Bahaya Sakit Ginjal Dapat Bawa Mati



Sebelum hingga pada tahap dialisis atau basuh darah, pasien yang mengalami penyakit ginjal kronik ternyata lebih banyak meninggal lantaran penyakit jantung, bukan lantaran ginjalnya.

Penyakit ginjal kronik dikala ini menerima lebih banyak perhatian lantaran sudah menjadi duduk perkara kesehatan masyarakat di seluruh dunia.

Penyakit ginjal kronik (PGK) ialah suatu keadaan dimana ginjal mengalami kelainan struktur atau gangguan fungsi yang sudah berlangsung lebih dari tiga bulan.

Selain itu, seseorang dikatakan PGK bila fungsi ginjalnya yang diukur dengan estimasi laju filtrasi glomerular (eLFG) kurang dari 60 mL/menit.

“Ginjal bekerjsama tidak menyebabkan kematian, yang menciptakan orang meninggal lantaran jantungnya berhenti, bila ginjalnya mati kan sanggup didialisis. Oleh lantaran itu, lebih banyak orang PGK yang meninggal lantaran penyakit jantung sebelum mencapai gangguan ginjal tahap terminal (stadium akhir),” terang Prof. Dr. dr. Suhardjono, SpPD-KGH, KGer, Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) dalam program Temu Media ‘Pentingnya Kontrol Tekanan Darah pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik’ di Bebek Bengil Resto, Jakarta, Senin (21/3/2011).

Menurut Prof Jhon, pasien PGK tahap awal mempunyai risiko 5 hingga 10 kali lipat meninggal lantaran bencana jantung dibandingkan pasien gangguan jantung terminal yang harus menjalani dialisis (cuci darah).

Pasien PGK juga mempunyai risiko penyakit jantung 20 kali lipat dibandingkan dengan orang normal.

Mengapa demikian?

dr. Dharmeizar, SpPD-KGH dari Divisi Ginjal-Hipertensi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM menjelaskan, ketika seseorang mengalami kelainan ginjal maka akan terjadi kelainan-kelainan yang sanggup menyebabkan kerusakan di jantung, menyerupai anemia (kekurangan darah), toksin uremik, hiperkalemia (kadar kalium darah tinggi), malnutrisi, peradangan kronik, yang jadinya menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan folat sehingga lama-lama menyebabkan kerusakan di jantung.

“Oleh lantaran itu, lebih banyak orang PGK yang meninggal lantaran penyakit jantung bukan lantaran ginjalnya,” lanjur dr. Dharmeizar.

dr. Dharmeizar menjelaskan, banyak orang yang tidak menyadari dirinya menderita PGK lantaran memang PGK biasanya tidak menawarkan gejala-gejala umum.

“Kebanyakan pasien sudah tiba pada stadium lanjut dan menawarkan tanda-tanda menyerupai muntah-muntah, sesak napas lantaran kelebihan cairan di paru-paru, mual, pucat, bengkak-bengkak,” terang dr. Dharmeizar.

Padahal sebenarnya, lanjut dr. Dharmeizar, PGk pencegahan ginjal sanggup dilakukan.

Bagaimana mencegah PGK?

“PGK umumnya tidak bergejala, jadi yang sanggup dilakukan ialah cukup dengan tes urine sederhana yang harganya relatif murah,” terang dr. Dharmeizar.

PGK sanggup dideteksi dengan tes urine sederhana untuk mengukur kadar protein dalam urine. Bila protein urine positif dan terjadi selama lebih dari 3 bulan maka orang tersebut sanggup dikatakan mengalami penyakit ginjal kronik.

Bila pada tes urine ditemukan kadar kreatin positif maka orang tersebut sudah mengalami PGK tingkat lanjut.

Selain itu perlu juga dilakukan investigasi laboratorium berkala, yaitu

    Urin lengkap
    Ureum dan kreatinin
    Gula darah
    Kolesterol, LDL-kolesterol, trigliserid

Apa saja penyebab PGK?

Prof Jhon menjelaskan PGK paling banyak disebabkan lantaran beberapa hal berikut:

    Hipertensi
    Diabetes Mellitus
    Infeksi sistemik
    Infeksi terusan kemih
    Batu ginjal
    Toksin obat
    Radang glomerulus (glomerulonefritis) kronis

Bagaimana memperlambat PGK?

1. Mengatur diet dengan:
Cukup kalori (35 kal/kg/hari)
Kurangi protein (0.6 – 0.75 gr/kg/hari)
Asupan garam dikurangi
Jumlah air minum disesuaikan

2. Mengontrol tekanan darah
3. Mengontrol kadar gula darah
4. Mengontrol kolesterol darah
5. Meningkatkan Hb
6. Stop merokok
7. Mengobati infeksi terusan kemih
8. Operasi watu terusan kemih

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel