Perkembangan Sosiologi

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Segala kebanggaan hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya, sehingga penulis sanggup menuntaskan makalah yang penulis beri judul ” PERKEMBANGAN SOSIOLOGI ”.
Dalam penyusuna makalah ini, penulis mendapat banyak dukungan dari banyak sekali pihak, oleh lantaran itu penulis mengucapkan rasa berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada mereka, kedua orang renta dan segenap keluarga besar penulis yang telah memperlihatkan dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat berarti bagi penulis.
Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua ini sanggup memperlihatkan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi materi tuntunan kearah yang lebih baik lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh penulis.
Oleh lantaran itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun biar makalah ini sanggup menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan biar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pada umumnya orang melihat sosiolog sebagai pembimbing dan pengarah dengan dasar-dasar ilmiah bagi kemajuan dan pengembangan sosial. Auguste Comte yang pertama-tama menggunakan istilah sosiologi ialah orang pertama yang membedakan antara ruang lingkup dengan isi sosiologi dari ruang lingkup dan isi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dia menyusun suatu sistem matika dari filsafat sejarah, dalam kerangka tahap-tahap pemikiran yang berbeda-beda. Menurut Comte ada tiga tahap perkembangan entelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumnya. Akhirnya sosiologi juga sering mempergunakan metode functionalism.
Motode-metode sosiologi tersebut diatas bersifat saling melengkapi dan para jago sosiologi seringkali mempergunakan lebih dari satu metode untuk menilik objeknya. Setelah mendapat citra dan pokok-pokok perihal ruang lingkup sosiologi berserta hubungannya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya dan teori-teorinya, perlu dijelaskan cara-cara sosiologi mempelajari obyeknya, yaitu masyarakat. Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Unsur-unsur sosiologi tidak digunakan dalam suatu fatwa atau teori yang murni sosiologi akan tetapi sebagai landasan untuk tujuan lain.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana gambar ringkas perihal sejarah teori-teori sosiologi ?
2.      Bagaimana sosiologi dan sejarah perkembangannya ?
3.      Apa arti sosiologi dan perkembangannya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Gambaran Ringkas Tentang Sejarah Teori-Teori Sosiologi
1.      Pengertian Teori
Suatu  teori pada hakikatnya merupakan antara dua fakta atau lebih atau pengaturan fakta berdasarkan cara-cara tertentu. Fakta tersebut merupakan sesuatu yang sanggup diamati dan pada umumnya sanggup diuji secara empiris. Oleh lantaran itu, dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu teori merupakan relasi antara dua variable atau lebih, yang telah diuji kebenarannya. Suatu variable merupakan karakteristik dari orang-orang, benda-benda atau keadaan yang mempunyai nilai-nilai yang berbeda, menyerupai misalnya, usia, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Teori-teori tersebut mempunyai beberapa kegunaan, antara lain :
a.       Suatu teori atau beberapa teori merupakan ikhtisar daripada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang dipelajari sosiologi.
b.      Teori memperlihatkan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada seseorang yang memperdalam pengetahuannya dibidang sosiologi.
c.       Teori mempunyai kegunaan untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang dipelajari oleh sosiologi.
d.      Suatu teori akan sangat mempunyai kegunaan dalam memgembangkan sistem pembagian terstruktur mengenai fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan definisi-definisi yang penting untuk penelitian.
e.       Pengetahuan teoritis memperlihatkan kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan proyeksi sosial, yaitu perjuangan untuk sanggup mengetahui kearah mana masyarakat akan berkembang, atas dasar fakta yang diketahui pada masa yang lampau dan pada remaja ini.
2.      Perhatian terhadap Masyarakat Sebelum Comte
Sosiologi dapatlah dikatakan merupakan suatu ilmu pengertian yang relative muda usianya, lantaran gres mengalami perkembangan semenjak masanya Comte tersebut.
Seorang filosof barat yang untuk pertama kalinya menelaah masyarakat secara sistematis ialah Plato (429-347 S.M), Seorang filosof romawi. Sebetulnya plato bermaksud untuk merumuskan suatu teori perihal bentuk Negara yang bercita-citakan, yang organisasinya didasarkan pada pengamatan yang kritis terhadap sistem-sistem sosial yang ada pada zamannya. Plato menyatakan, bahwa masyarakat bekerjsama merupakan refleksi dari insan perorangan. Intelegensia merupakan unsur pengendali,sehingga suatu Negara juga merupakan refleksi dari ketiga unsur yang berimbang atau harmonis tadi.
Pengertian politik dipergunakannya dalam arti luas, yakni mencangkup juga masalah-masalah ekonomi dan sosial sebagaimana halnya dengan plato, maka perhatiannya terhadap biologi menimbulkan ia mengadakan suatu analogi antara masyarakat dengan organism biologis dari manusia. Disamping itu aristoteles menggaris bawahi kenyataan, bahwa basis masyarakat ialah moral (etika dalam arti yang sempit).
Pada final era pertengahan muncullah jago filsafat arab Ibn. Khaldun (1332-1406), yang mengemukakan beberapa prinsip, prinsip yang kokoh, untuk menafsirkan kejadian-kejadian sosial dan peristiwa-peristiwa dalam sejarah. Prinsip-prinsip yang sama akan sanggup dijumpai, bila ingin mengadakan analisa terhadap timbul dan tenggelamnya Negara-negara. Faktor yang menimbulkan bersatunya insan didalam suku-suku, clean, Negara, dan sebagainya, ialah rasa solidaritas. Faktor itulah yang menimbulkan adanya ikatan dan usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan bersama antara manusia, pada zaman renainsance (1200-1600), tercatat nama-nama menyerupai Thomas More dengan Utopia-nya dan Campanella yang menulis City of the Sun. mereka masih sangat terpengaruh, oleh gagasan-gagasan terhadap adanya masyarakat-masyarakat yang ideal.
Untuk pertama kalinya politik dipisahkan dari moral, sehingga terjadi suatu pendekatan yang mekanis terhadap masyarakat. Abad ke-17 ditandai dengan munculnya goresan pena Hobbes (1588-1679) yang berjudul The Leviathan, yang ditandai dengan inspirasi-inspirasi dari aturan alam, fisika dan matematika, ia beranggapan, bahwa dalam keadaan alamiah, kehidupan insan didasarkan pada keinginan yang mekanis, sehingga insan selalu saling berkelahi.
Dapatlah dikatakan, bahwa alam pikiran ke era 17 tadi ditandai oleh anggapan-anggapan, bahwa lembaga-lembaga permasyarakatan terikat pada hubungan-hubungan yang tetap. Pada era ke-18 muncullah antara lain fatwa john locke (1632-1704) dan J.J. Rousseau (1712-1778) yang masih berpegang pada konsep kontrak sosial dari Hobbes. Menurut Locke, insan intinya mempunyai hak asasi yang berupa hak untuk hidup, kebebasan dan hak atas harta benda. Rousseau antara lain berpendapat, bahwa kontak antara pemerintah dengan yang diperintah, menimbulkan tumbuhnya suatu kolektivitas yang mempunyai keinginan-keinginan sendiri, yaitu keinginan umum. Keinginan umum tadi ialah berbeda dengan keinginan masing-masing individu.
Pada awal era ke-19 antara lain muncul ajaran-ajaran dari sains simon (1760-1825) yang terutama menyatakan, bahwa insan hendaknya dipelajari dalam kehidupan berkelompok. Ilmu politik merupakan suatu ilmu yang positif. Artinya, maslah-masalah dalam ilmu politik hendaknya dianalisa dengan metode-metode yang lazim digunakan terhadap gejala-gejala lain.
3.      Sosiologi Auguste Comte (1798-18530
Auguste Comte yang pertama-tama menggunakan istilah : sosiologi ialah orang pertama yang membedakan antara ruang lingkup dengan isi sosiologi dari ruang lingkup dan isi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dia menyusun suatu system matika dari filsafat sejarah, dalam kerangka tahap-tahap pemikiran yang berbeda-beda. Menurut Comte ada tiga tahap perkembangan entelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumnya. Petama dinamakan tahap teologis yaitu suatu tahap dimana mana insan menafsirkan gejala-gejala di sekelilingnya secara teologis, yaitu dengan kekuatan-kekuatan yang di kendalikan roh dewa-dewa atau tuhan yang maha kuasa. Tahap kedua yang merupakan prkembangan dari perkembangan dari tahap pertama, ialah tahap mrtafisik. Pada tahap ini insan menganggap bahwa di dalam setiap tanda-tanda terdapat kekuatan-kekutan atau inti tertentu yang pada karenanya akan sanggup di ungkapkan. Pada tahap ini insan masih terikat oleh harapan tanpa verifikasi, oleh lantaran adanya kepercayaan bahwa setiap harapan terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada perjuangan untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
Gagasan perihal adanya ketiga tahap tersebut, walaupun merupakan suatu fiksi, akan tetapi hal itu memperlihatkan penerangan tehadap pikiran manusia, serta  secara psikologis merupakan suatu perkembangan yang penting. Ketiga tahap tadi sanggup memenuhi fikiran insan pada ketika yang bersamaan, di mana kadang kala tiumbul pertentangan-pertentangan. Mengkaitkan industrialisasi dengan tahap tahap ketiga dari perkembangan fikiran manusia. Secara logis, maka dalam masa industri tersebut akan terjadi perdamaian yang kekal. Apakah bekerjsama yang di maksudkan oleh comte dengan ilmu pengetahuan positif, dan dimanakah letak sosiologisnya?
hal yang menonjol dariu sistematisnya comte ialah penilainnya terhadap sosiologi, yang merupakan ilmu pengetahuaan yang paliung kompleks, dan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang akan brkembang dengan pesat sekali. Sosiologi merupakan studi positif perihal hukum-hukum dari tanda-tanda sosial. comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dengan sosilogi dinamis.
Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis, yang menjadi dasar dari adanya masyarakat. Cita-cita dasar yang menjadi latar belakang dari sosiolgi statis adalah, bahwa semua tanda-tanda sosial saling berkaitan, yang berarti bahwa ialah percuma untuk mempelajari salah satu tanda-tanda sosial secara tersendiri.sosiologi dinamis merupakan teori perihal perkembangan, dalam arti banggunan. Ilmu pengetahuan ini menggamabarkan cara-cara pokok dalam mana perkembangan insan terjadi, dari tingkat intelleigensia yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan demikian, maka dinamika menyangkut masyasrakat untuk membuktikan adanya perkembangan.[1]
B.     Metode-metode dalam Sosiologi
Setelah mendapat citra dan pokok-pokok perihal ruang lingkup sosiologi berserta hubungannya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya dan teori-teorinya, perlu dijelaskan cara-cara sosiologi mempelajari obyeknya, yaitu masyarakat. Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif mengutamakan materi yang sukar sanggup diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak, walaupun bahan-bahan tersebut terdapat dengan kasatmata didalam masyarakat. Didalam metode kualitatif termasuk metode historis dan metode komparatif yang keduanya dikombinasikan menjadi historis komparatif. Metode historis mempergunakan analisa atas peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
Metode komparatif mementingkan perbandingan antara majemuk masyarakat beserta bidang-bidangnya, untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan serta sebab-sebabnya. Perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan tersebut bertujuan untuk mendapat petunjuk-petunjuk mengenai perikelakuan masyarakat pada masa silam dan masa sekarang.
Metode kuantitatif mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan angka-angka, sehingga gejala-gejala yang ditelitinya sanggup diukur dengan mempergunakan skala-skala, indeks, table-tabel dan formula-formula yang semuanya itu sedikit banyaknya mempergunakan ilmu niscaya atau matematika. Metode kuantitatif ialah metode statistic yang bertujuan menelaah gejala-gejala sosial secara matematis.
Akhirnya sosiologi juga sering  mempergunakan metode functionalism. Secara singkat sanggup dijelaskan bahwa metode functionalism bertujuan untuk meneliti kegunaan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam masyarakat.
Motode-metode sosiologi tersebut diatas bersifat saling melengkapi dan para jago sosiologi seringkali mempergunakan lebih dari satu metode untuk menilik objeknya.[2]
C.    Sosiologi, Arti   dan Sejarah Perkembangannya
1.      Pengertian Sosiologi
Sosiologi ialah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyrakat dan menilik ikatan-ikatan antar insan yang menguasai kehidupan itu.
Untuk menganalisa cara hidup bergaul insan itu, maka perlu juga dipelajari sifat-sifat biologi insan menyerupai perasaan lapar, sakit, takut, kebutuhan akan seks dengan perbedaan-perbedaan daripada didunia binatang yang lebih banyak diatur oleh peradaban masyarakatnya.
Sebagai ilmu ia gres mulai dikenal pada era ke-19 dengan nama yang berasal dari August Comte (1798-1857) untuk memperlihatkan sosiologi sebagai ilmu masyarakat yang mempunyai disiplin yaitu rencana pelajaran dan penyelidikan serta lapangannya sendiri. Ilmu sosiologi ia tidak usah mencoba memperbaiki masyarakat, cukup mempelajari dan mengerti hubungan-hubungan insan dalam masyarakat dan dengan demikian masih berhak disebut ilmu. Tetapi dengan dipelajarinya sebagai ilmu, maka lebih gampang rencana pembangunan dibentuk untuk mencari jalan menuju perbaikan masyarakat umum.
Singkatnya, sosiologi ini ialah ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari insan sebagai anggota golongan atau masyarakatnya (tidak sebagai individu yang terlepas dari golongan atau masyarakatnya), dengan ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah laris serta keseniannya atau yang disebut kebudayaan yang mencakup segala segi kehidupannya.
2.      Melihat Sejarah Sosiologi Bergerak Merdeka
Sosiologi tidak cukup ditangani oleh spesialis aturan umpamanya atau spesialis ekonomi saja, tetapi memerlukan pengetahuan yang khusus sosiologi, sama saja halnya dengan seorang dokter binatang yang akan mengobati insan atau dengan seorang ekonomi yang akan mengadili dipengadilan lantaran disini yang diharapkan ialah spesialis aturan yang berfungsi sebagai hakim. Apalagi dalam zaman modern ini, dimana juga sosiologi telah bercabang-cabang dan tiap cabang memerlukan keahlian khusus menyerupai juga terdapat dalam bidang kedokteran.
            Pada era ke-17 ilmu alam menjadi ilmu yang merdeka pada era ke-18 ilmu ekonomi, sedangkan ilmu masyarakat atau sosiologi gres dikenal sebagai ilmu semenjak permulaan era ke-19. Kebutuhan untuk memisahkan sosiologi dari ilmu-ilmu lainnya ini lebih tampak dan terasa pada masa revolusi era ke-18 di Eropa yang mengganas dalam revolusi Prancis (1789-1799).
3.      Sosiologi Berbeda Menurut Bangsa dan Daerahnya
Sebagai juga sejarah berbeda dalam perkembangannya bagi setiap bangsa maka juga corak kemasyarakatan yang tidak lain dari pada buah sejarah bangsa itu, masing-masing berbeda satu sama lain.
4.      Sosiologi  dan Pikiran Manusia
Dalam masyarakat yang tumbuh itu juga fikiran insan mendapat kemajuannya. Dimana ilmu alam asalnya menjadi dasar segala ilmu, maka kemudian dengan perhatian kepada ilmu kebudayaan dan sejarah, ilmu inilah juga yang member pandangan gres dalam sosiologi.
5.      Sosiologi dan Pertumbuhan Zaman
Tadi telah dikatakan bahwa terpencilnya sosiologi sebagai ilmu dengan lapangan dan tujuannya sendiri terjadi semenjak era ke-19 terutama setelah Revolusi Prancis, sedangkan pikiran mengenai soal kehidupan masyarakat sama usianya dengan pikiran insan sendiri artinya : sudah semenjak insan dilahirkan dan ditakdirkan untuk mencari hidup sendiri dengan usahanya sendiri.
Kalau kita menginjak era pertengahan maka ialah gereja, yang zaman itu mencakup seluruh masyarakat Kristen dalam fatwa Kristen yang menjadi pelindung dan pengikat kekuasaan serta kebudayaan. Dalam ilmu filsafatnya kita membagikan gaib dan skolastik.
 Dalam aliran ini maka Thomas Aquino (1225-1274), seorang pendeta dan para jago pikir, ialah perintis jalan. Pendapatnya ialah bahwa insan dengan kehendak nalam dipastikan untuk hidup dalam Negara biar sanggup hidup dalam dunia ini.
Italia kini ialah negeri dimana pada zaman itu kebudayaan klasik yaitu kebudayaan Yunani dan Roma, dan kebudayaan Kristen bertemu dan berkembang. Maka juga dalam perkembangan Kerajaan Byzantin itu pula ialah italia yang menjadi pintu gerbang dan tempat pertemuan untuk barat dan timur, segalanya itu dengan disongkong oleh perusahaan bank yang maju dalam perdagangan. Rasa kemerdekaan ini tidak sedikit mempertebal sifat perseorangan sehingga tidak mengherankan jika problem masyarakat kini sering kali diselesaikan dengan perkelahian yang hebat diantara kota-kota dan diantara penduduk masing-masing kota itu sendiri.
Pendapat-pendapat gres dan pembukaan negeri-negeri gres bagi perhubungan dan perniagaan internasional tak sedikit mempengaruhi kehidupan dalam masyarakat pada era pertengahan dan abad-abad berikutnya.
6.      Sejarah dan Sosiologi
Sosiologi ialah lain daripada sejarah yang melihat kejadian bangsa dan dunia ini berturut-turut dalam gerakannya dan mencari pertalian anatara kejadian yang penting dalam sejarah itu. Sosiologi melihat kejadian-kejadian itu dalam waktu bersamaan. Untuk pelajaran sosiologi pandangan dan pengetahuan sejarah memberi penerangan terhadap keadaan dan tumbuhnya masyarakat sehingga sejarah merupakan potongan yang penting untuk dipelajari.
7.      Timbulnya Sosiologi dan Asal Perkataanya
Empirisme, yaitu pelajaran yang mengakibatkan penyelidikan dan pengalaman sebagai sumber pengetahuan dengan membuang takhyul dan segala apa yang tak berdasarkan budi dan pengalaman yang kasatmata pada era pertengahan menjadi dasar pikiran di Inggris dan Eropa Barat lainnya. Bilamana ia mulai memancarkan pengaruhnya di italia maka di inggris lah ia telah mendapat lapangan untuk sanggup tumbuh dan meluas dengan baik.
Pada zaman itu juga dunia pengetahuan mengenal Francis Bacon di Inggris pada tahun 1561-1628, jago politik dan filsafat. Ialah yang beropini untuk menguasai segala ilmu biar sanggup juga menguasai dunia. Untuk berguru ilmu haruslah lebih dahulu terdapat suatu susunan fikiran dan pelajaran yang teratur, susunan secara sistematis dalam ilmu alam, biologi, pisiologi, tata Negara dan sebagainya. Suatu pendapat dan suatu pikiran dan rencana bekerja dalam dunia ilmu yang menguasai dan memberi tuntunan selama 300 tahun berikutnya.
Deduksi timbul akhir sillogisme, suatu unsure ilmu logika, dimana dicari dua kenyataan yang sanggup dibuktikan kebenarannya. Dari dua kenyataan ini maka kenyataan yang ketiga sanggup disimpulkan umpamanya ;
Hewan suka hidup bergerombolan
Manusia ini ialah hewan
Jadi : insan suka hidup bergerombolan
8.      Perkembangan Pengalaman Manusia dan Masyarakatnya di Indonesia
Di Indonesia dalam tahun 800-1000 M (Zaman Sriwijaya era ke-7 hingga ke-13 di Sumatera). Kita kenal zaman pembangunan candi Borobudur, Prambanan, Mendut dan sebagainya, dan aktivitas yang dikerjakan oleh penduduk sekitar candi itu dipimpin oleh spesialis dari jawa yang berguru di india ataupun oleh spesialis yang tiba dari india.
            Tahun 1000-1500 mengenangkan kita kepada zaman majapahit 1293 – 1400 dan datangnya agama islam. sisa agama hindu dan budha menyingkir ke tempat pedalaman (tengger, bali) dan sekalipun orang di jawa telah mulai memeluk agama islam khususnya dalam menjalankan ibadah (sembahyang, berpuasa), alam fikiran mereka pada umumnya masih banyak dipengaruhi kepercayaan Hindu, Budha dan animism, yakni yang percaya akan benda yang berjiwa menyerupai gunung, pohon-pohon besar, goa yang seram, laut, sungai dan sebagainya.
            Abad 1500-1900 di Indonesia dikenal sebagai kiamat kerajaan bumiputera yang berkuasa, dan kulit putih mulai berdatangan.
Hanya pada awal era ke-20 ini, dalam tahun-tahun 1900-an Belanda berpikir untuk menyekolahkan bawah umur pribumi untuk berguru membaca, menulis, dan berhitung.[3]
D.    Sosiologi dan Perkembangannya
Sosiologi merupakan salah satu ilmu termuda dari cabang ilmu sosial. Istilah sosiologi sendiri muncul pertama kali dalam buku karangan Auguste Comte (1798-1857) yang berjudul ; Possitive Philosophy, yang terbit pada tahun 1842.
Sosiologi katanya harus didasarkan pada observasi ilmiah yang sistematis, bukan pada dogma/kitab-kitab suci dan spekulasi. Gagasan Comte ini lebih lanjut dikembangkan oleh H. Spencer yang menerbitkan bukunya yang berjudul Principles of Sosiology, pada tahun 1876, ia menerapkan teori evolusi dalam menganalisa masyarakat insan yang kemudian menghasilkan suatu teori agung perihal evolusi sosial. Pada tahun 1883, seorang Amerika berjulukan Rester F. Ward menerbitkan buku yang berjudul Dynamic Sosiology. Ia mengisukan bahwa pembangunan sosial (social progress) terjadi melalui tindakan sosial yang jitu dan untuk itu para sosiolog berperan sebagai pembimbing.
Selanjutnya, sosiologi terus diusahakan pengembangannya oleh kalangan tertentu, dengan caranya sendiri-sendiri. Jurnal sosiologi mulai terbit di Amerika pada tahun 1895 yang sangat membantu perjuangan memperkenalkan sosiologi dan pada tahun 1905 terbentuklah The American Sosiological Society.
Secara singkat sanggup dikatakan, bahwa pada umumnya orang melihat sosiolog sebagai pembimbing dan pengarah dengan dasar-dasar ilmiah bagi kemajuan dan pengembangan sosial. Oleh lantaran itu, tidak mengherankan bila pada awal penerbitan jurnal sosiologi di Amerika itu, banyak rekomendasi pemecahan masalah sosial yang dimuat atau diberitakan.[4]
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN :
Sosiologi ialah lain daripada sejarah yang melihat kejadian bangsa dan dunia ini berturut-turut dalam gerakannya dan mencari pertalian antara kejadian yang penting dalam sejarah itu. Untuk pelajaran sosiologi pandangan dan pengetahuan sejarah memberi penerangan terhadap keadaan dan tumbuhnya masyarakat sehingga sejarah merupakan potongan yang penting untuk dipelajari
Sosiolog sebagai pembimbing dan pengarah dengan dasar-dasar ilmiah bagi kemajuan dan pengembangan sosial. Menurut Comte ada tiga tahap perkembangan entelektual,
·         Petama dinamakan tahap teologis yaitu suatu tahap dimana mana insan menafsirkan gejala-gejala di sekelilingnya secara teologis, yaitu dengan kekuatan-kekuatan yang di kendalikan roh dewa-dewa atau tuhan yang maha kuasa.
·         Tahap kedua yang merupakan perkembangan dari perkembangan dari tahap pertama, ialah tahap mrtafisik. Pada tahap ini insan menganggap bahwa di dalam setiap tanda-tanda terdapat kekuatan-kekutan atau inti tertentu yang pada karenanya akan sanggup di ungkapkan.
·         Pada tahap ketiga insan masih terikat oleh harapan tanpa verifikasi, oleh lantaran adanya kepercayaan bahwa setiap harapan terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada perjuangan untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
Sosiologi juga mempergunakan metode functionalism bertujuan untuk meneliti kegunaan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam masyarakat.
Motode-metode sosiologi tersebut bersifat saling melengkapi dan para jago sosiologi seringkali mempergunakan lebih dari satu metode untuk menilik objeknya. Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Unsur-unsur sosiologi sebagai landasan untuk tujuan lain, yaitu fatwa tata relasi antar insan dan pendidikan. Bahwa pengetahuan perihal bentuk dan susunan masyarakat beserta proses-proses yang terjadi didalamnya tidak diharapkan dalam relasi dengan pelajaran hukum. Didalam pandangan mereka, yang perlu diketahui ialah aturan positif, yaitu peraturan-peraturan yang berlaku dengan sah pada suatu waktu dan suatu tempat tertentu.
Didalam tingkat perkembangan sosiologi yang demikian itu, dimana teori yang diutamakan sedangkan ilmunya belum dianggap penting untuk dipelajari tersendiri, maka tidak sanggup diharapkan berkembangnya penelitian sosiologi yang mencoba menemukan kenyataan-kenyataan sosiologi dalam masyarakat Indonesia.
.
DAFTAR PUSTAKA
Wilo Huky, Pengantar Sosiologi, Surabaya, PT. Usaha Nasional, 1986.
Soerjono Soekanto, Cet. 3, Sosiologi Suatu Pengantar,  Jakarta, 1987.
Hasan Shadily, Perkembangan Sosiologi, Jakarta: PT. Rineka Karya, 1993.


[1] Huky Wilo, Pengantar Sosiologi, (Surabaya, PT. Usaha Nasional, 1986), h. 21-30.
[2] Ibid, h. 31-32.  
[3] Soekanto Soerjono, Cet. 3, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta, 1987), h.  1-20.
[4] Shadily, Hasan, Perkembangan Sosiologi, (Jakarta: PT. Rineka Karya, 1993), h. 33-34.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel