Makalah Tugas Epidemiologi Dalam Terjadinya Persoalan Gizi




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, epidemiologi banyak dipakai dalam analisis problem gizi masyarakat. Masalah ini erat hubungannya dengan banyak sekali faktor yang menyangkut pola hidup masyarakat. Pendekatan problem gizi masyarakat melalui epidemiologi gizi bertujuan untuk menganalisis banyak sekali faktor yang bekerjasama erat dengan timbulnya problem gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan terutama yang berkaitan dengan kehidupan social masyarakat. Penanggulangan masaah gizi masyarakat yang disertai dengan surveilans gizi lebih mengarah kepada penanggulangan banyak sekali faktor yang berkaitan erat dengan timbulnya problem tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya terbatas pada sasaran individu atau lingkungan keluarga saja.
Dari banyak sekali referensi ruang lingkup penggunaan epidemiologi menyerupai tersebut diatas, lebih memperjelas bahwa disiplin ilmu epidemiologi sebagai dasar filosofi dalam perjuangan pendekatan analis problem yang timbul dalam masyarakat, baik yang bertalian dengan bidang kesehatan maupun problem lain yang erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat secara umum.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Epidemiologi yaitu ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari frekuensi penyakit pada manusia.
Epidemiologi mempelajari perihal distribusi penyakit berdasarkan umur, jenis kelamin, geografi, dll. Epidemiologi mempelajari distribusi penyakit berdasarkan faktor-faktor penyebab.
Epidemiologi gizi yaitu ilmu yang mempelajari determinan dari suatu problem atau kelainan gizi.
         Mempelajari distribusi dan besarnya problem gizi pada populasi manusia.
         Menguraikan penyakit dari problem gizi dan memilih kekerabatan alasannya akibat.
         Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk merencanakan dan melaksanakan jadwal pencegahan, kontrol dan penanggulangan problem gizi di masyarakat.
         Menguraikan penyebab dari problem gizi dan memilih kekerabatan alasannya akibat.

Masalah gizi dihubungkan dengan:
1.      Faktor dan penyebab problem gizi (agent)
2.      Faktor yang ada pada pejamu (host)
3.      Faktor yang ada di lingkungan pejamu (environment)

Menguraikan penyebab dari problem gizi dan memilih kekerabatan alasannya akibat:
         Masalah gizi : kekurangan atau kelebihan zat gizi
         Agent: asupan masakan dan penyakit yang sanggup mempengaruhi status gizi serta faktor-faktor yang berkaitan
         Host: karakteristik individu yang ada kaitannya dengan problem gizi (umur, jenis kelamin, suku bangsa, dll)
         Environment: lingkungan (rumah, pekerjaan, pergaulan) yang ada kaitannya dengan problem gizi
Penggunaan epidemiologi gizi:
a. Secara deskriptif mempelajari :
         Siapa yang memiliki problem gizi
         Kapan dan pada situasi-kondisi apa yang bagaimana problem gizi tersebut terjadi
(biasanya dipakai data dari klinik, laporan rutin ataupun hasil survey khusus)

b. Secara analitik mempelajari:
         Hubungan kausal tertentu antara faktor penyebab dengan kejadian/kelainan yang diakibatkannya (biasanya diharapkan penelitian khusus dengan rancangan kohort ataupun kasus-kontrol)

c. Secara intervensi mempelajari:
         Dampak ataupun efek dari suatu jadwal yang telah di laksanakan untuk menanggulangi problem gizi. (biasanya sanggup di manfaatkan untuk memperkuat perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program/kebijakan gizi)

2.2 Rencana studi epidemiologi gizi:
1. Rancangan observasi
a. Deskriptip:
1) Studi ekologi
2) Studi cross sectional
b. Analitik:
1) Studi coss-cotrol
2) Studi kohort
2. Rancangan eksperimen atau komuniti trial
a. Field trial
b. Clinical trial

2.3 Rancangan studi epidemiologi gizi:
a.       Studi ekologi contohnya:
Survey rumah tangga (asupan makanan) dikaitkan dengan data-data kesehatan oleh BPS
b.      studi cross-sectional atau studi prevalensi:
Untuk mengetahui kekerabatan antara faktor-faktor penyebab dan kelainan gizi pada suatu waktu dengan cara cepat dan murah (hubungan kausal)
c.       Studi case-kontrol
Untuk membandingkan orang yang mengalami kelainan gizi (kasus) dengan orang yang bebas kelainan gizi (kontrol) berdasarkan factor penyebab yang telah lalu
d.      Studi kohort
Dengan memilih factor penyebab terlebih dahulu kemudian mengikuti individu tersebut untuk waktu tertentu diikuti akhir dari factor penyebab tersebut pada interval waktu tertentu
e.       Studi eksperimen
Faktor penyebab ditentukan dan dilihat efeknya.

2.4 Permasalahan pada epidemiologi gizi :
         Gizi atau status gizi sukar untuk ditentukan secara langsung sehingga selama ini dipakai beberapa indikator status gizi
         Indikator status gizi tersebut sering dipakai untuk bermacam tujuan
         Masalah gizi merupakan akhir dari banyak faktor sehingga jadwal gizi dan penelitian gizi berkaitan dengan disiplin ilmu lainnya.

2.5 Penggunaan indikator status gizi:
1.      Untuk melaksanakan penapisan individual dalam jadwal pencegahan malnutrisi (indikator untuk memprediksi malnutrisi)
2.      Untuk mendiagnosis malnutrisi (indikator untuk memprediksi resiko maupun manfaat dari intervensi gizi)
3.      Untuk membandingkan hasil atau memposisikan suatu populasi terhadap nilai norma/rujukan tertentu
4.      Untuk mengevaluasi terapi/intervensi gizi (indikator yang bereaksi terhadap terapi gizi). Pemilihan indikator yang terbaik bergantung pada tujuan yang ingin dicapai.

2.6 Masalah indikator status gizi:
         Validitas data:
Mengukur apa yang ingin di ukur (TB/U untuk problem gizi kronis)
         Reliabilitas data:
Seberapa baik pengukuran sanggup diulang
         Sensitivitas data:
Menentukan individu yang benar-benar sakit (high risk)
         Spesifisitas data:
Menentukan individu yang benar-benar sehat

         Akurasi data:
Pengukuran mendekati kebenaran

2.7 Ukuran-ukuran dalam epidemiologi gizi:
1. Ukuran untuk morbiditas dan mortalitas:
a. Rate, rasio dan proporsi
b. Rate, insidens dan prevalens

2. Indikator kesehatan:
a. Indikator dari penyebab khusus
b. Mortalitas bayi dan bayi gres lahir
c. Mortalitas ibu
d. Umur cita-cita hidup

2.8 Masalah Gizi yang terjadi di Indonesia
A. Gizi Buruk
Definisi
Gizi Buruk suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, masalah KEP (Kurang Energi Protein) yaitu salah satu problem gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.

1. Penyebab terjadinya gizi buruk
Orang akan menderita gizi jelek bila tidak bisa untuk mendapat manfaat dari masakan yang mereka konsumsi, misalnya pada penderita diare, nutrisi berlebih, ataupun lantaran pola makan yang tidak seimbang sehingga tidak mendapat cukup kalori dan protein untuk pertumbuhan tubuh.
Beberapa orang sanggup menderita gizi jelek lantaran mengalami penyakit atau kondisi tertentu yang menimbulkan tubuh tidak bisa untuk mencerna ataupun menyerap masakan secara sempurna. Contohnya pada penderita penyakit seliak yang mengalami gangguan pada susukan pencernaan yang dipicu oleh sejenis protein yang banyak terdapat pada tepung yaitu gluten. Penyakit seliak ini mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi sehingga terjadi defisiensi. Kemudian ada juga penyakit cystic fibrosis yang mempengaruhi pankreas, yang fungsinya yaitu untuk memproduksi enzim yang dibutuhkan untuk mencerna makanan. Demikian juga penderita intoleransi laktosa yang susah untuk mencerna susu dan produk olahannya.

2. Penyebab secara langsung antara lain:
1.      Penyapihan yang terlalu dini
2.      Kurangnya sumber energi dan protein dalam masakan TBC
3.      Anak yang asupan gizinya terganggu lantaran penyakit bawaan menyerupai jantung atau metabolisme lainnya.
4.      Pola makan yang tidak seimbang kandungan nutrisinya
5.      Terdapat problem pada sistem pencernaan
6.      Adanya kondisi medis tertentu
3. Penyebab secara tidak langsung antara lain :
1.      Daya beli keluarga rendah/ ekonomi lemah
2.      Lingkungan rumah yang kurang baik
3.      Pengetahuan gizi kurang
4.      Perilaku kesehatan dan gizi keluarga kurang

4. Gejala-gejala Gizi Buruk
Gizi jelek sanggup mempengaruhi kesehatan tubuh baik fisik dan mental. Semakin berat kondisi gizi jelek yang diderita (semakin banyak nutrisi yang kurang) akan memperbesar resiko terjadinya problem kesehatan secara fisik.
Pada gizi jelek yang berat sanggup terjadi masalah menyerupai marasmus (lemah otot) akhir defisiensi protein dan energi, kretinisme dan kerusakan otak akhir defisiensi yodium, kebutaan dan resiko terkena penyakit infeksi yang meningkat akhir defisensi vitamin A, sulit untuk berkonsentrasi akhir defisiensi zat besi.

5. Gejala Umum Dari Gizi Buruk Adalah :
1.      Kelelahan dan kekurangan energy
2.      Pusing
3.      Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang menjadikan tubuh kesulitan untuk melawan infeksi)
4.      Kulit yang kering dan bersisik
5.      Gusi bisul dan berdarah
6.      Gigi yang membusuk
7.      Sulit untuk berkonsentrasi dan memiliki reaksi yang lambat
8.      Berat tubuh kurang
9.      Pertumbuhan yang lambat
10.  Kelemahan pada otot
11.  Perut kembung
12.  Tulang yang gampang patah
13.  Terdapat problem pada fungsi organ tubuh
Tanda – tanda Gizi jelek secara umum
1.      Berat Badan di bawah normal
2.      Rambut pirang. Kering kusam
3.      Pertumbuhan otak terhambat
4.      Badan nya lemas
5.      Matanya Cekung
6.      Perut buncit
7.      Tidak nafsu makan
8.      Rabun Senja
Dampak gizi jelek pada anak terutama balita
1.      Pertumbuhan tubuh dan perkembangan mental anak hingga cukup umur terhambat.
2.      Kekurangan Vitamin A sanggup menimbulkan Rabun Senja
3.      Daya tahan tubuh Lamah
4.      Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi.
5.      Zat antibody tidak sempurna
6.      Jika terinfeksi sukar sembuh serta gampang berkomplikasi
7.      Rentan terhadap penyakit TBC
8.      Bisa menimbulkan janjkematian bila tidak dirawat secara intensif.
Indikasi Gizi Buruk
Untuk KEP ringan dan sedang, tanda-tanda klinis yang bisa dijumpai pada anak yaitu berupa kondisi tubuh yang tampak kurus.  Sedangkan tanda-tanda klinis KEP berat/gizi jelek secara garis besar bisa dibedakan menjadi tiga tipe:
1.      kwashiorkor
2.      marasmus
3.      marasmus-kwashiorkor.

1.      Kwashiorkor yaitu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering timbul pada usia 1-3 tahun lantaran pada usia ini kebutuhan protein tinggi. Meski penyebab utama kwashiorkor yaitu kekurangan protein, tetapi lantaran materi masakan yang dikonsumsi kurang menggandung nutrient lain serta konsumsi daerah setempat yang berlainan, akan terdapat perbedaan citra kwashiorkor di banyak sekali negara.
Ciri – ciri kwashiorkor :
         edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab
         pandangan mata sayu
         rambut tipis kemerahan menyerupai warna rambut jagung dan gampang dicabut tanpa rasa sakit dan gampang rontok
         terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel
         terjadi pembesaran hati
         otot mengecil (hipotrofi), lebih faktual bila diperiksa pada posisi bangun atau duduk
         terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman kemudian terkelupas (crazy pavement dermatosis)
         sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut
         anemia dan diare
2.      Marasmus yaitu kekurangan energi pada masakan yang menimbulkan cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi “kurus” dan “emosional”. Sering terjadi pada bayi yang tidak cukup mendapat ASI serta tidak diberi masakan penggantinya, atau terjadi pada bayi yang sering diare.
ciri - ciri marasmus :
         badan nampak sangat kurus seperti tulang hanya terbungkus kulit
         wajah menyerupai orang tua
         mudah menangis/cengeng dan rewel
         kulit menjadi keriput
         jaringan lemak subkutis sangat sedikit hingga tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar
         perut cekung, dan iga gambang
         seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
         diare kronik atau konstipasi (susah buang air)

Ciri – ciri marasmus-kwashiorkor
Memiliki ciri adonan dari beberapa tanda-tanda klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.

A. Cara Mengukur Status Gizi Anak
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengukur status gizi pada anak. Berikut yaitu salah satu referensi pengukuran status gizi bayi dan balita berdasarkan tinggi tubuh berdasarkan usia dan lingkar lengan atas.

B. Cara pencegahan
Menimbang begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk pertumbuhan dan kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang renta memperhatikan hal-hal yang sanggup mencegah terjadinya kondisi gizi jelek pada anak.

Berikut yaitu beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi jelek pada anak:
1.      Memberikan ASI langsung (hanya ASI) hingga anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan masakan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, kemudian disapih sesudah berumur 2 tahun
2.      Anak diberikan masakan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3.      Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti jadwal Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4.      Jika anak dirawat di rumah sakit lantaran gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis masakan yang harus diberikan sesudah pulang dari rumah sakit.
5.      Jika anak telah menderita lantaran kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan sesudah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat bisa meningkatkan energi anak. Berikan pula perhiasan mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa tanda-tanda kelainan fisik yang permanen dan akan muncul problem intelegensia di kemudian hari.
C. Cara Penanggulangan Gizi Buruk
1.      Biasakan makan – masakan gizi yang seimbang
2.      Mengatur pola makan balita
3.      Konsumsi Vitamin A menyerupai susu, ikan goring, hati, sayur hijau, dan kuning
4.      Konsumsi Vitamin B 12 menyerupai kedelai, telur, keju,daging, tempe, dll

Obesitas yaitu penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh. Merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diharapkan untuk fungsi tubuh. Gizi lebih (over weight) dimana berat tubuh melebihi berat tubuh rata-rata, namun tidak selalu identik dengan obesitas.

a. Penyebab
         Perilaku makan yang bekerjasama dengan faktor keluarga dan lingkungan
         Aktifitas fisik yang rendah
         Gangguan psikologis (bisa sebagai alasannya atau akibat)
         Laju pertumbuhan yang sangat cepat
         Genetik atau faktor keturunan
         Gangguan hormon
b. Gejala
         Terlihat sangat gemuk
         Lebih tinggi dari anak normal seumur
         Dagu ganda
         Buah dada seperti berkembang
         Perut menggantung
         Penis terlihat kecil
c. Terdapat 2 golongan obesitas
         Regulatory obesity, yaitu gangguan primer pada pusat pengatur masukan makanan
         Obesitas metabolik, yaitu kelainan metabolisme lemak dan karbohidrat
         d. Resiko/dampak obesitas
         Gangguan respon imunitas seluler
         Penurunan kegiatan bakterisida
         Kadar besi dan seng rendah

e. Penatalaksanaan
         Menurunkan BB sangat drastis sanggup menghentikan pertumbuhannya. Pada obesitas sedang, adakalanya penderita tidak memakan terlalu banyak, namun aktifitasnya kurang, sehingga latihan fisik yang intensif menjadi pilihan utama
         Pada obesitas berat selain latihan fisik juga memerlukan terapi diet. Jumalh energi dikurangi, dan tubuh mengambil kekurangan dari jaringan lemak tanpa mengurangi pertumbuhan, dimana diet harus tetap mengandung zat gizi esensial.
         Kurangi asupan energi, akan tetapi vitamin dan nutrisi lain harus cukup, yaitu dengan mengubah sikap makan
         Mengatasi gangguan psikologis
         Meningkatkan kegiatan fisik
         Membatasi pemakaian obat-obatan yang untuk mengurangi nafsu makan
         Bila terdapat komplikasi, yaitu sesak nafas atau hingga tidak sanggup berjalan, rujuk ke rumah sakit
         Konsultasi (psikologi anak atau cuilan endokrin)
5. ANEMIA
Anemia defisiensi yaitu anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa materi yang diharapkan untuk pematangan eritrosit. Keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht) dan eritrosit lebih rendah dari nilai normal, akhir defisiensi salah satu atau beberapa unsur masakan yang esensial yang sanggup mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut.

a. Macam-macam anemia
1.      Anemia defisiensi besi yaitu anemia lantaran kekurangan zat besi atau sintesa hemoglobin.
2.      Anemia megaloblastik yaitu terjadinya penurunan produksi sel darah merah yang matang, bisa diakibatkan defisiensi vitamin B12
3.      Anemia aplastik yaitu anemia yang berat, leukopenia dan trombositopenia, hipoplastik atau aplastik

1. ANEMIA DEFISIENSI BESI
         Prevalensi tertinggi terjadi didaerah miskin, gizi jelek dan penderita infeksi
         Hasil studi menerangkan bahwa anemia pada masa bayi mungkin menjadi salah satu penyebab terjadinya disfungsi otak permanen
         Defisiensi zat besi menurunkan jumlah oksigen untuk jaringan, otot kerangka, menurunnya kemampuan berfikir serta perubahan tingkah laku.
a. Ciri
         Akan memperlihatkan respon yang baik dengan pemberian preparat besi
         Kadar Hb meningkat 29% setiap 3 minggu
b. Tanda dan gejala
         Pucat (konjungtiva, telapak tangan, palpebra)
         Lemah
         Lesu
         Hb rendah
         Sering berdebar
         Papil pengecap atrofi
         Takikardi
         Sakit kepala
         Jantung membesar
c. Dampak
         Produktivitas rendah
         SDM untuk generasi berikutnya rendah
d. Penyebab
Sebab langsung
         Kurang asupan masakan yang mengandung zat besi
         Mengkonsumsi masakan penghambat absorpsi zat besi
         Infeksi penyakit
         Sebab tidak langsung
         Distribusi masakan yang tidak merata ke seluruh daerah
Sebab mendasar
         Pendidikan perempuan rendah
         Ekonomi rendah
         Lokasi ggeografis (daerah endemis malaria)
         Kelompok sasaran prioritas
         Ibu hamil dan menyusui
         Balita
         Anak usia sekolah
         Tenaga kerja wanita
         Wanita usia subur
f. Penanganan
         Pemberian Komunikasi,informasi dan edukasi (KIE) serta perhiasan tambahan pada ibu hamil maupun menyusui
         Pembekalan KIE kepada kader dan orang renta serta pemberian perhiasan dalam bentuk multivitamin kepada balita
         Pembekalan KIE kepada guru dan kepala sekolah biar lebih memperhatikan keadaan anak usia sekolah serta pemeberian perhiasan tambahan kepada anak sekolah
         Pembekalan KIE pada perusahaan dan tenaga kerja serta pemberian perhiasan kepada tenaga kerja wanita
         Pemberian KIE dan perhiasan dalam bentuk pil KB kepada perempuan usia subur (WUS)
6. DEFISIENSI VITAMIN A
Prevalensi tertinggi terjadi pada balita
a. Penyebab
         Intake masakan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah
         Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil hingga melahirkan akan memperlihatkan kadar vitamin A yang rendah pada ASI
         MP-ASI yang kurang mencukupi kebutuhan vitamin A
         Gangguan absorbsi vitamin A atau pro vitamin A (penyakit pankreas, diare kronik, KEP dll)
         Gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A pada gangguan fungsi kelenjar tiroid
         Kerusakan hati (kwashiorkor, hepatitis kronik)
b. Sifat
         Mudah teroksidasi
         Mudah rusak oleh sinar ultraviolet
         Larut dalam lemak
c. Tanda dan gejala
         Rabun senja-kelainan mata, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea
         Kadar vitamin A dalam plasma <20ug/dl d. Tanda hipervitaminosis Akut • Mual, muntah • Fontanela meningkat Kronis • Anoreksia • Kurus • Cengeng • Pembengkakan tulang e. Upaya pemerintah • Penyuluhan biar meningkatkan konsumsi vitamin A dan pro vitamin A • Fortifikasi (susu, MSG, tepung terigu, mie instan) • Distribusi kapsul vitamin A takaran tinggi pada balita 1-5 tahun (200.000 IU pada bulan februari dan agustus), ibu nifas (200.000 IU), anak usia 6-12 bulan (100.000 IU) • Kejadian tertentu, ditemukan buta senja, bercak bitot. Dosis ketika ditemukan (200.000 IU), hari berikutnya (200.000 IU) dan 4 ahad berikutnya (200.000 IU) • Bila ditemukan xeroptalmia. Dosis ketika ditemukan :jika usia >12 bulan 200.000 IU, usia 6-12 bulan 100.000 IU, usia < 6 bulan 50.000 IU, takaran pada hari berikutnya diberikan sesuai usia demikian pula pada 1-4 ahad kemudian takaran yang diberikan juga sesuai usia
         Pasien campak, balita (200.000 IU), bayi (100.000 IU)
f. Catatan
         Vitamin A merupakan nutrient esensial, yang hanya sanggup dipenuhi dari luar tubuh, dimana bila asupannya berlebihan bisa menimbulkan keracunan lantaran tidak larut dalam air
         Gangguan asupan vitamin A bisa menimbulkan morbili, diare yang bisa berujung pada morbiditas dan mortalitas, dan pneumonia
7. GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)
         Adalah sekumpulan tanda-tanda yang sanggup ditimbulkan lantaran tubuh menderita kekurangan yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama.
         Merupakna problem dunia
         Terjadi pada daerah pegunungan dan perbukitan yang tanahnya tidak cukup mengandung yodium
         Defisiensi yang berlangsung usang akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid yang secara perlahan menimbulkan pembesaran kelenjar gondok
a. Dampak
         Pembesaran kelenjar gondok
         Hipotiroid
         Kretinisme
         Kegagalan reproduksi
         Kematian
b. Defisiensi pada janin
         Dampak dari kekurangan yodium pada ibu
         Meningkatkan tragedi lahir mati, aborsi, cacat lahir
         Terjadi kretinisme endemis
         Jenis syaraf (kemunduran mental, bisu-tuli, diplegia spatik)
         Miksedema (memperlihatkan tanda-tanda hipotiroid dan dwarfisme)
c. Defisiensi pada BBL
         Penting untuk perkembangan otak yang normal
         Terjadi penurunan kognitif dan kinerja motorik pada anak usia 10-12 tahun pada mereka yang dilahirkan dari perempuan yang mengalami defisiensi yodium
d. Defisiensi pada anak
         Puncak tragedi pada masa remaja
         Prevalensi perempuan lebih tinggi dari laki-laki
         Terjadi gangguan kinerja berguru dan nilai kecerdasan
e. Klasifikasi tingkat pembesaran kelenjar berdasarkan WHO (1990)
         Tingkat 0 : tidak ada pembesaran kelenjar
         Tingkat IA : kelenjar gondok membesar 2-4x ukuran normal, hanya sanggup diketahui dengan palpasi, pembesaran tidak terlihat pada posisi tengadah maksimal
         Tingkat IB : hanya terlihat pada posisi tengadah maksimal
         Tingkat II : terlihat pada posisi kepala normal dan sanggup dilihat dari jarak ± 5 meter
         Tingkat III : terlihat faktual dari jarak jauh
f. Sasaran
         Ibu hamil
         WUS
g. Dosis dan kelompok sasaran pemberian kapsul yodium
         Bayi < 1tahun : 100 mg
         Balita 1-5 tahun : 200 mg
         Wanita 6-35 tahun : 400 mg
         Ibu hamil (bumil) : 200 mg
         Ibu meneteki (buteki) : 200 mg
         Pria 6-20 tahun : 400 mg
8. GAKY tidak bekerjasama denga tingkat sosek melainkan dengan geografis
Spektrum gangguan akhir kekurangan yodium
         Fetus : abortus, lahir mati, janjkematian perinatal, janjkematian bayi, kretinisme nervosa (bisu tuli, defisiensi mental, mata juling), cacat bawaan, kretinisme miksedema, kerusakan psikomotor
         Neonatus : gangguan psikomotor, hipotiroid neonatal, gondok neonatus
         Anak dan remaja : gondok, hipotiroid juvenile, gangguan fungsi mental (IQ rendah), gangguan perkembangan
         Dewasa : gondok, hipotiroid, gangguan fungsi mental, hipertiroid diimbas oleh yodium
Sumber masakan beryodium yaitu masakan dari maritim menyerupai ikan, rumput maritim dan sea food. Sedangkan penghambat absorpsi yodium (goitrogenik) menyerupai kol, sawi, ubi kayu, ubi jalar, rebung, buncis, masakan yang panas, pedas dan rempah-rempah.
a. Pencegahan/penanggulangan
        Fortifikasi : garam
         Suplementasi : tablet, injeksi lipiodol, kapsul minyak beryodium

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Pendekatan problem gizi masyarakat melalui epidemiologi gizi bertujuan untuk menganalisis banyak sekali faktor yang bekerjasama erat dengan timbulnya problem gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan terutama yang berkaitan dengan kehidupan social masyarakat. Penanggulangan masaah gizi masyarakat yang disertai dengan surveilans gizi lebih mengarah kepada penanggulangan banyak sekali faktor yang berkaitan erat dengan timbulnya problem tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya terbatas pada sasaran individu atau lingkungan keluarga saja.
Epidemiologi gizi yaitu ilmu yang mempelajari determinan dari suatu problem atau kelainan gizi.
         Mempelajari distribusi dan besarnya problem gizi pada populasi manusia.
         Menguraikan penyakit dari problem gizi dan memilih kekerabatan alasannya akibat.
         Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk merencanakan dan melaksanakan jadwal pencegahan, kontrol dan penanggulangan problem gizi di masyarakat.
         Menguraikan penyebab dari problem gizi dan memilih kekerabatan alasannya akibat.
Masalah gizi dihubungkan dengan:
1.      Faktor dan penyebab problem gizi (agent)
2.      Faktor yang ada pada pejamu (host)
3.      Faktor yang ada di lingkungan pejamu (environment)

  sumber klik


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel