi ihwal haji dan umrah?
C.      Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memperdalam pengetahuan saya tentang materi Haji dan Umroh
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Haji Dan Umrah
Asal mula arti haji berdasarkan lughah atau arti bahasa (etimologi) ialah “al-qashdu” atau “menyengaja”. Sedangkan arti haji dilihat dari segi istilah (terminology) berarti bersengaja mendatangi Baitullah (ka’bah) untuk melaksanakan beberapa amal ibadah dengan tata cara yang tertentu dan dilaksanakan pada waktu tertentu pula, berdasarkan syarat-syarat yang ditentukan oleh syara’, semata-mata mencari ridho Allah.
Adapun umrah berdasarkan bahasa bermakna ‘ziarah’. Sedangkan berdasarkan syara’ umrah ialah menziarahi ka’bah, melaksanakan tawaf di sekelilingnya, bersa’i antara Shafa dan Marwah dan mencukur atau menggunting rambut dengan cara tertentu dan sanggup dilaksanakan setiap waktu.
Allah SWT telah menimbulkan baitullah suatu tempat yang dituju insan pada setiap tahun.
Allah SWT berfirman :
وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
"Dan (ingatlah), ketika Kami menimbulkan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi insan dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i´tikaf, yang ruku´ dan yang sujud". (Al-Baqarah :125)
Baitullah ialah suatu tempat yang didatangi insan pada setiap tahun. Lazimnya mereka yang sudah pernah mengunjungi Baitullah, timbul keinginannya untuk kembali lagi yang kedua kalinya.
Maka makna Hajjul baiti berdasarkan syara’ ialah : mengunjungi baitullah dengan sifat yang tertentu, di waktu yang tertentu, disertai dengan perbuatan-perbuatan yang tertentu pula.
Para ulama telah mengkhususkan kalimat haji untuk mengunjungi ka’bah, untuk menuntaskan manasik haji. (Pedoman Haji. 1998 : 2)
B.     Tujuan Haji Dan Umrah
Al-baqarah 189
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَىٰ ۗ وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
″Mereka bertanya kepadamu ihwal bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu ialah gejala waktu bagi insan dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah biar kau beruntung″. (Al-baqarah : 189)
فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ ۖ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا ۗ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
"Padanya terdapat gejala yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah Dia; mengerjakan haji ialah kewajiban insan terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam". (Al-imran : 97)
C.    Dasar Hukum Perintah Haji Dan Umrah
Seperti di ketahui, dalam setiap acara ibadah, ada hal-hal yang bersifat fardhu, wajib, sunnah, dan makruh, di samping ada juga mubah (boleh-boleh saja di kerjakan) dan haram.
Dalam ibadah haji, fardhu ialah sesuatu yang apabila tidak dikerjakan sesuai ketentuannya, maka ibadah haji tidak sah ; mirip tidak melaksanakan wukuf di ‘Arafah.
Wajib dalam ibadah haji atau umrah ialah sesuatu yang bila diabaikan secara keseluruhan, atau tidak memenuhi syaratnya maka haji atau umrah tetap sah, tetapi orang yang bersangkutan harus melaksanakan hukuman yang telah ditetapkan. Misalnya, kewajiban melempar jumroh, bila ia diabaikan, maka ia harus diganti dengan membayar dam (denda).
Sesuatu yang sunnah bila dilakukan, atau sesuatu yang makruh, bila ditinggalkan sanggup mendukung kesempurnaan ibadah haji dan umrah. Sedang sesuatu yang mubah, tidak berdampak apa pun terhadap ibadah. (Mizan. 2000 : 157-158)
D.    Syarat, Rukun Dan Wajib Haji Dan Umrah
1.      Syarat-Syarat Melakukan Haji
Adapun syarat-syarat wajib melaksanakan ibadah haji dan umrah ialah :
a)            Islam
b)            Baligh (dewasa)
c)            Aqil (berakal sehat
d)           Merdeka
e)            Mampu (Istitha’ah)
a)      Islam
Beragama Islam merupakan syarat mutlak bagi orang yang akan melaksanakan ibadah haji dan umrah. Karena itu orang-orang kafir tidak mempunyai kewajiban haji dan umrah. Demikian pula orang yang murtad.
b)      Baligh
Anak kecil tidak wajib haji dan umrah. Sebagaimana dikatakan oleh nabi Muhammad SAW “Kalam dibebaskan dari mencatat atas anak kecil hingga ia menjadi baligh, orang tidur hingga ia bangun, dan orang yang gila hingga ia sembuh”.
c)      Berakal
Orang yang tidak berakal, mirip orang gila, orang tolol juga tidak wajib haji.
d)     Merdeka
e)      Budak tidak wajib melaksanakan ibadah haji sebab ia bertugas melaksanakan kewajiban yang dibebankan oleh tuannya. Padahal menunaikan ibadah haji memerlukan waktu. Disamping itu budak itu termasuk orang yang tidak bisa dari segi biaya, waktu dan lain-lain
f)       Mampu (Istitha’ah) : Kemampuan yang dimaksud ialah kemampuan dalam hal kendaraan, bekal, pengongkosan, dan keamanan di dalam perjalanan.
Pengertiana bisa itu ada 2 macam :
1.        Mampu mengerjakan haji dengan sendirinya, dengan beberapa syarat sebagai berikut :
a.              Mempunyai bekal yang cukup untuk pergi ke mekah dan kembalinya.
b.              Ada kendaraan yang pantas dengan keadaannya, baik kepunyaan sendiri ataupun dengan jalan menyewa.
c.              Aman perjalanannya. Artinya dimasa itu biasanya orang-orang yang melalui jalan itu selamat sentosa.
d.             Syarat wajib haji bagi perempuan, hendaklah ia berjalan bahu-membahu dengan mahramnya, bahu-membahu dengan suaminya, atau bahu-membahu dengan perempuan yang dipercayai. (Fiqih Islam. 2001 : 204-205)
Demikian pula kesehatan tubuh tentu saja bagi mereka yang akrab dengan makkah dan tempat-tempat sekitarnya yang bersangkut paut dengan ibadah haji dan umrah, duduk perkara kendaraan tidak menjadi soal. Dengan berjalan kaki pun bisa dilakukan. Pengertian mampu, istitha’ah atau juga as-sabil (jalan, perjalanan), luas sekali, meliputi juga kemampuan untuk duduk di atas kendaraan, adanya minyak atau materi bakar untuk kendaraan.
Di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ad-Daru Quthni Anar ra. Terdapat percakapan sebagai berikut: yang artinya Rasulullah SAW ditanya: Apa yang dimaksud jalan (as-sabil, bisa melaksanakan perjalanan) itu ya Rasulullah? Beliau menjawab : Yaitu bekal dan kendaraan.
Sedangkan yang dimaksud bekal dalam Fat-Hul Qorib disebutkan : Dan diisyaratkan ihwal bekal untuk pergi haji (sarana dan prasarananya) hal mana telah tersebut di atas tadi, hendaklah sudah (cukup) melebihi dari (untuk membayar) hutangnya, dan dari (anggaran) pembiayaan orang-orang, dimana biaya hidupnya menjadi tanggung jawab orang yang hendak pergi haji tersebut. Selama masa keberangkatannya dan (hingga sampai) sekembalinya (di tanah airnya). Dan juga diisyaratkan harus melebihi dari (biaya pengadaan) rumah tempat tinggalnya yang layak buat dirinya, dan (juga) melebihi dari (biaya pengadaan) seorang budak yang layak buat dirinya (baik rumah, dan budak disini, apabila benar-benar dibuktikan oleh orang tersebut). (Fath-Hul Qarib, 1991 : 30)
2.      Rukun-Rukun Ibadah Haji dan Umrah
Rukun haji dan umrah merupakan ketentuan-ketentuan/perbuatan-perbuatan yang wajib dikerjakan dalam ibadah haji apabila ditinggalkan, meskipun hanya salah satunya, ibadah haji atau umrahnya itu tidak sah. Adapun rukun-rukun haji dan umrah itu ialah sebagai berikut :
a)            Ihram
b)            Wukuf di arafah
c)            Thawaf
d)           Sa’i
e)            Bercukur
f)             Tertib
a)      Ihram
Melaksanakan ihram disertai dengan niat ibadah haji dengan menggunakan pakaian ihram.Pakaian ihram untuk laki-laki terdiri dari dua helai kain putih yang tak terjahit dan tidak bersambung semacam sarung. Dipakai satu helai untuk selendang panjang serta satu helai lainnya untuk kain panjang yang dililitkan sebagai epilog aurat. Sedangkan pakaian ihram untuk kaum perempuan ialah berpakaian yang menutup aurat mirip halnya pakaian biasa (pakaian berjahit) dengan muka dan telapak tangan tetap terbuka.
b)      Wukuf di Padang Arafah
Yakni menetap di Arafah, setelah condongnya matahari (ke arah Barat) jatuh pada hari ke-9 bulan dzulhijjah hingga terbit fajar pada hari penyembelihan kurban yakni tanggal 10 dzulhijjah.
c)      Thawaf
Yang dimaksud dengan Thawaf ialah mengelilingi ka’bah sebayak tujuh kali, dimulai dari tempat hajar aswad (batu hitam) tepat pada garis lantai yang berwarna coklat, dengan posisi ka’bah berada di sebelah kiri dirinya (kebalikan arah jarum jam). (kumpulanmakalahpai haji)
Macam-macam Thawaf
1.             Thawaf Qudum : yakni thawaf yang dilaksanakan ketika gres tiba di Masjidil Haram dari negerinya.
2.             Thawaf Tamattu’ : yakni thawaf yang dikerjakan untuk mencari keutamaan (thawaf sunnah)
3.             Thawaf Wada’ : yakni thawaf yang dilaksanakan ketika akan meninggalkan Makkah menuju tempat tinggalnya.
4.             Thawaf Ifadhah (thawaf rukun) : yakni thawaf yang dikerjakan setelah kembali dari wukuf di Arafah. Thawaf Ifadhah merupakan salah satu rukun dalam ibadah haji.
5.             Thawaf nazar.
6.             Thawaf sunnat. (Tawaf, wikipedia.org)
d)     Sa’i antara Shafa dan Marwah
Sai ialah lari-lari kecil sebayak tujuh kali dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwah yang jaraknya sekitar 400 meter.Sai dilakukan untuk melestarikan pengalaman Hajar, ibunda nabi Ismail yang mondar-mandir ketika ia mencari air untuk dirinya dan putranya, sebab usaha dan tawakalnya kepada Allah, kesannya Allah memberinya nikmat berupa mengalirnya mata air zam-zam.
Dalam sa’i harus diperhatikan ketentuan-ketentuan berikut :
a.         Sa’i mesti dilakukan setelah melaksanakan thawaf, sebagaimnana yang dicontohkan Nabi.
b.         Tartib, dimulai dari shafa. Jabir meriwayatkan bahwa Nabi bersabda, Kita mulai dari tempat yang Allah memulai dengan-Nya, dan dia memulai dari shafa hingga selesai dari sa’inya di Marwah.”
c.         Sa’i mesti dilakukan tujuh kali dengan ketentuan bahwa perjalanan dari shafa ke Marwah dihitung satu kali, dan berikutnya dari Marwah ke shafa pun demikian. (Materi Pendidikan Agama Islam, 2001 : 105)
e)      Tahallul
Tahallul ialah menghalalkan pada dirinya apa yang sebelumnya diharamkan bagi dirinya sebab sedang ihram. Tahallul ditandai dengan memotong rambut kepala beberapa helai atau mencukurnya hingga habis (lebih afdol)
f)       Tertib Berurutan
Sedangkan Rukun dalam umrah sama dengan haji yang membedakan ialah dalam umrah tidak terdapat wukuf.
3.      Wajib Haji dan Umrah
Wajib haji dan umrah ialah ketentuan-ketentuan yang wajib dikerjakan dalam ibadah haji dan umrah tetapi bila tidak dikerjakan haji dan umrah tetap sah namun harus mambayar dam atau denda.
Adapun Wajib-wajib haji adalah
a)        Ihram dari miqat           
Dalam melaksanakan ihram ada ketentuan kapan pakaian ihram itu dikenakan dan dari tempat manakah ihram itu harus dimulai. Persoalan yang membicarakan ihwal kapan dan dimana ihram tersebut dikenakan disebut miqat atau batas yaitu batas-batas peribadatan bagi ibadah haji dan atau umrah.
Macam-macam miqat berdasarkan Fah-hul Qarib
1.            Miqat zamani (batas waktu)
Pada konteks (yang berkaitan) untuk memulai niat ibadah haji,adalah bulan Syawal, Dzulqa’dah dan 10 malam dari bulan dzilhijjah (hingga hingga malam hari raya qurban). Adapun (miqat zamani) pada konteks untuk niat melaksanakan “Umrah” maka sepanjang tahun itu, waktu untuk melaksanakan ihram umrah.
2.            Miqat makany (batas yang berkaitan dengan tempat)
Untuk dimulainya niat haji bagi hak orang yang bermukim (menetap) di negeri makkah, ialah kota makkah itu sendiri. Baik orang itu penduduk orisinil makkah, atau orang perantauan. Adapun bagi orang yang tidak menetap di negeri makkah, maka :
a.       Orang yang (datang) dari arah kota Madinah as-syarifah, maka miqatnya ialah berada di (daerah) “Dzul Halifah”.
b.      Orang yang (datang) dari arah negeri Syam (syiria), Mesir dan Maghribi, maka miqatnya ialah di (daerah) “Juhfah”.
c.       Orang yang (datang) dari arah Thihamatil Yaman, maka miqatnya berada di kawasan “Yulamlam”.
d.      Orang yang (datang) dari arah kawasan dataran tinggi Hijaz dan kawasan dataran tinggi Yaman, maka miqatnya ialah berada di bukit “Qaarn”.
e.       Orang yang (datang) dari arah negeri Masyrik, maka miqatnya berada di desa “Dzatu “Irq”. (Fath-Hul Qarib, 1991 : 35)
Ketentuan tempat (tempat makani) :
a.       Makkah, miqat (tempat ihram) orang yang tinggal di makkah, berarti orang yang tinggal di makkah hendaklah ihram dari rumah masing-masing.
b.      Zul-hulaifah, miqat (tempat ihram) yang tiba dari pihak madinah dan negeri-negeri sejajar dengan madinah.
c.       Juhfah, miqat (tempat ihram) orang yang tiba dari sebelah syam, mesir, dan negeri-negeri yang sejajar dengan negeri-negeri tersebut. Juhfah nama suatu kampung di antara makkah dan madinah, kampung itu kini telah rusak (roboh), kampung yang akrab kepadanya ialah : Rabigh”.
d.      Yalamlam (nama suatu bukit dari beberapa bukit tuhamah). Bukit ini, miqat orang yang tiba dari sebelah yaman, india, indonesia, dan negeri-negeri yang sejalan dengan negeri-negeri tersebut.
e.       Qarnu (nama sebuah bukit, jauh dari makkah kira-kira 80,640 km). Bukit ini, miqat orang yang tiba dari sebelah Najdil-Yaman dan Najdil-hijaz dan orang-orang yang tiba dari negeri-negeri yang sejalan dengan itu.
f.       Zatu’irqain (nama kampung yang jauhnya dari makkah kira-kira 80,640 km). Kampung ini, miqat orang yang tiba dari iraq dan negeri-negeri yang sejalan dengan itu.
g.      Adapun bagi penduduk negeri-negeri yang diantara makkah dan miqat-miqat tersebut maka mikat mereka negeri masing-masing. (Fiqih Islam, 1954 : 204-205)
b)        Melempar Jumrah
Wajib haji yang ketiga ialah melempar jumrah “Aqabah”, yang dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah, setelah bermalam di Mudzalifah. Jumrah sendiri artinya bata kecil atau kerikil, yaitu kerikil yang dipergunakan untuk melempar tugu yang ada di kawasan Mina. Tugu yang ada di Mina itu ada tiga buah, yang dikenal dengan nama jamratul’Aqabah, Al-Wustha, dan ash-Shughra (yang kecil). Ketiga tugu ini menandai tepat berdirinya ‘Ifrit (iblis) ketika menarik hati nabi Ibrahim sewaktu akan melaksanakan perintah menyembeliih putra tersayangnya Ismail a.s. di jabal-qurban semata-mata sebab mentaati perintah Allah SWT.
            Di antara ketiga tugu tersebut maka tugu jumratul ‘Aqabah atau sering juga disebut sebagai jumratul-kubra ialah tugu yang terbesar dan terpenting yang wajib untuk dilempari dengan tujuh buah kerikil pada tanggal 10 Dzulhijjah.
c)        Mabit di Mudzalifah
Wajib haji yang kedua ialah bermalam (mabit) di mudzalifah pada malam tanggal 10 Dzulhijjah, setelah menjalankan wuquf di Arafah.
d)       Mabid di Mina
Wajib haji keempat ialah bermalam (mabid) di mina pada hari Tasyrik, yaitu pada tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah.
e)        Thawaf Wada’
Thawaf Wada’ yakni thawaf yang dilaksanakan ketika akan meninggalkan Makkah menuju tempat tinggalnya. (Bimbingan Manasik Ziarah dan Perjalanan Haji, 1989 : 44-47)
Sedangkan wajib umrah ialah sebagai berikut:
1.      Ihram dari tempat yang telah ditentukan (miqat makani). Sedang miqat zamaninya tidak ditentukan sebab ibadah umrah sanggup dikerjakan sepanjang tahun.
2.      Umrah atau haji.
E.     Hikmah Ibadah Haji Dan Umrah
Ada beberapa pesan yang tersirat yang sanggup diambil dari pelaksanaan haji dan umrah, baik dari aspek waktu maupun pelaksanaannya. Di antara hikmah-hikmahnya ialah sebagai berikut :
1.      Dalam pelaksanaan ihram, insan dilatih untuk sanggup mengendalikan hawa nafsu, khususnya syahwat, perbuatan-perbuatan dosa, dan hal-hal yang menyenangkan dirinya (hedonis).
2.      Dalam pelaksanaan thawaf, ka’bah merupakan simbol monoteisme (tauhid). Melakukan thawaf disekeliling ka’bah merupakan simbol bahwa segala usaha kegiatan hidup insan didunia ini tidak akan pernah lepas dari pengawasan dan kekuasaan Allah. Dengan dzikir ketika thawaf yang disertai penghayatan yang mendalam, dibutuhkan akan tertanam dalam jiwa orang yang membacanya kesadaran bahwa insan itu sangat lemah. Di sini orang akan menganggap bahwa insan tidak layak berlaku sombong dan angkuh.
3.      Ibadah sa’i antara Shafa dan Marwah mengingatkan sejarah usaha Siti Hajar ketika mencari air. Ini mengisyaratkan bahwa orang yang haji dibutuhkan mempunyai etos kerja tinggi, dihentikan berpangku tangan, mengharap rezeki tiba dari langit.
4.      Wukuf diarafah bisa disebut sebagai malam perenungan. Arafah sendiri berarti pengalaman. Maksudnya, orang yang melaksanakan haji dan umrah dibutuhkan sanggup mengenal jati dirinya, menyadari segala kesalahannya dan bertekad untuk tidak mengulanginya.
5.      Melempar jumrah terkait erat dengan dongeng ibrahim ketika melempar setan. Hal ini dimaksudkan biar orang yang melaksanakan haji dan umrah mempunyai tekad dan semangat untuk tidak terbujuk rayuan setan yang merusak dunia ini.
6.      Bermalam di mina dan muzdalifah dan diistilahkan malam istirahat dari rangkaian ibadah haji. Disini orang sanggup memulihkan kondisi yang sangat lelah. Ini sebagai arahan bahwa insan memerlukan waktu istirahat dalam hidup ; tidak selamanya bekerja  hingga tidak ingat menjaga kondisi badan.
7.      Dalam tahallul terkadang anutan biar insan bisa mengendalikan sifat pembawaannya. Tahallul diibaratkan sebagai lampu hijau yang mengisyaratkan kendaraan boleh berjalan kembali setelah untuk sementara diharuskan berhenti.

BAB III
KESIMPULAN
Asal mula arti haji berdasarkan lughah atau arti bahasa (etimologi) ialah “al-qashdu” atau “menyengaja”. Sedangkan arti haji dilihat dari segi istilah (terminology) berarti bersengaja mendatangi Baitullah (ka’bah) untuk melaksanakan beberapa amal ibadah dengan tata cara yang tertentu dan dilaksanakan pada waktu tertentu pula, berdasarkan syarat-syarat yang ditentukan oleh syara’, semata-mata mencari ridho Allah.
Syarat-Syarat Melakukan Haji
Adapun syarat-syarat wajib melaksanakan ibadah haji dan umrah ialah :
1.         Islam
2.         Baligh (dewasa)
3.         Aqil (berakal sehat
4.         Merdeka
5.         Mampu (Istitha’ah)
DAFTAR PUSTAKA
http://irmafitroturrohmah.blogspot.co.id/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel