Aliran Esensialisme

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Filsafat pendidikan yaitu ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Secara filosofis, pendidikan yaitu hasil dari peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan impian dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya.
Pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang bersifat modernisasi sanggup pula menjadikan pendidikan itu kehilangan arah. Berhubung dengan itu pendidikan haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang sanggup mendatangkan kestabilan. Agar sanggup terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang terang dan yang telah truji oleh waktu. Nilai-nilai yang sanggup memenuhi yaitu berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama 4 era belakangan ini, dengan perhitungan Zaman Renaissance, sebagai pangkal timbulnya pandangan-pandangan esensialistis awal. Essensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada semenjak awal peradaban umat manusia.
Dengan pengembalian contoh pendidikan pada pengambilan nilai-nilai masa lalu, esensialisme percaya bahwa keefektifan pembelajaran akan tercipta. Esensialisme sangat menekankan pada pendidikan dimasa kemudian dan cenderung tidak mendukung dengan contoh pendidikan masa kini atau yang sering disebut sebagai modernisasi pendidikan. Bagi esensialisme pola-pola pendidikan masa kemudian lebih memperlihatkan banyak kemutakhiran contoh berpikir yang ada dalam diri siswa. Modernisasi dianggap sebagai zaman yang hanya menambahkan banyak nilai-nilai gres yang kalah dengan nilai-nilai usang dalam hal menghasilkan siswa yang berkompeten, sehingga nilai-nilai lamalah yang mempunyai peranan penting kalau dilihat dari kacamata esensialisme.
Oleh lantaran itu dalam makalah ini penulis akan memaparkan mengenai  aliran filsafat esensialisme.
B.     Rumusan Masalah
Uraikan apa yang kau ketahui ihwal Aliran Essensialisme !
C.    Tujuan
Menguraikan apa yang kau ketahui ihwal Aliran Essensialisme !
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Munculnya Aliran Esensialisme
Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan ciri-ciri utamanya berbeda dengan progresivisme. Progresif mempunyai pandangan bahwa banyak hal itu mempunyai sifat yang serba fleksibel dan nilai-nilai itu berubah dan berkembang. Esensialisme menganggap bahwa dasar pijak fleksibilitas dalam segala bentuk sanggup menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, pelaksanaan yang kurang stabil dan tidak menentu.
Pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang bersifat demikian ini sanggup menjadikan pendidikan itu sendiri kehilangan arah. Berkaitan dengan hal itu pendidikan haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang sanggup mendatangkan kestabilan. Agar sanggup terpenuhi maksud tersebut nilai-ailai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang terang dan telah teruji oleh waktu.
B.     Ciri-ciri Utama
Bagi aliran ini “Education as Cultural Conservation”, pendidikan sebagai pemelihara kebudayaan. Karena dalil ini maka aliran Essentialisme dianggap para andal sebagai “Conservative road to culture”, yakni aliran ini ingin kembali kepada kebudayaan lama, warisan sejarah yang telah menandakan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia.
Esensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada semenjak awal peradaban umat manusia. Kebudayaan yang mereka wariskan kepada kita hingga sekarang, telah teruji oleh segala zaman, kondisi dan sejarah. Kebudayaan demikian, ialah essensia yang bisa pula mengemban hari kini dan masa depan umat manusia. Kebudayaan sumber itu tersimpul dalam pedoman para filosof andal pengetahuan yang agung, yang pedoman dan nilai-nilai ilmu mereka bersifat kekal dan monumental.
Kesalahan dari kebudayaan moderen kini Essensialisme ialah kecenderungannya, bahkan gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang telah ditanamkan kebudayaan warisan itu. Fenomena-fenomena sosial-kultural yang tidak kita ingini sekarang, hanya sanggup diatasi dengan kembali secara sadar melalui pendidikan, ialah kembali ke jalan yang telah ditetapkan itu. Hanya dengan demikian, kita boleh optimis dengan masa depan kita, masa depan kebudayaan umat manusia.
Pemikir-pemikir besar yang telah dianggap sebagai peletak dasar asas-asas filsafat aliran ini, terutama yang hidup pada zaman klasik: Plato, Aristoteles, dan Democritus. Plato sebagai bapak Objective-Idealisme yaitu pula peletak teori-teori modern dalam Essentialisme. Sedangkan Aristotes dan Democritus, keduanya Bapak Objective-Realisme. Kedua pandangan gres filsafat itulah yang menjadi latar belakang thesis-thesis Essentialisme. Yang amat mayoritas dalam Essentialisme tidak hanya filsafat klasik tersebut. Malahan lebih-lebih ajaran-ajaran filosof pada zaman Renaissance, merupakan sokoguru aliran ini. Brameld menulis ciri utama Essentialisme itu sebagai berikut:
“Pandangan-pandangan filsafat yang kuno dan absolutisme pandangan abad-abad pertengahan tercermin dalam otoritasnya yang tidak sanggup ditantang, otoritas gereja yang dogmatis, dimana pengikut Essentialisme modern bertujuan mengusahakan suatu sistematika, konsepsi ihwal insan dan alam semesta yang secepat mungkin cocok bagi kebutuhan zaman dan lembaga-lembaga modern.”
Essensialisme merupakan paduan ide-ide filsafat Idealisme dan Realisme. Praktek filsafat pendidikan essensialisme dengan demikian menjadi lebih kaya dibandingkan kalau ia hanya mengambil posisi sepihak dari salah satu aliran yang ia sintesiskan.
C.    Hakikat Aliran Esensialisme
Esensialisme merupakan aliran yang ingin kembali kepada kebudayaan-kebudayaan usang yang warisan sejarah yang telah menandakan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia. Esensialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah kepada keduniawian, serba ilmiah dan materialistic. Selain itu juga didasari oleh pandangan-pandangan dari penganut aliran idealisme dan realisme.
Esensialisme juga merupakan konsep yang meletakkan sebagian dari cirri alam piker modern. Sebagaimana halnya alasannya yaitu musabab munculnya renaisans. Eensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatisme era pertengahan. Maka disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai insan dan alam semesta yang memenuhi tuntutan zaman modern.
Realisme modern yang menjadi salah satu eksponen esensialisme, titik berat tinjauannya yaitu mengenai alam atau dunia fisik. Sedangkan idealisme modern sebagai ekspon yang lain, pandangannya bersifat spiritual. John Deonal Butler mengutarakan secara singkat cirri dari masing-masing ini.
Idelisme modern mempunyai pandangan bahwa realita yaitu sama dengan substansi gagasan-gagasan atau ide. Dibalik dunia fenomenal ini ada jiwa yang tidak tebatas yaitu Tuhan yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk yang berpikirberada dalam lingkungan kekuasaan tuhan. Dengan menguji dan memeriksa ide-ide serta gagasan-gagasannya, insan akan sanggup mencapai kebenaran yang sumbernya yaitu Tuhan sendiri.
Idealisme modern dengan tokoh-tokoh utamanya di jerman pada era ke 17 dan 18, mengutarakan dan membahas pokok-pokok duduk masalah yang bersahabat dengan manusia, diantaranya terolahnya kesan-kesan indera oleh nalar dan proses penjelmaannya nenjadi pengetahuan. Demikian pula oleh realisme, masalah-masalah tersebut juga menjadi objek peninjauan menyerupai terbukti dari gagasan-gagasan dari tokoh-tokohnya di inggris sebelum idealisme muncul.
D.    Tokoh-Tokoh Aliran Esensialisme.
1.      Desiderius Eranus, belanda (abad 15/16) Berusaha semoga kurikulum sekolah bersifat humanis dan bersifat internasional, sehingga bisa meliputi lapisan menengah dan kaum aristokrat.
2.      Johan Amos Comenius (1592-1670) Berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan lantaran pada hakekatnya dunia yaitu dinamis dan bertujuan.
3.      John Locke. Inggris (1746-1827) Berpendapat bahwa pendidikan hendaknya sekala bersahabat dengan situasi dan kondisi.
4.      Johann henrich pestalozzi (1827-1946) Percaya bahwa sifat alam itu tercermin pada insan dan insan juga mempunyai kekerabatan transendental eksklusif dengan Tuhannya
5.      Johan Freidrich Frobel (1782-1852) Berkeyakinan bahwa insan yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang merupakan potongan dari ala mini sehingga insan tunduk dan mengikuti ketentuan-ketentuan aturan alam.
6.      G.W. Leibniz Ia merumuskan bahwa semua insiden dan fakta itu saling bekerjasama dan merupakan system yang harmonis, dan system ini telah ada sebagai pembawaan dari alam semesta itu sendiri. Teori ini juga dijelaskan dengan adanya pengertian modern.
7.      Immanuel kant Tokoh ini hingga kepada ratifikasi bahwa ilmu itu mengandung kebenaran dan budi insan sanggup mencapai kebenaran tersebut. Menurutnya pengetahuan sanggup dipaparkan dengan putusan, dan putusan yaitu merupakan rangkaian pengertian subjek dan predikat.
8.      O.W.F. Hegel Berpendapat bahwa ia mencari yang mutlak dari yang tidak mutlak. Dikatakan bahwa yang mutlak itu yaitu roh (jiwa)yang bermetamorfosis pada alam, maka sadarlah ia akan dirinya. Roh mempunyai inti yang disebut idea atau berfikir.
9.      Arthur Schopenhaner Ia berkesimpulan bahwa hidup ini penuh dengan kemurungan, yaitu tiada kepuasan atas terwujudnya kemauan sepanjang hayatmanusia. Ia juga beropini bahwa voluntas (kehendak) yaitu motor (bagi manusia) untuk mencapai daerah atau kedudukan penting.
10.  Thomas hobbes Berpendapat bahwa pengetahuan yang benar yaitu yang sanggup dijangkau oleh indera. Jadi, pengetahuan tidak sanggup mengatasi (melampaui) penginderaan. Persentuhan dunia luar dengan indera, jadi bersifat empiric, menjadi pangkal dan sumber pengetahuan.
11.  Davis Hume Mengemukakan analisa mengenai pengetahuan dan substansi. Pengetahuan yaitu sejumlah pengalaman yang timbul silih berganti. Masing-masing pengalaman itu mengadakan impresi tertentu bagi orang yang menghayati substansiitu bekerjsama tidak ada, lantaran bekerjsama yaitu perulangan pengalaman yang tadi.
12.  Francis Bacon Tokoh utama inggris yang lain ini yaitu pemegang canang ilmupengetahuan modern. Dalam bukunya yang berjudul Novum Organum, bacon menyampaikan bahwa ,enurut pandangan dan kesimpulannya pada masa lampau dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan ini insan basi sedikit hubungannya dengan dunia luar. Padahal dunia luar ini yaitu realita yang sesungguhnya.
E.     Pandangan-Pandangan Aliran Esensialisme
1.      Pandangan mengenai realita
Sifat yang menonjol dari ontology esensialisme yaitu suatu konsesi bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Ini berarti bahwa bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan impian insan haruslah diadaptasi dengan tata tersebut. Di bawah ini yaitu uraian mengenai penjabarannya berdasarkan realisme dan idealisme.
·         realisme yang mendukung esensialisme disebut realisme objektif, lantaran mempunyai cara pandang yang sistematis mengenai alam serta daerah insan di dalamnya.
·         Idealisme objektif mempunyai pandangan kosmis yang lebih optimis dibandingkan dengan realisme objektif. Yang dimaksud dengan ini yaitu bahwa pandangan-pandangannya bersifat menyeluruh yang boleh dikatakan meliputi segala sesuatu., dengan landasn pikiran bahwa totalitas dalam alam semesta ini pada hakekatnya yaitu jiwa atau spirit, idelisme men etapkan suatu pendirian bahwa segala sesuatu yang ada ini nyata.
2.      Pandangan mengenai pengetahuan
Pada beling mata realisme, masalah pengetahuan ini, insan yaitu target pandangan dengan penelaahan bahwa insan perlu dipandang sebagai makhluk yang padanya berlaku aturan yang mekanistis evolusionistis. Sedangkan berdasarkan idealisme, pandangan mengenai pengetahuan ini bersendikan pada pengertian bahwa insan yaitu makhluk yang adanya merupakan refleksi dari Tuhan dan yang timbul dari kekerabatan antara makrokosmos dan mikrokosmos.
Bersendikan prinsip di atas dapatlah dimengerti bahwa relisme memperhatikan banyak sekali pandangan dari tiga aliran psikologi asosianisme, behaviorisme dan koneksionisme. Dengan memperhatikan tiga aliran ini, yang intinya mencerminkan adanya penerapan metode-metode yang lazim untuk ilmu pengetahuanalam kodrat, realisme memperlihatkan perilaku lebih maju mengenai masalah pengatahuan ini dibanding dengan idealisme.
3.      Pandangan mengenai nilai
Menurut realisme kwalitas nilai tidak sanggup ditentukan secara konseptual terlebih dahulu, melainkan tergantung dari apa atau bagaimana keadaannya bila dihayati oleh subjek tertentu dan selanjutnya akan tergantung pula dari perilaku subjek tersebut.
Teori lain yang timbul dari realisme disebut determinisme etis. Dikatakan bahwa semua yang ada dalam ala mini termasuk insan mempunyai kekerabatan hingga merupakan rantai sebab-akibat. Realisme berdasarkan atas keturunan dan lingkungan. Nilai keindahan yaitu suatu kenikmatan yang dihasilkan dalam pengalaman bila kognisi dan perasaan bercampur atau saling berpengaruh. Yang dimaksud dengan kognisi disini yaitu duduk masalah persepsi sebagaimana dihubungkan dengan kenikmatan keindahan. Kenukmatan seseorang mengenai keindahan itu merupakan perpaduan antara pengalaman, persepsi, dan perasaan.
4.      Pandangam mengenai pendidikan
Pandangan mengenai pendidikan yang diutarakan disini bersifat umur, simplikataf dan selektif, dengan maksud semoga semata-mata sanggup memperlihatkan citra mengenai bagian-bagian utama dari esensialisme. Esensialisme timbul lantaran adanya tantangan mengenai perlunya perjuangan emansipasi diri sendiri sebagaimana dijalankan oleh para filsuf pada umumnya ditinjau dari sudut era pertengahan.
5.      Pandangan mengenai belajar
Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitik beratkan pada aku. Menurut idealisme, bila seorang itu berguru pada taraf permulaan yaitu memahami dirinya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia obyektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos. Pandangan Immanuel Kant, bahwa segala pengetahuan yang dicapai oleh insan melalui indera memerlukan unsur apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu.
Bila orang berhadapan dengan benda-benda, tidak berarti bahwa mereka itu sudah mempunyai bentuk, ruang dan ikatan waktu. Bentuk, ruang dan waktu sudah ada pada budi insan sebelum ada pengalaman atau pengamatan. Jadi, apriori yang terarah bukanlah budi kepada benda, tetapi benda-benda itu yang terarah kepada budi. Budi membentuk, mengatur dalam ruang dan waktu.
Dengan mengambil landasan pikir tersebut, berguru sanggup didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya sebagai substansi spiritual. Jiwa membina dan membuat diri sendiri.
Seorang filosuf dan andal sosiologi yang berjulukan Roose L. Finney menerangkan ihwal hakikat sosial dari hidup mental. Dikatakan bahwa mental yaitu keadaan rohani yang pasif, yang berarti bahwa insan pada umumnya mendapatkan apa saja yang telah tertentu yang diatur oleh alam. Berarti pula bahwa pendidikan itu yaitu sosial. Makara berguru yaitu mendapatkan dan mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai sosial angkatan gres yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan di teruskan kepada angkatan berikutnya. Dengan demikian pandangan-pandangan realisme mencerminkan adanya dua jenis determinasi mutlak dan determinasi terbatas:
1)      Determiuisme mutlak, memperlihatkan bahwa berguru yaitu mengalami hal-hal yang tidak sanggup dihalang-halangi adanya, jadi harus ada, yang bahu-membahu membentuk dunia ini. Pengenalan ini perlu diikuti oleh penyesuaian supaya sanggup tercipta suasana hidup yang harmonis.
2)      Determinisme terbatas, memperlihatkan citra kurangnya sifat pasif mengenai belajar. Bahwa meskipun pengenalan terhadap hal-hal yang kausatif di dunia ini berarti tidak dimungkinkan adanya penguasaan terhadap mereka, namun kemampuan akan pengawas yang diperlukan.
6.      Pandangan mengenai kurikulum
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat. Herman Harrel Horne dalam bukunya menyampaikan bahwa hendaknya kurikulum itu bersendikan ganjal fundamen tunggal, yaitu tabiat insan yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu diadaptasi dan ditujukan kepada yang serba baik. Atas ketentuan ini acara atau keaktifan anak didik tidak terkekang, asalkan sejalan dengan fundamen-fundamen yang telah ditentukan.
Bogoslousky, mengutarakan di samping menegaskan supaya kurikulum sanggup terhindar dari adanya pemisahan mata pelajaran yang satu dengan yang lain, kurikulum sanggup diumpamakan sebagai sebuah rumah yang mempunyai empat bagian:
1)         Universum
Pengetahuan merupakan latar belakang adanya kekuatan segala manifestasi hidup manusia. Di antaranya yaitu adanya kekuatan-kekuatan alam, asal seruan tata surya dan lain-Iainnya. Basis pengetahuan ini yaitu ilmu pengetahuan alam kodrat yang diperluas.
2)         Sivilisasi
Karya yang dihasilkan insan sebagai akhir hidup masyarakat. Dengan sivilisasi insan bisa mengadakan pengawasan tcrhadap lingkungannya, mengejar kebutuhan, dan hidup kondusif dan sejahtera .
3)         Kebudayaan
Kebudayaan mempakan karya insan yang meliputi di antaranya filsafat, kesenian, kesusasteraan, agama, penafsiran dan evaluasi mengenai lingkungan.
4)         Kepribadian
Bagian yang bertujuan pembentukan kepribadian dalam arti riil yang tidak bertentangan dengan kepribadian yang ideal. Dalam kurikulum hendaklah diusahakan semoga faktor-faktor fisik, fisiologi, emosional dan ientelektual sebagai keseluruhan, sanggup berkembang serasi dan organis, sesuai dengan kemanusiaan ideal.
F.     Kelebihan dan Kelemahan Aliran Esensialisme
1.      Kelebihan:
a.       esensialisme membantu untuk mengembalikan subject matter ke dalam proses pendidikan, namun tidak mendukung perenialisme bahwa subject matter yang benar yaitu realitas kekal yang disajikan dalam buku-buku besar dari peradaban barat. Great Book tersebut sanggup dipakai namun bukan untuk mereka sendiri melainkan untuk dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang ada pada remaja ini.
b.      esensialis beropini bahwa perubahan merupaka suatu kenyataan yang tidak sanggup diubah dalam kehidupan sosial. Mereka mengakui evolusi insan dalam sejarah, namun evolusi itu harus terjadi sebagai hasil desakan masyarakat secara terus-menerus. Perubahan terjadi sebagai kemampuan imtelegensi insan yang bisa mengenal kebutuhan untuk mengadakan amandemen cara-cara bertindak,organisasi,dan fungsisosial.
2.      Kelemahan:
a.       menurut esensialis, sekolah dilarang mempengaruhi atau memutuskan kebijakan-kebijakan sosial. Hal ini mengakibatkan adanya orientasi yang terikat tradisi pada pendidikan sekolah yang akan mengindoktrinasi siswa dan mengenyampingkan kemungkinan perubahan.
b.      Para pemikir esensialis pada umumnya tidak mempunyai kesatuan garis lantaran mereka berpedoman pada filsafat yang berbeda. Beberapa pemikir esensialis bahkan memandang seni dan ilmu sastra sebagai pelengkap dan merasa bahwa pelajaran IPA dan teknik serta kejuruan yang sukar yaitu hal-hal yang benar-benar penting yang diharapkan siswa semoga sanggup memberi donasi pada masyarakat.
c.       Peran guru sangat mayoritas sebagai seorang yang menguasai lapangan, dan merupakan model yang sangat baik untuk digugu dan ditiru. Guru merupakan orang yang menguasai pengetahuan dan kelas dibawah efek dan pengawasan guru. Jadi, inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada siswa.
BAB III
KESIMPULAN.
Idealisme dan realisme yaitu aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing.
Esensialisme yaitu konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis era pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai insan dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman
Realisme modern, yang menjadi salah satu eksponen essensialisme, titik berat tinjauannya yaitu mengenai alam dan dunia fisik, sedangkan idealisme modern sebagai eksponen yang lain, pandangan-pandangannya bersifat spiritual Dengan demikian disini jiwa sanggup diumpamakan sebagai cermin yang mendapatkan gambaran-gambaran yang berasal dari dunia fisik, maka anggapan mengenai adanya kenyataan itu tidak sanggup hanya sebagai hasil tinjauan yang menyebelah, berarti bukan hanya dari subyek atau obyek semata-mata, melainkan pertemuan keduanya.
Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita yaitu sama dengan substansi gagasan-gagasan (ide-ide). Dibalik dunia fenomenal ini ada jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk yang berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan Tuhan.
Menurut pandangan ini bahwa idealisme modern merupakan suatu ide-ide atau gagasan-gagasan insan sebagai makhluk yang berpikir, dan semua pandangan gres yang dihasilkan diuji dengan sumber yang ada pada Tuhan yang membuat segala sesuatu yang ada di bumi dan dilangit, serta segala isinya. Dengan menguji dan memeriksa semua pandangan gres serta gagasannya maka insan akan mencapai suatu kebenaran yang berdasarkan kepada sumber yang ada pada Allah SWT
DAFTAR PUSTAKA
Barnadip, imam, filsafat pendidikan, yogyakarta: andi offset, 1987
Khobir, Abdul, filsafat pendidikan islam, pekalongan: STAIN PRESS, 2007.
http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran-esensialisme.htm



Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel